Paralimpiade Tokyo 2020
Tanpa penonton, Paralimpiade Tokyo diyakini gaet miliaran pemirsa
18 Agustus 2021 19:44 WIB
Seorang petugas keamanan berjalan melewati logo Paralimpiade Tokyo 2020, di tengah pandemi COVID-19 di Tokyo, Jepang (16/8/2021). ANTARA/REUTERS/Issei Kato/aa. (REUTERS/ISSEI KATO)
Jakarta (ANTARA) - Presiden Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons pada Rabu cukup percaya diri untuk mengatakan Paralimpiade Tokyo 2020 akan menjangkau miliaran pemirsa dari berbagai belahan dunia setelah penyelenggara mengambil keputusan ajang tersebut digelar tanpa penonton di stadion.
Parsons mengakui keputusan tersebut jelas berdampak kepada banyak hal, tetapi dia yakin Paralimpiade tetap akan menjadi pusat perhatian dunia, meski hanya bisa disaksikan lewat layar kaca.
"Tentu saja, fakta bahwa kami tidak akan memiliki penonton di arena merupakan tantangan, tetapi kami yakin kami bisa menjangkau lebih dari empat miliar penonton melalui penyiaran," kata dia seperti dikutip AFP.
"Kami akan menjangkau lebih banyak negara dan lebih banyak pemirsa daripada sebelumnya."
Sekitar 4.400 atlet diperkirakan berpartisipasi dalam Paralimpiade Tokyo. Mereka akan diwajibkan melakukan tes COVID-19 setiap hari serta pembatasan akses, sama seperti yang telah diterapkan selama Olimpiade.
Baca juga: Presiden IOC akan kembali ke Tokyo untuk acara pembukaan Paralimpiade
Parsons mengatakan penerapan sistem gelembung selama Olimpiade kemarin makin meyakinkannya bahwa Paralimpiade juga bisa berlangsung aman.
"Pembelajaran utama adalah kami dapat menggelar pertandingan dengan aman," kata dia.
"Kami tahu jumlah kasus infeksi makin tinggi di Tokyo dan Jepang. Jadi kami ingin melindungi masyarakat Jepang dan para atlet. Itulah kenapa kami tidak akan merasa puas."
Penyelenggara Paralimpiade melaporkan 58 kasus positif COVID-19. Namun Parsons menegaskan Paralimpiade tidak akan menjadi klaster penyebaran virus, melainkan ajang menyebarkan gelombang positif seperti yang terlihat dalam pembukaan Olimpiade
Sementara itu, jajak pendapat konsisten menunjukkan penolakan publik Jepang terhadap Olimpiade sebelum dibuka, meski pada akhirnya ribuan orang rela berdiri di luar stadion atau di sepanjang jalan umum untuk ikut memeriahkan multievent empat tahunan terbesar di dunia itu.
Namun jajak pendapat yang diambil setelah Olimpiade berakhir menunjukkan mayoritas publik Jepang merasa keputusan tetap menggelar Olimpiade sudah tepat.
Baca juga: Kampung Atlet kembali dibuka sepekan jelang Paralimpiade Tokyo
"Saya pikir penduduk Jepang akan bangga, tidak hanya para atlet Paralimpiade Jepang," kata Parsons.
"Karena mereka mengadakan acara yang akan mengubah dunia. Saya pikir kita akan melihat gelombang positif yang sama."
Ketua IPC juga percaya warisan Paralimpiade akan membuat event ini bermanfaat.
“Pandemi telah memperlihatkan beberapa ketidaksetaraan dalam masyarakat terhadap penyandang disabilitas,” kata dia.
"Ini adalah momen di mana mereka paling membutuhkan suara mereka untuk didengar. Paralimpiade adalah satu-satunya acara global yang menempatkan penyandang disabilitas sebagai pusat perhatian," tutup dia.
Baca juga: Kegiatan atlet para-tenis meja Indonesia sehari setiba di Tokyo
Parsons mengakui keputusan tersebut jelas berdampak kepada banyak hal, tetapi dia yakin Paralimpiade tetap akan menjadi pusat perhatian dunia, meski hanya bisa disaksikan lewat layar kaca.
"Tentu saja, fakta bahwa kami tidak akan memiliki penonton di arena merupakan tantangan, tetapi kami yakin kami bisa menjangkau lebih dari empat miliar penonton melalui penyiaran," kata dia seperti dikutip AFP.
"Kami akan menjangkau lebih banyak negara dan lebih banyak pemirsa daripada sebelumnya."
Sekitar 4.400 atlet diperkirakan berpartisipasi dalam Paralimpiade Tokyo. Mereka akan diwajibkan melakukan tes COVID-19 setiap hari serta pembatasan akses, sama seperti yang telah diterapkan selama Olimpiade.
Baca juga: Presiden IOC akan kembali ke Tokyo untuk acara pembukaan Paralimpiade
Parsons mengatakan penerapan sistem gelembung selama Olimpiade kemarin makin meyakinkannya bahwa Paralimpiade juga bisa berlangsung aman.
"Pembelajaran utama adalah kami dapat menggelar pertandingan dengan aman," kata dia.
"Kami tahu jumlah kasus infeksi makin tinggi di Tokyo dan Jepang. Jadi kami ingin melindungi masyarakat Jepang dan para atlet. Itulah kenapa kami tidak akan merasa puas."
Penyelenggara Paralimpiade melaporkan 58 kasus positif COVID-19. Namun Parsons menegaskan Paralimpiade tidak akan menjadi klaster penyebaran virus, melainkan ajang menyebarkan gelombang positif seperti yang terlihat dalam pembukaan Olimpiade
Sementara itu, jajak pendapat konsisten menunjukkan penolakan publik Jepang terhadap Olimpiade sebelum dibuka, meski pada akhirnya ribuan orang rela berdiri di luar stadion atau di sepanjang jalan umum untuk ikut memeriahkan multievent empat tahunan terbesar di dunia itu.
Namun jajak pendapat yang diambil setelah Olimpiade berakhir menunjukkan mayoritas publik Jepang merasa keputusan tetap menggelar Olimpiade sudah tepat.
Baca juga: Kampung Atlet kembali dibuka sepekan jelang Paralimpiade Tokyo
"Saya pikir penduduk Jepang akan bangga, tidak hanya para atlet Paralimpiade Jepang," kata Parsons.
"Karena mereka mengadakan acara yang akan mengubah dunia. Saya pikir kita akan melihat gelombang positif yang sama."
Ketua IPC juga percaya warisan Paralimpiade akan membuat event ini bermanfaat.
“Pandemi telah memperlihatkan beberapa ketidaksetaraan dalam masyarakat terhadap penyandang disabilitas,” kata dia.
"Ini adalah momen di mana mereka paling membutuhkan suara mereka untuk didengar. Paralimpiade adalah satu-satunya acara global yang menempatkan penyandang disabilitas sebagai pusat perhatian," tutup dia.
Baca juga: Kegiatan atlet para-tenis meja Indonesia sehari setiba di Tokyo
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021
Tags: