Jakarta (ANTARA News) - Meski perannya dalam kegiatan usaha sektor swasta sangat besar namun kebanyakan bisnis keluarga tidak berumur panjang karena gagal dalam suksesi kepemimpinan dan tak mampu menangani konflik internal secara baik.

Dalam konferensi tentang bisnis keluarga di Jakarta, Kamis, Direktur the Jakarta Consulting Group A.B Susanto menjelaskan di Indonesia bisnis keluarga yang bisa bertahan sampai generasi ketiga hanya 24 persen dan yang sampai generasi keempat hanya lima persen.

Survei terkini the Jakarta Consulting Group juga menunjukkan bahwa hanya tiga persen dari perusahaan keluarga yang dibangun tahun 1932-1943 yang bisa bertahan sampai sekarang.

Sementara usaha keluarga yang dibangun tahun 1944-1955 hanya dua persen dan usaha keluarga yang berawal tahun 1956-1967 hanya 10 persen yang bertahan.

Perusahaan keluarga yang dibangun tahun 1968-1979 dan tahun 1980-1991 yang bisa bertahan sampai sekarang masing-masing sebanyak 24 persen.

Susanto menjelaskan permasalahan utama yang dihadapi bisnis keluarga dalam menjaga kelanggengan usaha adalah konflik antar anggota keluarga, kegagalan suksesi kepemimpinan dan masalah dalam penempatan anggota keluarga dalam bisnis.

Ketiganya, kata dia, merupakan masalah yang muncul berulang dalam bisnis keluarga selain masalah struktur manajemen, pembagian kompensasi, kompetensi, serta ketidakselarasan antara kepentingan keluarga dan bisnis.

Semua masalah itu menjadi penghambat utama perkembangan bisnis keluarga yang menurut Konsultan ahli dari the Jakarta Consulting Group Suwahjuhadi Mertosono sebenarnya bisa terus tumbuh besar menjadi perusahaan kelas internasional.

Perusahaan berkelas internasional yang dia maksud adalah perusahaan dengan tim manajemen eksekutif kuat; punya visi, misi dan strategi jelas; berkemampuan organisasi bagus; dan mutu kinerjanya setara dengan perusahaan internasional sejenis.

Ia menjelaskan, dalam hal ini sebuah perusahaan keluarga harus menetapkan tujuan bisnis kemudian menyepakati siapa saja anggota keluarga yang masuk dalam pengelolaan bisnis.

Konflik internal serta masalah suksesi dan penempatan, kata dia, biasanya terjadi karena ketiadaan aturan main dan rencana suksesi kepemimpinan perusahaan karenanya harus dipersiapkan sejak awal.

"Harus dibuat aturan main dan kebijakan dalam bisnis keluarga untuk mengelola bisnis bersama secara efektif untuk menghindari konflik antar generasi dan antar anggota serta masalah yang lain," katanya.
(M035/B010)