Artikel
Sebuah perjalanan untuk mencintai negeri
Oleh Putu Indah Savitri
17 Agustus 2021 20:37 WIB
Ilustrasi - Para alumni Program Pertukaran Pemuda antar Negara (PPAN) mengikuti Rembuk Pertukaran Pemuda antar Negara, yang diadakan secara virtual, Sabtu (28/11/2020). Duta Besar Republik Indonesia untuk Ethiopia Al Busyra Basnur turut menjadi salah satu peserta pertemuan tersebut. ANTARA/HO-KBRI Addis Ababa.
Jakarta (ANTARA) - Pertukaran pemuda ke luar negeri telah menjadi impian dari begitu banyak pemuda Indonesia sejak dahulu kala.
Angan-angan untuk berdiri di tanah negara asing sebagai perwakilan dari Indonesia telah menumbuhkan ambisi dalam diri generasi muda Indonesia.
Yang menjadi penghalang hanya kurangnya keberanian dan kepercayaan diri untuk mendaftar dan mengikuti seleksi. Buah manis akan dipetik dari mereka yang gigih berusaha untuk mewujudkan impian mereka.
Namun, seringkali orang bertanya-tanya, apa hasil dari kegiatan pertukaran pemuda? Apakah program tersebut hanya menghasilkan buah tangan untuk kerabat terdekat? Atau hanya untuk mempercantik CV guna melamar pekerjaan?
Nyatanya, pertukaran pemuda berhasil mencetak generasi penerus bangsa yang semakin mencintai negeri, khususnya Indonesia. Terbentuk sosok yang memiliki kebanggaan atas Tanah Air, juga memahami makna toleransi di tengah perbedaan.
Setidaknya, hal tersebut yang dirasakan oleh Adrian Rustam. Seorang Youth Leader untuk Kontingen Indonesia di Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang Tahun 2018.
Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang, atau yang juga dikenal sebagai The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP), merupakan salah satu program pertukaran pemuda yang diselenggarakan oleh Pemerintah Jepang guna membangun hubungan persahabatan, kesepahaman, dan saling menghormati antara Jepang dengan negara-negara anggota ASEAN.
Baca juga: PPAN diharapkan sejalan dengan agenda diplomasi ekonomi Indonesia
Baca juga: Deputi Menpora: Program pertukaran pemuda diplomasi budaya nyata
Program ini diselenggarakan setiap tahun, dan untuk Indonesia, program ini bergerak di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sebelum pandemi COVID-19, 28 pemuda-pemudi terpilih dari berbagai provinsi di Indonesia akan berkesempatan untuk mengikuti program pertukaran ini dan mengarungi lautan menggunakan kapal pesiar yang dikenal dengan nama Nippon Maru.
Sebanyak 28 pemuda-pemudi dari latar belakang yang berbeda-beda akan berkunjung ke Negeri Sakura (dan negara-negara ASEAN yang menjadi tujuan) di bawah satu panji, yakni Panji Merah Putih. Mereka mengemban satu misi diplomatik, yaitu untuk mengharumkan nama Indonesia.
Lantas, bagaimana program ini dapat menumbuhkan kecintaan para pemuda-pemudi terhadap Indonesia?
Memahami keragaman
Toleransi merupakan fondasi terkuat yang harus dimiliki oleh pemuda dan pemudi dalam program pertukaran ini. Ian, sapaan akrab Adrian, mengungkapkan bahwa perbedaan latar belakang memberi implikasi pada pola pikir dan kebiasaan seseorang.
Beradaptasi pada perbedaan-perbedaan tersebut menjadi tantangan bagi peserta program SSEAYP. Tidak jarang, perbedaan pola pikir menimbulkan perdebatan-perdebatan dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan.
Guna mengatasi hal tersebut, penting untuk menerapkan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai perbedaan pendapat dalam melakukan interaksi.
"Toleransi benar-benar kita (Kontingen Indonesia, red) terapkan dalam program," kata Ian ketika dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta.
Perbedaan budaya tidak hanya dialami oleh Ian ketika berinteraksi dengan negara-negara ASEAN dan Jepang. Karena Kontingen Indonesia, yang berisikan pemuda-pemudi dari 28 provinsi, juga memiliki pola pikir dan kebiasaan yang beragam.
Akan tetapi, ketika masing-masing peserta mulai membuka diri dan menerima perbedaan yang dijumpai selama program pertukaran berlangsung, saat itu lah keindahan yang sesungguhnya dapat dinikmati.
Ian mengatakan bahwa ia banyak memetik pelajaran dari keberagaman yang ia temukan selama program. Persatuan di dalam perbedaan melahirkan harmoni yang begitu kaya akan pelajaran, keunikan, serta perspektif-perspektif baru.
Ketika memahami esensi dari masing-masing perbedaan, maka rasa mencintai negeri akan semakin menguat.
Mencintai Negeri
Pemuda yang mewakili Provinsi Sulawesi Tengah ini membagikan kisah mengenai penampilan Kontingen Indonesia dalam kegiatan National Presentation yang diadakan di atas pesiar. Indonesia menampilkan berbagai tarian yang berasal dari masing-masing provinsi, dan saat itu, Adrian membawakan tari piring.
Selain menampilkan tarian, Kontingen Indonesia juga membawakan berbagai lagu, dan salah satunya adalah lagu 'Pancasila Rumah Kita' karya Franky Sahilatua. Lagu tersebut dinyanyikan oleh Kontingen Indonesia dengan mengenakan pakaian adat dari provinsi masing-masing.
Baca juga: Indonesia kirim 5 tokoh pemuda Muslim ke Australia
Baca juga: Kemenpora perkuat hubungan dengan Jepang terkait pertukaran pemuda
"Negara lain terpukau melihat Indonesia," ucap Ian ketika bercerita mengenai reaksi dari negara lain ketika melihat keberagaman Kontingen Indonesia.
Adapun negara-negara lain yang tergabung dalam program tersebut adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Jepang.
Adrian mengatakan, keanekaragaman budaya Indonesia, berikut dengan keindahan alam yang disaksikan oleh para peserta pertukaran melalui presentasi negara Indonesia, membuat kontingen lain ingin mengunjungi Indonesia, bahkan tinggal dan bekerja di Indonesia.
Perspektif yang berasal dari kontingen lain berhasil memupuk rasa bangga bagi pemuda-pemudi Kontingen Indonesia. Perasaan yang terbentuk menguatkan perasaan mencintai negeri bagi pemuda-pemudi Kontingen Indonesia.
Perasaan mencintai negeri memberikan dorongan untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan, berbagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia guna memperkuat eksistensi negara di kancah internasional.
Selain itu, pengalaman ketika melakukan upacara bendera di atas kapal pesiar dan disaksikan oleh sepuluh negara sahabat juga memberi perasaan bangga yang begitu tinggi.
Berdasarkan pengakuan Ian, ia diselimuti oleh perasaan haru ketika melihat bendera merah putih berkibar sembari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ia mengatakan, dalam benaknya terlintas sejarah perjuangan para pahlawan Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Ingatan tersebut memperkuat rasa bangganya sebagai orang Indonesia.
Perasaan hangat selalu menyelimuti pemuda-pemudi Kontingen Indonesia tiap kali melihat pengibaran bendera merah putih. Program pertukaran pemuda ini telah sukses mengukuhkan rasa cinta Tanah Air kepada pemuda-pemudi Indonesia yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu, pemuda yang kini berprofesi sebagai seorang dokter gigi ini memaknai Kemerdekaan Indonesia sebagai momen untuk membangkitkan semangat masyarakat Indonesia agar berkontribusi kepada Tanah Air.
Ian mengatakan bahwa ia telah belajar banyak dari SSEAYP. Untuk itu ia menarik simpulan bahwa apa yang dibutuhkan oleh pemuda-pemudi Indonesia untuk mencintai negeri adalah keterbukaan pikiran, toleransi, dan rasa bangga atas capaian-capaian Indonesia.
Adrian berpesan kepada masyarakat Indonesia, khususnya kepada para pemuda dan pemudi, agar tidak selalu saling menyalahkan dan mulai beraksi untuk membenahi diri sebagai kontribusi nyata kepada negara.
Negara dapat maju ketika generasi muda yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan fokus dalam menciptakan karya positif, alih-alih saling mencela dan menjatuhkan.
Indonesia memiliki begitu banyak hal-hal positif yang dapat dibanggakan. Untuk itu, mari membuka mata untuk melihat hal-hal yang positif dan tumbuhkan kebanggaan di dalam diri guna membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Angan-angan untuk berdiri di tanah negara asing sebagai perwakilan dari Indonesia telah menumbuhkan ambisi dalam diri generasi muda Indonesia.
Yang menjadi penghalang hanya kurangnya keberanian dan kepercayaan diri untuk mendaftar dan mengikuti seleksi. Buah manis akan dipetik dari mereka yang gigih berusaha untuk mewujudkan impian mereka.
Namun, seringkali orang bertanya-tanya, apa hasil dari kegiatan pertukaran pemuda? Apakah program tersebut hanya menghasilkan buah tangan untuk kerabat terdekat? Atau hanya untuk mempercantik CV guna melamar pekerjaan?
Nyatanya, pertukaran pemuda berhasil mencetak generasi penerus bangsa yang semakin mencintai negeri, khususnya Indonesia. Terbentuk sosok yang memiliki kebanggaan atas Tanah Air, juga memahami makna toleransi di tengah perbedaan.
Setidaknya, hal tersebut yang dirasakan oleh Adrian Rustam. Seorang Youth Leader untuk Kontingen Indonesia di Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang Tahun 2018.
Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang, atau yang juga dikenal sebagai The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP), merupakan salah satu program pertukaran pemuda yang diselenggarakan oleh Pemerintah Jepang guna membangun hubungan persahabatan, kesepahaman, dan saling menghormati antara Jepang dengan negara-negara anggota ASEAN.
Baca juga: PPAN diharapkan sejalan dengan agenda diplomasi ekonomi Indonesia
Baca juga: Deputi Menpora: Program pertukaran pemuda diplomasi budaya nyata
Program ini diselenggarakan setiap tahun, dan untuk Indonesia, program ini bergerak di bawah Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sebelum pandemi COVID-19, 28 pemuda-pemudi terpilih dari berbagai provinsi di Indonesia akan berkesempatan untuk mengikuti program pertukaran ini dan mengarungi lautan menggunakan kapal pesiar yang dikenal dengan nama Nippon Maru.
Sebanyak 28 pemuda-pemudi dari latar belakang yang berbeda-beda akan berkunjung ke Negeri Sakura (dan negara-negara ASEAN yang menjadi tujuan) di bawah satu panji, yakni Panji Merah Putih. Mereka mengemban satu misi diplomatik, yaitu untuk mengharumkan nama Indonesia.
Lantas, bagaimana program ini dapat menumbuhkan kecintaan para pemuda-pemudi terhadap Indonesia?
Memahami keragaman
Toleransi merupakan fondasi terkuat yang harus dimiliki oleh pemuda dan pemudi dalam program pertukaran ini. Ian, sapaan akrab Adrian, mengungkapkan bahwa perbedaan latar belakang memberi implikasi pada pola pikir dan kebiasaan seseorang.
Beradaptasi pada perbedaan-perbedaan tersebut menjadi tantangan bagi peserta program SSEAYP. Tidak jarang, perbedaan pola pikir menimbulkan perdebatan-perdebatan dalam proses diskusi dan pengambilan keputusan.
Guna mengatasi hal tersebut, penting untuk menerapkan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai perbedaan pendapat dalam melakukan interaksi.
"Toleransi benar-benar kita (Kontingen Indonesia, red) terapkan dalam program," kata Ian ketika dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta.
Perbedaan budaya tidak hanya dialami oleh Ian ketika berinteraksi dengan negara-negara ASEAN dan Jepang. Karena Kontingen Indonesia, yang berisikan pemuda-pemudi dari 28 provinsi, juga memiliki pola pikir dan kebiasaan yang beragam.
Akan tetapi, ketika masing-masing peserta mulai membuka diri dan menerima perbedaan yang dijumpai selama program pertukaran berlangsung, saat itu lah keindahan yang sesungguhnya dapat dinikmati.
