Jakarta, 12/11 (ANTARA) - Pada Kamis (11/11) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertolak menuju Seoul, Korea Selatan, untuk menghadiri pertemuan pemimpin 20 negara yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian dunia atau kelompok G-20.

Pertemuan kelompok G-20 merupakan representasi dari usaha negara-negara di dunia dalam menghadapi krisis keuangan 2008.

Dalam KTT G-20 yang pertama di Washington, kemudian dilanjutkan di London dan kemudian Pittsburgh, inti pembicaraan dan kesepakatan para pemimpin itu adalah penanganan krisis dan pencegahan meluasnya krisis keuangan.

Pada KTT di Toronto, pertengahan 2010, agenda mengenai pembangunan berkelanjutan mulai dibicarakan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sejumlah kesempatan mengatakan, Indonesia akan membawa sejumlah isu mengenai pembangunan negara-negara berkembang untuk dibicarakan dalam agenda pertemuan G-20 di Seoul.

"Saya mempersiapkan bahan untuk intervensi. Kita sedang siapkan bahan tentang pembangunan, sehingga dalam globalisasi ini `internastional justice dan `prosperity` harus terwujud," kata Presiden dalam pidato di hadapan politisi muda Indonesia, seminggu belum dia ke Seoul.

Presiden mengatakan Indonesia akan menyampaikan sejumlah langkah tersebut selain untuk kepentingan nasional juga untuk menunjukkan bahwa Indonesia berperan dalan percaturan politik global.

Keinginan Indonesia untuk membahas mengenai masalah pembangunan dalam G-20 di Seoul juga telah disampaikan kepada pemerintah Australia, sesama anggota kelompok tersebut.

Saat pertemuan dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard di Jakarta, 3 November, Presiden Yudhoyono mengatakan kedua negara sepakat berkerja sama dan mendorong isu tersebut dalam pertemuan di Seoul.

"Kami akan bersama sama di Seoul dan juga di Yokohama dalam forum G-20 dan APEC. Saya senang dan Insya Allah di Korea isu pembangunan juga akan diberikan porsi yang tepat," kata Presiden.

Sementara itu, PM Gillard mengatakan, diskusinya dengan Presiden Yudhoyono menunjukkan Kepala Negara RI senang dengan perkembangan kesepakatan G-20 yang terkait dengan ekonomi serta respons terhadap krisis keuangan global.

"Saya sangat mendukung ide Presiden untuk membawa pertanyaan-pertanyaan tentang pembangunan dalam diskusi yang akan berlangsung nanti," kata Gillard dalam keterangan pers bersama Presiden Yudhoyono.



Visi Korea

Pembicaraan mengenai pembangunan khususnya bagi negara berkembang memang mulai mencuat dalam forum G-20, seperti yang disebutkan sebelumnya, pendalaman tentang masalah tersebut sudah masuk ke dalam keputusan bersama saat pertemuan G-20 di Toronto berlangsung.

Dalam salah satu hasil kesepakatan di Toronto disebutkan bahwa G-20 setuju untuk mendorong pembangunan dengan membentuk sebuah kelompok kerja dan memberikan mandat pada kelompok kerja itu mengelaborasi agenda yang bisa dibicarakan dalam KTT G-20 berikutnya.

Agenda tersebut diharapkan akan memberikan kontribusi pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak secara khusus dalam situs resmi G-20 Korea Selatan mengatakan penyelenggaraan pertemuan puncak pemimpin G-20 di Korea selain mendorong pemenuhan pencapaian kesepakatan sebelumnya juga akan mendorong perkembangan di bidang jaring pengaman keuangan global dan juga sejumlah isu di bidang pembangunan.

"Kami berharap bahwa pertemuan G-20 di Seoul akan membantu kita mencapai tujuan bersama yaitu pertumbuhan ekonomi global yang kuat, berimbang dan berkelanjutan dan juga memperkuat potensi ekonomi global," katanya seperti dikutip dari situs resmi G-20 Korsel.

Dalam pertemuan di Seoul, hal yang dibicarakan adalah tindak lanjut dari komitmen dalam pertemuan sebelumnya di bidang kelanjutan pemulihan stabilitas fiskal, memastikan pertumbuhan global yang seimbang, kuat dan berkelanjutan dan membangun lembaga keuangan internasional yang kuat.

Jaring pengaman keuangan global yang usulkan oleh tuan rumah Korea Selatan antara lain memandang perlunya usaha-usaha untuk mendorong IMF memberikan fasilitas pinjaman yang memadai sesuai dengan kebutuhan komunitas global.

Kesepakatan di tingkat regional seperti inisiatif Chiag May bisa membantu terciptanya jaring pengaman finansial global.

Presiden Yudhoyono di sela perjalanan menuju Korea Selatan mengatakan bahwa keberadaan G-20 bukan tanpa hasil dalam upaya menangani krisis keuangan global pada 2008 agar tidak menimbulkan kegoncangan fondasi perekonomian global yang lebih parah.

"`Economic recovery` yang terjadi saat ini sudah ada `achievement`. Berlebihan kalau tidak ada `achievement`. Berlebihan kalau dianggap tidak ada efektivitasnya. Kita harus `fair`. G-20 memang tidak mungkin mengeluarkan resep ajaib dan tidak bisa ada `instan solution`," kata Presiden

Presiden mengatakan ia akan memberikan kontribusinya mengenai isu-isu pembangunan serta pemeliharaan lingkungan maritim.

"Kita punya `interest`, kita Alhamdulillah menjadi `regional power`, suatu saat menjadi `world power`. Kita harus punya tanggung jawab juga untuk dunia kita dan negara kita. dalam konteks itulah kita menjalankan tugas besok di Seoul," kata Presiden.

***1***

(T.P008/B/s018/s018) 12-11-2010 09:59:50