Legislator minta PTN hentikan rekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya
12 Agustus 2021 21:24 WIB
Tangkapan layar Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda dalam webinar “Seleksi Ujian Mandiri PTN, Buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS, Retorika atau Kenyataan?” yang dipantau di Jakarta, Kamis (12/10/2021) ANTARA/Indriani
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Syaiful Huda meminta agar perguruan tinggi negeri (PTN) menghentikan praktik merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya.
“Model PTN merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya harus dihentikan, karena meninggalkan tradisi yang sudah diukir masing-masing kampus negeri. Tidak memaksimalkan PTN yang memiliki fungsi sebagai pusat keunggulan,” ujar Huda dalam webinar “Seleksi Ujian Mandiri PTN, Buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS, Retorika atau Kenyataan?” yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Rektor sebut mahasiswa baru PTS berkurang 30 persen karena pandemi
Dia menambahkan, hubungan yang terjadi antarkampus negeri saat ini dalam kondisi yang tidak sehat. Pasalnya, masing-masing PTN berlomba-lomba merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya.
Seharusnya, lanjut dia, semangat antarkampus negeri tidak lagi pada kompetisi. Akan tetapi semangatnya bagaimana kampus satu dan lainnya, mengembangkan dan menguatkan sentra unggulan progam studi tertentu.
Baca juga: 63 siswa difabel lolos SBMPTN 2021
“Keunggulan program studi tersebut dikolaborasikan dengan kampus lain. Jadi semangatnya kolaboratif, bukan kompetitif. Jika sifatnya kompetitif seperti saat ini, tidak baik bagi ekosistem pendidikan tinggi kita,” terang dia.
Huda juga menekankan bahwa pemerintah perlu menjadikan perguruan tinggi swasta (PTS) sebagai mitra dan elemen penting dalam transformasi pendidikan tinggi di Tanah Air.
Baca juga: 184.942 siswa lolos SBMPTN 2021
“Saat ini PTN semangatnya mengambil ceruk, mengambil ruang yang semestinya ruang PTS. Jadi semakin carut-marutlah dunia pendidikan kita. Semestinya hal itu tidak terjadi,” imbuh dia.
Huda juga mengatakan pemerintah perlu membuat peta jalan yang objektif untuk pengelolaan PTS, sehingga tumbuh ekosistem di pendidikan tinggi yang adil di PTN maupun PTS. Pemerintah juga perlu memberikan afirmasi kebijakan yang kuat untuk PTS seperti memberikan anggaran untuk PTS.
“Model PTN merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya harus dihentikan, karena meninggalkan tradisi yang sudah diukir masing-masing kampus negeri. Tidak memaksimalkan PTN yang memiliki fungsi sebagai pusat keunggulan,” ujar Huda dalam webinar “Seleksi Ujian Mandiri PTN, Buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS, Retorika atau Kenyataan?” yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Rektor sebut mahasiswa baru PTS berkurang 30 persen karena pandemi
Dia menambahkan, hubungan yang terjadi antarkampus negeri saat ini dalam kondisi yang tidak sehat. Pasalnya, masing-masing PTN berlomba-lomba merekrut mahasiswa sebanyak-banyaknya.
Seharusnya, lanjut dia, semangat antarkampus negeri tidak lagi pada kompetisi. Akan tetapi semangatnya bagaimana kampus satu dan lainnya, mengembangkan dan menguatkan sentra unggulan progam studi tertentu.
Baca juga: 63 siswa difabel lolos SBMPTN 2021
“Keunggulan program studi tersebut dikolaborasikan dengan kampus lain. Jadi semangatnya kolaboratif, bukan kompetitif. Jika sifatnya kompetitif seperti saat ini, tidak baik bagi ekosistem pendidikan tinggi kita,” terang dia.
Huda juga menekankan bahwa pemerintah perlu menjadikan perguruan tinggi swasta (PTS) sebagai mitra dan elemen penting dalam transformasi pendidikan tinggi di Tanah Air.
Baca juga: 184.942 siswa lolos SBMPTN 2021
“Saat ini PTN semangatnya mengambil ceruk, mengambil ruang yang semestinya ruang PTS. Jadi semakin carut-marutlah dunia pendidikan kita. Semestinya hal itu tidak terjadi,” imbuh dia.
Huda juga mengatakan pemerintah perlu membuat peta jalan yang objektif untuk pengelolaan PTS, sehingga tumbuh ekosistem di pendidikan tinggi yang adil di PTN maupun PTS. Pemerintah juga perlu memberikan afirmasi kebijakan yang kuat untuk PTS seperti memberikan anggaran untuk PTS.
Pewarta: Indriani
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: