Aviliani sarankan regulasi impor diperbaiki seiring digitalisasi
20 Agustus 2021 12:40 WIB
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani dalam Webinar Outlook Perekonomian Global dan Indonesia di Jakarta, Jumat (20/08/2021). (ANTARA/Agatha Olivia)
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani menyarankan agar pemerintah bisa memperbaiki regulasi impor seiring maraknya digitalisasi saat ini.
"Orang sekarang bisa beli secara digital hanya satu barang saja bisa impor dari Amerika Serikat, bisa impor dari Eropa," kata Aviliani dalam Webinar Outlook Perekonomian Global dan Indonesia di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, mudahnya impor barang dari suatu platform akan menghambat pabrik dalam negeri untuk meningkatkan produksi karena permintaan yang minim terhadap produk dalam negeri.
Maka dari itu, peningkatan impor, kata Aviliani, perlu diperhatikan apakah terjadi karena maraknya impor barang konsumsi atau barang modal dan bahan baku untuk ekspansi pabrik di Tanah Air.
Sementara dari sisi ekspor, tidak ada masalah yang signifikan selama ini, namun peningkatan ekspor cenderung terjadi karena permintaan global yang sudah mulai membaik dan harga komoditas yang meningkat.
"Permintaan sudah mulai bagus dari Tiongkok sampai dengan Amerika Serikat," ucap Aviliani.
Kendati demikian, ia mengusulkan agar pemerintah bisa mulai mencari arah baru dalam industri berbasis nilai tambah dan meningkatkan daya dukung ekonomi kreatif untuk menggenjot ekspor ke depannya.
Seluruh upaya memperbaiki impor dan ekspor tersebut pada akhirnya akan menjaga cadangan devisa, nilai tukar rupiah, dan mencapai kemandirian ekonomi agar Indonesia tidak lagi bergantung kepada modal asing.
Baca juga: Pemerintah siapkan regulasi blokir produk UMKM impor via lokapasar
Baca juga: LSM sebut regulasi impor perikanan terlalu longgar
Baca juga: Pemerintah siapkan regulasi bendung impor barang melalui e-commerce
Baca juga: Para pelaku e-commerce dukung rencana regulasi barang impor
"Orang sekarang bisa beli secara digital hanya satu barang saja bisa impor dari Amerika Serikat, bisa impor dari Eropa," kata Aviliani dalam Webinar Outlook Perekonomian Global dan Indonesia di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, mudahnya impor barang dari suatu platform akan menghambat pabrik dalam negeri untuk meningkatkan produksi karena permintaan yang minim terhadap produk dalam negeri.
Maka dari itu, peningkatan impor, kata Aviliani, perlu diperhatikan apakah terjadi karena maraknya impor barang konsumsi atau barang modal dan bahan baku untuk ekspansi pabrik di Tanah Air.
Sementara dari sisi ekspor, tidak ada masalah yang signifikan selama ini, namun peningkatan ekspor cenderung terjadi karena permintaan global yang sudah mulai membaik dan harga komoditas yang meningkat.
"Permintaan sudah mulai bagus dari Tiongkok sampai dengan Amerika Serikat," ucap Aviliani.
Kendati demikian, ia mengusulkan agar pemerintah bisa mulai mencari arah baru dalam industri berbasis nilai tambah dan meningkatkan daya dukung ekonomi kreatif untuk menggenjot ekspor ke depannya.
Seluruh upaya memperbaiki impor dan ekspor tersebut pada akhirnya akan menjaga cadangan devisa, nilai tukar rupiah, dan mencapai kemandirian ekonomi agar Indonesia tidak lagi bergantung kepada modal asing.
Baca juga: Pemerintah siapkan regulasi blokir produk UMKM impor via lokapasar
Baca juga: LSM sebut regulasi impor perikanan terlalu longgar
Baca juga: Pemerintah siapkan regulasi bendung impor barang melalui e-commerce
Baca juga: Para pelaku e-commerce dukung rencana regulasi barang impor
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: