Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) menargetkan mencetak 200 orang petani milenial, dalam upaya menghadapi tantangan perkembangan sektor pertanian masa hadapan yang akan mengedepankan teknologi.

“Saat ini yang sudah kita rekrut sebanyak 60 orang untuk dipersiapkan sebagai petani milenial, dan target kita Aceh sebanyak 200 orang,” kata Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh Mukhlis di Banda Aceh, Senin.

Mukhlis mengatakan program pembentukan petani milenial tersebut dilakukan sejalan dengan program dari Kementerian Pertanian RI yang menargetkan 2,5 juta petani milenial hingga 2024.

“Yang 60 orang ini belum pada tahap pembinaan, baru pada tahap perekrutan dalam beberapa waktu terakhir. Perekrutan ini akan terus berlanjut, kita utamakan yang punya UKM dari hulu hingga ke hilir,” katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya Aceh sudah jauh hari mencanangkan program pembentukan petani milenial. Pada akhir 2019, pihaknya telah merekrut 20 orang petani milenial dari beberapa kabupaten/kota, yang kemudian mendapatkan pembinaan sekaligus dikirim ke Thailand untuk menjalani magang.

Pada 2020, kata dia, Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga memiliki program membuat klaster, dengan cara membuka lahan seluas 20 hektare bagi petani milenial tersebut untuk mengembangkan komoditas kelapa pandan wangi, yang menjadi fokus belajar mereka ketika di Thailand.

“Pada 2020 kita sudah mencoba menganggarkan untuk membuat satu klaster. Namun sudah setengah jalan, muncul pandemi COVID-19, sehingga anggaran di bidang kita dipangkas untuk sektor kemanusiaan,” katanya.

“Jadi 20 orang ini sudah terbentuk, sudah eksis dan sering kita ikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan. Jadi kita harapkan mereka bisa menjadi penggerak dalam membentuk petani milenial ini,” katanya lagi.

Mukhlis menilai petani milenial memang sudah seharusnya dipersiapkan dalam menghadapi tantangan perkembangan sektor pertanian. Menurutnya dari 33 orang petani di seluruh Indonesia, hanya 25 persen yang milenial, selebihnya sudah berusia tua.

“Petani milenial ini dia berusia 19 hingga 39 tahun, bisa teknologi seperti jualan tidak perlu lagi harus ke pasar, bisa secara online. Kemudian full mekanisasi, bahwa petani itu tidak jorok, mudah dan menyenangkan,” katanya.


Baca juga: Stafsus Presiden: Aceh provinsi pengembangan petani milenial

Baca juga: Kementan anggap kebutuhan petani milenial sudah mendesak

Baca juga: Ridwan Kamil targetkan cetak 100 ribu petani milenial