Ian mengatakan bahwa ia banyak memetik pelajaran dari keberagaman yang ia temukan selama program. Persatuan di dalam perbedaan melahirkan harmoni yang begitu kaya akan pelajaran, keunikan, serta perspektif-perspektif baru.
Ketika memahami esensi dari masing-masing perbedaan, maka rasa mencintai negeri akan semakin menguat.
Mencintai Negeri
Pemuda yang mewakili Provinsi Sulawesi Tengah ini membagikan kisah mengenai penampilan Kontingen Indonesia dalam kegiatan National Presentation yang diadakan di atas pesiar. Indonesia menampilkan berbagai tarian yang berasal dari masing-masing provinsi, dan saat itu, Adrian membawakan tari piring.
Selain menampilkan tarian, Kontingen Indonesia juga membawakan berbagai lagu, dan salah satunya adalah lagu 'Pancasila Rumah Kita' karya Franky Sahilatua. Lagu tersebut dinyanyikan oleh Kontingen Indonesia dengan mengenakan pakaian adat dari provinsi masing-masing.
Baca juga: Indonesia kirim 5 tokoh pemuda Muslim ke Australia
Baca juga: Kemenpora perkuat hubungan dengan Jepang terkait pertukaran pemuda
"Negara lain terpukau melihat Indonesia," ucap Ian ketika bercerita mengenai reaksi dari negara lain ketika melihat keberagaman Kontingen Indonesia.
Adapun negara-negara lain yang tergabung dalam program tersebut adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos, Vietnam, dan Jepang.
Adrian mengatakan, keanekaragaman budaya Indonesia, berikut dengan keindahan alam yang disaksikan oleh para peserta pertukaran melalui presentasi negara Indonesia, membuat kontingen lain ingin mengunjungi Indonesia, bahkan tinggal dan bekerja di Indonesia.
Perspektif yang berasal dari kontingen lain berhasil memupuk rasa bangga bagi pemuda-pemudi Kontingen Indonesia. Perasaan yang terbentuk menguatkan perasaan mencintai negeri bagi pemuda-pemudi Kontingen Indonesia.
Perasaan mencintai negeri memberikan dorongan untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan, berbagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia guna memperkuat eksistensi negara di kancah internasional.
Selain itu, pengalaman ketika melakukan upacara bendera di atas kapal pesiar dan disaksikan oleh sepuluh negara sahabat juga memberi perasaan bangga yang begitu tinggi.
Berdasarkan pengakuan Ian, ia diselimuti oleh perasaan haru ketika melihat bendera merah putih berkibar sembari menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ia mengatakan, dalam benaknya terlintas sejarah perjuangan para pahlawan Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Ingatan tersebut memperkuat rasa bangganya sebagai orang Indonesia.
Perasaan hangat selalu menyelimuti pemuda-pemudi Kontingen Indonesia tiap kali melihat pengibaran bendera merah putih. Program pertukaran pemuda ini telah sukses mengukuhkan rasa cinta Tanah Air kepada pemuda-pemudi Indonesia yang terlibat di dalamnya.
Oleh karena itu, pemuda yang kini berprofesi sebagai seorang dokter gigi ini memaknai Kemerdekaan Indonesia sebagai momen untuk membangkitkan semangat masyarakat Indonesia agar berkontribusi kepada Tanah Air.
Ian mengatakan bahwa ia telah belajar banyak dari SSEAYP. Untuk itu ia menarik simpulan bahwa apa yang dibutuhkan oleh pemuda-pemudi Indonesia untuk mencintai negeri adalah keterbukaan pikiran, toleransi, dan rasa bangga atas capaian-capaian Indonesia.
Adrian berpesan kepada masyarakat Indonesia, khususnya kepada para pemuda dan pemudi, agar tidak selalu saling menyalahkan dan mulai beraksi untuk membenahi diri sebagai kontribusi nyata kepada negara.
Negara dapat maju ketika generasi muda yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan fokus dalam menciptakan karya positif, alih-alih saling mencela dan menjatuhkan.
Indonesia memiliki begitu banyak hal-hal positif yang dapat dibanggakan. Untuk itu, mari membuka mata untuk melihat hal-hal yang positif dan tumbuhkan kebanggaan di dalam diri guna membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021
Tags: