Magelang (ANTARA News) - Sebuah truk bernomor polisi H 1988 AZ terjebak banjir lahar dingin di Sungai Belan di Dusun Karangsari, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, saat akan mengangkut pasir di aliran sungai tersebut.

Seorang pengelola depo pasir, Marzuki, di Magelang Senin mengatakan bahwa sekitar pukul 12.00 WIB ada tiga truk di sungai yang menaikkan pasir, tapi tiba-tiba terdengar gemuruh keras yang ternyata aliran lahar dingin.

Dua truk bisa segera naik ke bantaran sungai, namun truk yang dikemudikan Nursalim (45) warga Desa Karangejo, Kecamatan Jatingaleh, Magelang, belum sempat dipinggirkan.

Kejadian tersebut tidak membawa korban, truk naas tersebut keempat rodanya terpendam lumpur sehingga tidak bisa bergerak. Kebetulan truk tersebut berada di pinggir sungai, kalau di tengah sungai bisa terbawa derasnya arus lahar dingin.

Sejumlah penambang berusaha menyingkirkan lumpur yang memendam roda truk dan menurunkan muatan pasir yang sudah berada di atas bak truk.

Seorang warga Dusun Sidoarjo, Taman Agung, Muntilan, Agus Triono, mengatakan, banjir lahar dingin sudah terjadi tiga kali di Sungai Belan. Dua kali banjir yang terakhir terjadi cukup besar dibanding yang pertama.

Selama ini proses penambangan pasir terus berlangsung meski bahaya mengancam warga. Dalam satu hari sebanyak 50-60 truk lalu-lalang untuk mengambil pasir di bantaran Sungai Belan.

Seorang penambang warga Kranggan, Temanggung, Andi Susanto, tidak merasa khawatir dengan kejadian banjir lahar dingin tersebut. Mayoritas penambang pasir sudah mengetahui ciri-ciri banjir lahar dingin, antara lain suara gemuruh dan arus deras.

"Kami nekat menambang pasir karena untuk mencukupi kebutuhan hidup. Mau bagaimana lagi, kami butuh makan untuk anak istri," katanya.

Usai banjir lahar dingin berupa pasir dan bebatuan, harga pasir di depo Belan berkisar Rp300 ribu per truk, namun saat langka pasir bisa mencapai Rp700 ribu per truk.

(H018/Z002/S026)