Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengungkapkan kehilangan atas meninggalnya tokoh yang menjadi pelaku sekaligus pencatat sejarah Indonesia, Des Alwi, namun sekaligus bangga atas perjuangan yang telah dilakukan almarhum.

"Kita merasa kehilangan tapi kita bangga dengan hasil-hasil perjuangannya," katanya saat melayat ke rumah duka di Permata Hijau, Jakarta, Jumat.

Boediono juga mengungkapkan kebanggaannya kepada Des Alwi yang telah berjuang sejak kecil di zaman perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan.

Wapres mengemukakan Des Alwi konsisten dengan perjuangan untuk ikut membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan.

"Beliau ini memang pelaku sejarah kemerdekaan yang benar-benar mengalami perjuangan sejak masa kecil, bertemu dengan Pak Hatta, Pak Sjahrir bahkan sampai dibawa ke Jawa kemudian benar-benar berjuang fisik pada waktu itu," katanya.

Sementara itu, Wapres hadir bersama Ibu Herawati Boediono pada pukul 13.30 WIB dan kemudian keluar dari rumah duka pukul 14.00 WIB.

Ia menyatakan upacara pemakaman akan ditanggung oleh negara dengan upacara militer. Rencananya, Des Alwi akan dimakamkan di Banda Neira.

Des Alwi lahir di Banda Naira, 17 November 1927. Di Jakarta, ia terkenal sebagai pelobi tingkat tinggi dan simbol masyarakat Banda.

Sebagian orang menilai, kepiawaian Des Alwi dalam hal melobi, hingga mendapat julukan pelobi tingkat tinggi, dari petinggi nasional hingga internasional itu salah satunya hasil dari kebiasaannya bergaul dengan tokoh-tokoh tahanan politik yang dibuang ke Banda.

Des yang merupakan pelaku sekaligus pencatat sejarah itu banyak belajar dari dr Tjipto Mangunkusumo yang disebutnya sebagai Oom Tjip, Dr Muhammad Hatta yang dipanggilnya sebagai Oom Kaca Mata, Sjahrir sebagai Oom Rir, Mr Iwa Kusumah Sumantri dan beberapa anggota Sjarikat Islam Indonesia lainnya.
(M041*A041/A011)