LIPI: Kuasai teknologi konservasi dan keanekaragaman hayati
18 Agustus 2021 14:53 WIB
Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Puspita Lisdiyanti berbicara dalam Webinar Riset dan Inovasi untuk Merah Putih di Jakarta, Rabu (18/8/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan Indonesia harus menguasai teknologi konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sehingga bisa memaksimalkan pemanfaatan kekayaan biodiversitas untuk kepentingan masyarakat luas dan peningkatan ekonomi bangsa.
"Tantangan Indonesia adalah menguasai teknologi konservasi dan pemanfaatannya sehingga keanekaragaman hayati dapat digunakan sebagai penghela perekonomian bangsa," kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di LIPI Puspita Lisdiyanti dalam Webinar Riset dan Inovasi untuk Merah Putih di Jakarta, Rabu.
Puspita menuturkan solusi untuk tantangan itu harus dipikirkan oleh putera-puteri Indonesia sendiri karena negara lain tidak mendapatkan anugerah sebagai negara tropis yang memiliki lebih dari 42 ekosistem daratan dan lima ekosistem lautan.
Oleh karenanya, ia menuturkan konsistensi dan komitmen dari ilmuwan dan pemangku kepentingan adalah keharusan.
Baca juga: LIPI perkuat riset produk alam dan obat-obatan tropis
Baca juga: LIPI: Indonesia jadi perpustakaan besar untuk penemuan obat baru
Keanekaragaman hayati yang melimpah di Indonesia salah satunya bisa dimanfaatkan untuk menemukan obat baru. Namun, proses penemuan obat baru membutuhkan waktu yang cukup panjang bisa lebih dari 17 tahun dan dana yang banyak sehingga perlu konsistensi dan komitmen dari semua pihak untuk mewujudkan penemuan kandidat obat hingga menjadi obat yang dapat digunakan dan dipasarkan secara massal.
Puspita menuturkan hingga sekarang ini, proses penemuan bahan baku obat di Indonesia masih berkutat di bagian skrining dan optimasi serta publikasi, padahal proses itu perlu dilanjutkan ke uji praklinik, uji klinik hingga mencapai komersialisasi atau masuk ranah pasar agar bisa mendapatkan pencapaian maksimal.
Komersialisasi produk harus menjadi tujuan akhir yang perlu direalisasikan oleh semua pemangku kepentingan.
Sementara peneliti dan akademisi untuk manajemen energi berkelanjutan dari Pusat Penelitian Fisika LIPI Deni Shidqi Khaerudini menuturkan pentingnya riset dan inovasi di bidang material dan energi berkelanjutan.
"Pengembangan riset dan inovasi material berbasis sumber daya lokal untuk energi bersih adalah kunci untuk menciptakan peradaban baru low carbon economy, sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri sesuai dengan karakter dan kultur Indonesia,” tutur Deni yang pernah menjadi ASEAN Diplomat 2019.
Baca juga: LIPI berkomitmen lindungi keanekaragaman hayati Indonesia
Baca juga: LIPI bangkitkan kepedulian terhadap kelestarian keanekaragaman hayati
"Tantangan Indonesia adalah menguasai teknologi konservasi dan pemanfaatannya sehingga keanekaragaman hayati dapat digunakan sebagai penghela perekonomian bangsa," kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di LIPI Puspita Lisdiyanti dalam Webinar Riset dan Inovasi untuk Merah Putih di Jakarta, Rabu.
Puspita menuturkan solusi untuk tantangan itu harus dipikirkan oleh putera-puteri Indonesia sendiri karena negara lain tidak mendapatkan anugerah sebagai negara tropis yang memiliki lebih dari 42 ekosistem daratan dan lima ekosistem lautan.
Oleh karenanya, ia menuturkan konsistensi dan komitmen dari ilmuwan dan pemangku kepentingan adalah keharusan.
Baca juga: LIPI perkuat riset produk alam dan obat-obatan tropis
Baca juga: LIPI: Indonesia jadi perpustakaan besar untuk penemuan obat baru
Keanekaragaman hayati yang melimpah di Indonesia salah satunya bisa dimanfaatkan untuk menemukan obat baru. Namun, proses penemuan obat baru membutuhkan waktu yang cukup panjang bisa lebih dari 17 tahun dan dana yang banyak sehingga perlu konsistensi dan komitmen dari semua pihak untuk mewujudkan penemuan kandidat obat hingga menjadi obat yang dapat digunakan dan dipasarkan secara massal.
Puspita menuturkan hingga sekarang ini, proses penemuan bahan baku obat di Indonesia masih berkutat di bagian skrining dan optimasi serta publikasi, padahal proses itu perlu dilanjutkan ke uji praklinik, uji klinik hingga mencapai komersialisasi atau masuk ranah pasar agar bisa mendapatkan pencapaian maksimal.
Komersialisasi produk harus menjadi tujuan akhir yang perlu direalisasikan oleh semua pemangku kepentingan.
Sementara peneliti dan akademisi untuk manajemen energi berkelanjutan dari Pusat Penelitian Fisika LIPI Deni Shidqi Khaerudini menuturkan pentingnya riset dan inovasi di bidang material dan energi berkelanjutan.
"Pengembangan riset dan inovasi material berbasis sumber daya lokal untuk energi bersih adalah kunci untuk menciptakan peradaban baru low carbon economy, sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri sesuai dengan karakter dan kultur Indonesia,” tutur Deni yang pernah menjadi ASEAN Diplomat 2019.
Baca juga: LIPI berkomitmen lindungi keanekaragaman hayati Indonesia
Baca juga: LIPI bangkitkan kepedulian terhadap kelestarian keanekaragaman hayati
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: