BPPTKG sebut Gunung Merapi memasuki fase keluarkan magma
13 Agustus 2021 23:50 WIB
Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava terlihat dari Turgo, Purwobinamgun, Pakem, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (11/8/2021). Menurut data BPPTKG periode pengamatan pukul 06:00-12.00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati mengalami 12 kali guguran dengan jarak luncur 500 - 1000 meter ke arah barat daya. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/wsj.)
Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki fase ekstrusi atau fase keluarnya magma dari permukaan gunung.
"Kalau aman belum karena justru sekarang ini fasenya adalah fase ekstrusi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam Pembahasan Aktivitas Merapi Terkini yang berlangsung secara virtual di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Hanik, sejak April 2021 Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas seismik yang kemudian menurun pada 6 Agustus 2021. Penurunan seismik tersebut menandai dimulainya fase ekstrusi magma.
Baca juga: BPBD Boyolali bantu 10 tangki air bersihkan abu Merapi desa terdampak
Indikasi dimulainya fase ekstrusi magma juga ditunjukkan dengan penurunan deformasi gunung yang menunjukkan bahwa tekanan magma dari dalam sudah mulai berkurang.
"Pada saat ada tekanan adalah fase intrusi atau pergerakan magma dari dalam menuju ke permukaan. Nah sekarang fase keluarnya (magma) yang sudah ada di permukaan," kata dia.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau BPPTKG dengan menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 7,7 cm per hari.
Baca juga: Candi Borobudur diselimuti hujan abu Merapi
"Fase ekstrusi ini justru kita harus hati-hati dalam artian awan panas masih mengancam ke daerah-daerah potensi (terdampak bahaya)," kata dia.
Sementara itu, terkait arah guguran kubah lava, Hanik Menyebut mulai ada pergeseran yang semula dominan ke Kali Boyong atau sisi barat daya, dalam sebulan ini cenderung ke arah Kali Bebeng di sisi selatan-barat daya.
"Awal-awal dominannya itu adalah ke arah Kali Boyong. Mulai 13 Juli sampai dengan 13 Agustus ini sekarang yang dominan ke (Kali) Bebeng," kata Hanik.
Baca juga: Gunung Merapi luncurkan empat kali awan panas hingga 3 km
Hanik menuturkan bahwa sepanjang pengamatan selama sepekan, Merapi 28 kali melontarkan guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 3.000 meter.
Guguran lava teramati sebanyak 252 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan satu kali ke arah tenggara dengan jarak luncur 500 meter.
Baca juga: Hujan abu Merapi guyur sebagian wilayah Kabupaten Magelang
BPPTKG sampai sekarang mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Warga diminta mewaspadai potensi dampak guguran lava dan awan panas Gunung Merapi di sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Kalau terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi dapat menjangkau area dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung, demikian Hanik Humaida.
Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan guguran lava pijar sejauh 1.200 meter
"Kalau aman belum karena justru sekarang ini fasenya adalah fase ekstrusi," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam Pembahasan Aktivitas Merapi Terkini yang berlangsung secara virtual di Yogyakarta, Jumat.
Menurut Hanik, sejak April 2021 Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas seismik yang kemudian menurun pada 6 Agustus 2021. Penurunan seismik tersebut menandai dimulainya fase ekstrusi magma.
Baca juga: BPBD Boyolali bantu 10 tangki air bersihkan abu Merapi desa terdampak
Indikasi dimulainya fase ekstrusi magma juga ditunjukkan dengan penurunan deformasi gunung yang menunjukkan bahwa tekanan magma dari dalam sudah mulai berkurang.
"Pada saat ada tekanan adalah fase intrusi atau pergerakan magma dari dalam menuju ke permukaan. Nah sekarang fase keluarnya (magma) yang sudah ada di permukaan," kata dia.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau BPPTKG dengan menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 7,7 cm per hari.
Baca juga: Candi Borobudur diselimuti hujan abu Merapi
"Fase ekstrusi ini justru kita harus hati-hati dalam artian awan panas masih mengancam ke daerah-daerah potensi (terdampak bahaya)," kata dia.
Sementara itu, terkait arah guguran kubah lava, Hanik Menyebut mulai ada pergeseran yang semula dominan ke Kali Boyong atau sisi barat daya, dalam sebulan ini cenderung ke arah Kali Bebeng di sisi selatan-barat daya.
"Awal-awal dominannya itu adalah ke arah Kali Boyong. Mulai 13 Juli sampai dengan 13 Agustus ini sekarang yang dominan ke (Kali) Bebeng," kata Hanik.
Baca juga: Gunung Merapi luncurkan empat kali awan panas hingga 3 km
Hanik menuturkan bahwa sepanjang pengamatan selama sepekan, Merapi 28 kali melontarkan guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 3.000 meter.
Guguran lava teramati sebanyak 252 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan satu kali ke arah tenggara dengan jarak luncur 500 meter.
Baca juga: Hujan abu Merapi guyur sebagian wilayah Kabupaten Magelang
BPPTKG sampai sekarang mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Warga diminta mewaspadai potensi dampak guguran lava dan awan panas Gunung Merapi di sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Kalau terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi dapat menjangkau area dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung, demikian Hanik Humaida.
Baca juga: Gunung Merapi meluncurkan guguran lava pijar sejauh 1.200 meter
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: