Klaten (ANTARA News) - Enam pedukuhan di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, "tenggelam" tertimbun material vulkanik letusan Gunung Merapi.

Dukuh Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang, Sukorejo, Ngelo, dan Banjarsari tidak tampak lagi karena tertimbun material vulkanik setinggi 4 hingga 5 meter, kata Riyadi (28), warga Balerante usai menjenguk rumahnya, Selasa.

Riyadi yang bersama keluarganya tinggal di tempat pengungsian di gedung SMA Negeri 3 Klaten itu mengatakan, letusan dahsyat Merapi pada 5 November 2010 itulah yang menyebabkan enam pedukuhan terbenam.

Enam dukuh itu merupakan pemukiman yang berjarak paling dekat dengan puncak Merapi, hanya sekitar empat sampai lima kilometer.

"Jadi sekarang ini sejauh mata memandang di enam dukuh tersebut hanya kelihatan batu-batu besar dan abu vulkanik yang berterbangan terkena angin. Kadang-kadang masih terlihat ada rumah, namun hanya kelihatan gentingnya," katanya.

Hal senada juga dikatakan Supono (30), yang menyebut daerahnya sekarang seperti kampung mati karena ada enam dukuh yang tertimbun material letusan Gunung Merapi.

"Merapi sekarang ini masih dalam status Awas maka belum banyak warga yang berani menengok rumahnya. Nanti kalau sudah diizinkan pasti warga banyak kaget tidak bisa menemukan rumahnya, karena tertimbun material letusan Merapi," paparnya.

Dampak letusan Merapi menyebabkan banyak keluarga kehilangan mata pencaharian utama seperti memerah susu dan menambang pasir.

"Warga di enam dusun tersebut bermata pencaharian utama berternak sapi perah dan menambang pasir, tetapi sekarang ini banyak sapi yang mati terkena letusan gunung tersebut," katanya.

Supono mengaku pasrah dan menunggu bantuan dari pemerintah.

"Saya memiliki empat sapi, tetapi ketika ramai-ramainya mengungsi itu dijual dua ekor laku Rp3juta per ekor untuk uang saku mengungsi, padahal waktu beli itu seharga Rp7 juta," katanya.

(J005/A030/S026)