Cinangka (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda selama Senin (8/11) sulit terpantau secara kasat mata oleh petugas pos pemantau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

"Kami sulit melakukan pemantauan GAK dari pos, karena dari pagi sampai sore hari tadi, cuaca buruk jadi fisik GAK tidak terlihat," kata Kepala Pos pemantau GAK, Anton S. Pambudi.

Dia menjelaskan, selain faktor cuaca, jarak GAK juga sangat jauh dari Pos Pemantauan, sehingga GAK yang biasa dapat dilihat dengan menggunakan teropong tidak nampak.

"Kami tidak bisa melihat kondisi gunung itu walaupun dengan teropong, karena selain cuaca, jaraknya saja mencapai 42 kilometer dari pos pantau," katanya menjelaskan.

Kondisi aktivitas GAK yang saat ini masih berstatus `waspada` atau level II memang sudah mengeluarkan pijaran lava, namun kondisi tersebut, tidak membahayakan selama masyarakat mengikuti larangan mendekat ke gunung itu dengan radius dua kilometer.

"Sepanjang kita tidak mendekati radius dua kilometer, itu masih aman dan tidak mengkhawatirkan," katanya.

Jika cuaca kembali normal, menurut dia, maka tanpa menggunakan alat bantu seperti teropong, pihaknya dapat melihat Gunung Anak Krakatau dengan sangat jelas.

"Dari sejumlah pantai di Anyer, jika cuaca cerah, semburan asap berwarna kelabu kehitam-hitaman dapat terlihat sangat jelas, dan kadang pijaran lava yang dikeluarkan oleh gunung tersebut juga terlihat pada malam hari," katanya.

Jumlah kegempaan untuk Minggu (7/11) sebanyak 668 kali, dengan rincian vulkanik dangkal (VB) 226 kali, gempa vulkanik dalam (VA) 50 kali, letusan 78 kali, hembusan 214 kali, tremor 100 kali.
(T.ANT-152/J006/P003)