Pergizi Pangan Indonesia minta Dashat BKKBN perhatikan gizi ibu hamil
13 Agustus 2021 18:13 WIB
Tangkapan layar Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Dr. Hardinsyah dalam "Menu Sehat Dashat: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas" secara daring di Jakarta, Jumat (13/8/2021). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof. Dr. Hardinsyah meminta Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang dibuat oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) lebih memperhatikan gizi dari ibu yang sedang hamil.
“Sasaran ibu hamil pada program Dashat BKBBN perlu disepakati karena turut menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebutuhan gizi ibu hamil dan ini juga akan menentukan logistik, pendanaan dan sistem pemantauan lebih lanjut,” kata Hardinsyah dalam diskusi "Menu Sehat Dashat: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas" secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan menu gizi pada program Dashat harus mengandung pangan seperti sumber protein dan buah yang cukup untuk dapat meningkatkan tumbuh kembang janin dari terjadinya berat lahir pendek.
Baca juga: Pergizi: Peran ibu penting jaga pemenuhan kebutuhan gizi
“Kalau bisa, kami lengkapkan kalau bagus. Kalau lengkap yang diperbanyak lauk pauknya. Jangan karbohidrat saja dan sayur yang murah,” tegas dia memberikan masukkan pada jumlah porsi makan yang diberikan.
Hardinsyah juga menyarankan BKKBN untuk mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi program dasar dengan pendekatan yakni melalui pemantauan di input, output dan pemantauan di panjang lahir dan berat badan balita
“Karena itu sistem pengawasan sangat penting. Jangan sampai panduan dan pelatihan kita sudah benar, tapi direkrut terjadi perubahan-perubahan 150 gram lauk pauk malah menjadi 50 gram sehingga program kita berpeluang gagal,” kata Hardinsyah menjelaskan pentingnya pengawasan di lapangan.
Ia mengungkapkan, telah mengembangkan berbagai menu untuk ibu hamil dan menyusui di program Dashat bersama dengan Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI), yang dapat disesuaikan dengan pangan lokal masing-masing daerah.
Baca juga: Ahli: Perbaikan gizi paling utama dimulai dari orang tua
Baca juga: Makanan berbasis pangan lokal berpotensi cegah masalah gizi baduta
Sebelumnya, BKKBN membuat sebuah program bernama Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang bekerja sama dengan himpunan pakar pangan dan gizi Indonesia (Pergizi Pangan Indonesia), Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI) serta Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKDM) Universitas Gadjah Mada untuk memerangi stunting di beberapa daerah Indonesia.
“Kita mengisi kampung keluarga berkualitas (KB) dengan salah satu kegiatan baru, yaitu dalam bentuk DASHAT, dapur sehat atasi stunting. Jadi kegiatan ini yg akan membawa Kampung KB menjadi kampung berkualitas yang DASHAT begitu ya,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.
Program Dashat ini nantinya akan memberikan makanan kepada para ibu hamil, ibu menyusui dan balita yang berasal dari bahan pangan lokal yang bergizi, terjangkau, juga memiliki cita rasa makanan yang sesuai dengan selera para ibu dan bayi.
Baca juga: BKKBN lawan stunting melalui program Dashat
Baca juga: Surakarta fokus vaksinasi COVID-19 ibu hamil dan anak di atas 12 tahun
“Sasaran ibu hamil pada program Dashat BKBBN perlu disepakati karena turut menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebutuhan gizi ibu hamil dan ini juga akan menentukan logistik, pendanaan dan sistem pemantauan lebih lanjut,” kata Hardinsyah dalam diskusi "Menu Sehat Dashat: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas" secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan menu gizi pada program Dashat harus mengandung pangan seperti sumber protein dan buah yang cukup untuk dapat meningkatkan tumbuh kembang janin dari terjadinya berat lahir pendek.
Baca juga: Pergizi: Peran ibu penting jaga pemenuhan kebutuhan gizi
“Kalau bisa, kami lengkapkan kalau bagus. Kalau lengkap yang diperbanyak lauk pauknya. Jangan karbohidrat saja dan sayur yang murah,” tegas dia memberikan masukkan pada jumlah porsi makan yang diberikan.
Hardinsyah juga menyarankan BKKBN untuk mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi program dasar dengan pendekatan yakni melalui pemantauan di input, output dan pemantauan di panjang lahir dan berat badan balita
“Karena itu sistem pengawasan sangat penting. Jangan sampai panduan dan pelatihan kita sudah benar, tapi direkrut terjadi perubahan-perubahan 150 gram lauk pauk malah menjadi 50 gram sehingga program kita berpeluang gagal,” kata Hardinsyah menjelaskan pentingnya pengawasan di lapangan.
Ia mengungkapkan, telah mengembangkan berbagai menu untuk ibu hamil dan menyusui di program Dashat bersama dengan Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI), yang dapat disesuaikan dengan pangan lokal masing-masing daerah.
Baca juga: Ahli: Perbaikan gizi paling utama dimulai dari orang tua
Baca juga: Makanan berbasis pangan lokal berpotensi cegah masalah gizi baduta
Sebelumnya, BKKBN membuat sebuah program bernama Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang bekerja sama dengan himpunan pakar pangan dan gizi Indonesia (Pergizi Pangan Indonesia), Yayasan Makanan dan Minuman Indonesia (YAMMI) serta Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKDM) Universitas Gadjah Mada untuk memerangi stunting di beberapa daerah Indonesia.
“Kita mengisi kampung keluarga berkualitas (KB) dengan salah satu kegiatan baru, yaitu dalam bentuk DASHAT, dapur sehat atasi stunting. Jadi kegiatan ini yg akan membawa Kampung KB menjadi kampung berkualitas yang DASHAT begitu ya,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.
Program Dashat ini nantinya akan memberikan makanan kepada para ibu hamil, ibu menyusui dan balita yang berasal dari bahan pangan lokal yang bergizi, terjangkau, juga memiliki cita rasa makanan yang sesuai dengan selera para ibu dan bayi.
Baca juga: BKKBN lawan stunting melalui program Dashat
Baca juga: Surakarta fokus vaksinasi COVID-19 ibu hamil dan anak di atas 12 tahun
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: