Anak-anak di pulau penyangga kesulitan sinyal saat belajar daring
16 Agustus 2021 16:54 WIB
Anak-anak SD di Pulau Lengkang, pulau kawasan penyangga Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, sebelum penerapan PPKM belajar terbatas di sekolah. (FOTO ANTARA/Yuniati Jannatun Naim)
Batam, Kepri (ANTARA) - Anak-anak yang tinggal di pulau penyangga di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kesulitan mendapatkan sinyal dalam pembelajaran jarak jauh akibat pandemi COVID-19.
"Kalau di pulau, sinyalnya kurang bagus, jadi kegiatan belajar mengajar tidak efektif," kata Kepala SD Pulau Lengkang Syamsiah, yang dihubungi dari Batam, Senin.
Tidak hanya itu, kata dia, banyak warga pulau tidak memiliki gawai yang memadai. Kalau pun ada. harus bergantian dengan saudara lain yang juga menjalani pembelajaran jarak jauh, dan ada pula yang harus meminjam telepon selular ke kerabat.
Pulau Lengkang berada di Kecamatan Belakangpadang, yang beberapa waktu lalu menjadi zona merah COVID-19 meskipun di pulau itu sendiri tidak ada kasus COVID-19.
Di sana juga diterapkan PPKM untuk meminimalkan potensi penularan COVID-19, sehingga kegiatan belajar mengajar menggunakan daring.
Di SD itu, terdapat 72 anak dari enam jenjang dengan sembilan orang guru kelas dan guru mata pelajaran. Untuk kelas 1 saja ada 16 siswa yang baru mulai belajar.
Menurut Syamsiah karena keterbatasan sinyal dan gawai, maka ada beberapa siswa yang diterima belajar di sekolah bergantian, demi tetap menjalani protokol kesehatan.
Sementara itu, guru kelas IV SD Lengkang, Igo menambahkan sangat sulit mengajar daring di pulau.
Karena keterbatasan sinyal dan gawai, kata dia, maka guru hanya dapat menerangkan menggunakan pesan audio dan memberikan soal melalui pesan aplikasi.
"Enggak bisa pakai Google meet atau zoom. Sinyalnya terbatas. Jadi hanya bisa memberikan soal saja," kata dia.
Guru pun tidak dapat memastikan, siswa mengisi soal dengan benar karena telah memahami penjelasan melalui audio.
"Anak-anak ini jujur. Mereka mengaku mencari jawaban langsung dari Google," katanya menceritakan fakta itu.
Begitu pula dengan pengerjaan soal matematika. Banyak siswa yang mengaku kepadanya menjawab menggunakan kalkulator, tanpa tahu cara menghitung yang semestinya.
"Kami harapkan pandemi segera berlalu, agar anak-anak bisa kembali bersekolah," demikian Igo.
Baca juga: Kisah Fauziah, warga pulau yang terus belajar di usia dewasa
Baca juga: KBM luring di pulau penyangga Kota Batam berjalan baik
Baca juga: Warga Pulau Belakangpadang panjat menara radio kibarkan bendera
Baca juga: Warga pulau penyangga di Batam terpapar Virus Corona
"Kalau di pulau, sinyalnya kurang bagus, jadi kegiatan belajar mengajar tidak efektif," kata Kepala SD Pulau Lengkang Syamsiah, yang dihubungi dari Batam, Senin.
Tidak hanya itu, kata dia, banyak warga pulau tidak memiliki gawai yang memadai. Kalau pun ada. harus bergantian dengan saudara lain yang juga menjalani pembelajaran jarak jauh, dan ada pula yang harus meminjam telepon selular ke kerabat.
Pulau Lengkang berada di Kecamatan Belakangpadang, yang beberapa waktu lalu menjadi zona merah COVID-19 meskipun di pulau itu sendiri tidak ada kasus COVID-19.
Di sana juga diterapkan PPKM untuk meminimalkan potensi penularan COVID-19, sehingga kegiatan belajar mengajar menggunakan daring.
Di SD itu, terdapat 72 anak dari enam jenjang dengan sembilan orang guru kelas dan guru mata pelajaran. Untuk kelas 1 saja ada 16 siswa yang baru mulai belajar.
Menurut Syamsiah karena keterbatasan sinyal dan gawai, maka ada beberapa siswa yang diterima belajar di sekolah bergantian, demi tetap menjalani protokol kesehatan.
Sementara itu, guru kelas IV SD Lengkang, Igo menambahkan sangat sulit mengajar daring di pulau.
Karena keterbatasan sinyal dan gawai, kata dia, maka guru hanya dapat menerangkan menggunakan pesan audio dan memberikan soal melalui pesan aplikasi.
"Enggak bisa pakai Google meet atau zoom. Sinyalnya terbatas. Jadi hanya bisa memberikan soal saja," kata dia.
Guru pun tidak dapat memastikan, siswa mengisi soal dengan benar karena telah memahami penjelasan melalui audio.
"Anak-anak ini jujur. Mereka mengaku mencari jawaban langsung dari Google," katanya menceritakan fakta itu.
Begitu pula dengan pengerjaan soal matematika. Banyak siswa yang mengaku kepadanya menjawab menggunakan kalkulator, tanpa tahu cara menghitung yang semestinya.
"Kami harapkan pandemi segera berlalu, agar anak-anak bisa kembali bersekolah," demikian Igo.
Baca juga: Kisah Fauziah, warga pulau yang terus belajar di usia dewasa
Baca juga: KBM luring di pulau penyangga Kota Batam berjalan baik
Baca juga: Warga Pulau Belakangpadang panjat menara radio kibarkan bendera
Baca juga: Warga pulau penyangga di Batam terpapar Virus Corona
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021
Tags: