Jakarta (ANTARA) - Zakia Khudadadi akan menjadi wanita pertama yang mewakili Afghanistan dalam Paralimpiade yang akan digelar di Tokyo bulan ini, tetapi mimpi itu hancur di tengah kacaunya negara itu.

Chef de Mission Arian Sadiqi dari Komite Paralimpiade Afghanistan yang berbasis di London mengatakan kepada Reuters bahwa dua atlet negara itu tidak akan bisa mengikuti Paralimpiade yang dimulai 24 Agustus.

"Sayangnya karena pergolakan yang sedang terjadi di Afghanistan, maka tim tidak bisa meninggalkan Kabul tepat waktu," kata dia seperti dikutip Reuters.

Pasukan AS telah mengambil alih kendali lalu lintas udara di bandara Kabul di mana lima orang tewas Senin dalam situasi kacau balau di mana terjadi penembakan ke udara dan penyerbuan.

Pemberontak Taliban sudah menguasai kota-kota besar dan kini telah menguasai sebagian besar Afghanistan. Taliban Islamis garis keras ini digulingkan pada 2001, namun memetik keuntungan militer besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir setelah pasukan asing pimpinan Amerika Serikat mundur.

Baca juga: Lima tewas di bandara Kabul, tentara AS tembakkan peluru ke udara
Baca juga: Pejabat AS: Sebagian besar diplomat Barat sudah tinggalkan Kabul

Sadiqi mengaku akan terbang ke Jepang pada Senin sementara tim yang terdiri dari Khudadadi dan pelari Hossain Rasouli dijadwalkan tiba di Tokyo pada 17 Agustus.

Atlet Taekwondo Khudadadi pekan lalu masuk profil atlet laman Paralimpiade (www.paralympic.org) dengan berbicara soal harapannya kepada Paralimpiade ini.

"Saya senang sekali setelah memperoleh kabar saya mendapatkan wild card untuk bertanding dalam Paralimpiade," kata atlet berusia 23 tahun asal Herat itu.

"Ini pertama kalinya seorang atlet wanita mewakili Afghanistan dalam Paralimpiade dan saya senang sekali," kata dia saat itu.

Sadiqi mengatakan para atlet sudah berusaha mengamankan penerbangan, tetapi harga melonjak begitu Taliban menduduki serangkaian kota.

Kemudian menjadi mustahil pergi.

"Mereka benar-benar bersemangat sebelum terjadinya situasi itu. Mereka berlatih di mana pun mereka bisa, di taman dan kebun belakang," kata dia.

Baca juga: Gejolak Afghanistan buat atlet Paralimpiade tidak dapat bertanding

Selanjutnya kompetisi pertama
Ilustrasi - Masa depan atlet Afghanistan tampak suram dengan terus berkecamuknya perang di negara tersebut (ANTARA/Juns)

Atlet-atlet Afghanistan pertama kali berkompetisi pada Paralimpiade 1996 tapi tak pernah memenangkan medali.

Rohullah Nikpai menjadi peraih medali Olimpiade pertama Afghanistan ketika memenangkan perunggu taekwondo pada Olimpiade Beijing 2008 yang diulangi dalam Olimpiade London 2012.

Sadiqi mengatakan masa depan atlet Afghanistan tampak suram.

"Ada banyak kemajuan, baik dalam Olimpiade maupun Paralimpiade," kata dia mengenai kejadian puluhan tahun belakang ini. "Di tingkat nasional pesertanya banyak, atletnya banyak, tapi kita hanya bisa memprediksi dari apa yang terjadi di masa lalu."

"Sebelumnya pada era Taliban orang tak bisa bertanding, tak bisa berpartisipasi, apalagi atlet putri."

"Bagi saya, itu memilukan," kata dia. "Ini akan menjadi atlet taekwondo putri pertama Afghanistan yang ambil bagian. Ini proses bersejarah. Dia bersemangat untuk ambil bagian. Dia sangat bersemangat dalam berlomba."

"Zakia bakal menjadi panutan yang hebat bagi perempuan-perempuan lain di negara ini."

Baca juga: Lebih dekat dengan Paralimpiade Tokyo 2020
Baca juga: Survei: Mayoritas kelompok khawatir Paralimpiade Tokyo karena pandemi
Baca juga: NPC Indonesia: 23 atlet siap berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020