Kemenkop UKM: Tingkatkan kualitas kuda dongkrak kesejahteraan peternak
13 Agustus 2021 15:46 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi peternakan kuda pacu Gekbrong Stable di desa Titisan Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi. ANTARA/HO-Kemenkop UKM.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menjajaki kerja sama dengan peternakan kuda pacu lokal dalam rangka meningkatkan kualitas kuda untuk meningkatkan kesejahteraan peternak.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi peternakan kuda pacu Gekbrong Stable di Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak dengan meningkatkan kualitas ternak.
Staf khusus Menkop UKM Agus Santoso menjelaskan bahwa Indonesia memiliki beberapa sentra peternakan kuda yang merupakan kuda endemik. "Antara lain kuda Sandel (Sumba), kuda Sumbar, kuda Minahasa dan Kuda Priangan. Kuda-kuda itu secara tradisional, tumbuh bersama budaya setempat," jelas Agus Santoso.
Baca juga: Kemenkop UKM: Bantuan-stimulus cegah UMKM terlempar dari arena bisnis
Jenis kuda dibedakan menjadi kuda beban yang membantu petani mengangkut hasil bumi, kuda penarik yang digunakan menarik dokar, delman, cidomo, gerobak dan kuda tunggang yg menjadi hewan klangenan karena digunakan untuk pacuan kuda.
"Harga masing-masing jenis kuda itu tentu berbeda-beda. Harga kuda pacu yang berprestasi dalam pacuan dan keturunannya tentu yang paling mahal," katanya.
Stafsus Agus mengatakan Persatuan Olah Raga Berkuda Indonesia (Pordasi) sudah sejak 1975 berupaya meningkatkan kualitas kuda pacu dengan cara menyilangkannya dengan pejantan kuda pacu impor Thoroughbred, yaitu jenis kuda pacu yang pada awalnya dikembangkan di negara-negara Eropa.
Selama 46 tahun Pordasi melakukan proses penyilangan kuda pacu, jenis kuda pacu Indonesia semakin meningkat kualitasnya. Terdapat jenis Kuda G (G1 sampai G4), yaitu anak kuda induk yang disilang degan kuda Thoroughbred murni (pure THB), jenis KPI (Kuda Pacu Indonesia) yang merupakan hasil silangan antar Kuda G. Huruf G disini menunjukkan semakin besar angkanya, darah kuda impornya semakin besar.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sangat menyadari bahwa bila kualitas kuda pacu lokal ditingkatkan maka akan berdampak pada kesejahteraan peternak kuda. Dalam kunjungan tersebut disepakati segera dilakukan piloting peningkatan kualitas kuda pacu lokal di Sumba NTT.
Baca juga: Teten Masduki: Digitalisasi mempercepat perluasan pembiayaan UMKM
Pemilik Aragon Horse Racing & Equastrian Sport Eddi Saddak menyambut baik rencana ini dan menyatakan pihaknya siap untuk mendukung piloting tersebut dengan menyediakan pejantan Kuda G2 atau G3 berdarah juara nasional.
"Kami siap mendukung gagasan ini, termasuk menyediakan pakan kuda dengan nutrisi lokal yang kami kembangkan di Aragon,'" kata Eddi.
Tim KemenKop UKM bersama Tim Aragon akan segera ke Sumba NTB untuk mengadvokasi pentingnya para peternak kuda bergabung dalam wadah koperasi agar pengelolaan bibit, pakan, obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan kuda menjadi lebih efisien dan berbiaya lebih murah.
Jika melihat perbandingan harga kuda pacu lokal degan kuda pacu berdarah G atau KPI maka harga kuda pacu lokal berkisar Rp20 juta sampai Rp40 juta, sedangkan kuda pacu berdarah G4 dan KPI berharga di kisaran Rp100 juta sampai Rp200 juta atau bahkan lebih.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi peternakan kuda pacu Gekbrong Stable di Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak dengan meningkatkan kualitas ternak.
Staf khusus Menkop UKM Agus Santoso menjelaskan bahwa Indonesia memiliki beberapa sentra peternakan kuda yang merupakan kuda endemik. "Antara lain kuda Sandel (Sumba), kuda Sumbar, kuda Minahasa dan Kuda Priangan. Kuda-kuda itu secara tradisional, tumbuh bersama budaya setempat," jelas Agus Santoso.
Baca juga: Kemenkop UKM: Bantuan-stimulus cegah UMKM terlempar dari arena bisnis
Jenis kuda dibedakan menjadi kuda beban yang membantu petani mengangkut hasil bumi, kuda penarik yang digunakan menarik dokar, delman, cidomo, gerobak dan kuda tunggang yg menjadi hewan klangenan karena digunakan untuk pacuan kuda.
"Harga masing-masing jenis kuda itu tentu berbeda-beda. Harga kuda pacu yang berprestasi dalam pacuan dan keturunannya tentu yang paling mahal," katanya.
Stafsus Agus mengatakan Persatuan Olah Raga Berkuda Indonesia (Pordasi) sudah sejak 1975 berupaya meningkatkan kualitas kuda pacu dengan cara menyilangkannya dengan pejantan kuda pacu impor Thoroughbred, yaitu jenis kuda pacu yang pada awalnya dikembangkan di negara-negara Eropa.
Selama 46 tahun Pordasi melakukan proses penyilangan kuda pacu, jenis kuda pacu Indonesia semakin meningkat kualitasnya. Terdapat jenis Kuda G (G1 sampai G4), yaitu anak kuda induk yang disilang degan kuda Thoroughbred murni (pure THB), jenis KPI (Kuda Pacu Indonesia) yang merupakan hasil silangan antar Kuda G. Huruf G disini menunjukkan semakin besar angkanya, darah kuda impornya semakin besar.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sangat menyadari bahwa bila kualitas kuda pacu lokal ditingkatkan maka akan berdampak pada kesejahteraan peternak kuda. Dalam kunjungan tersebut disepakati segera dilakukan piloting peningkatan kualitas kuda pacu lokal di Sumba NTT.
Baca juga: Teten Masduki: Digitalisasi mempercepat perluasan pembiayaan UMKM
Pemilik Aragon Horse Racing & Equastrian Sport Eddi Saddak menyambut baik rencana ini dan menyatakan pihaknya siap untuk mendukung piloting tersebut dengan menyediakan pejantan Kuda G2 atau G3 berdarah juara nasional.
"Kami siap mendukung gagasan ini, termasuk menyediakan pakan kuda dengan nutrisi lokal yang kami kembangkan di Aragon,'" kata Eddi.
Tim KemenKop UKM bersama Tim Aragon akan segera ke Sumba NTB untuk mengadvokasi pentingnya para peternak kuda bergabung dalam wadah koperasi agar pengelolaan bibit, pakan, obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan kuda menjadi lebih efisien dan berbiaya lebih murah.
Jika melihat perbandingan harga kuda pacu lokal degan kuda pacu berdarah G atau KPI maka harga kuda pacu lokal berkisar Rp20 juta sampai Rp40 juta, sedangkan kuda pacu berdarah G4 dan KPI berharga di kisaran Rp100 juta sampai Rp200 juta atau bahkan lebih.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021
Tags: