Direktur Eksekutif LP3ES: Jaga demokrasi dengan Sekolah Demokrasi
12 Agustus 2021 20:15 WIB
Tangkapan layar ketika Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Fajar Nursahid menyampaikan sambutannya dalam Pembukaan Sekolah Demokrasi yang diselenggarakan secara daring. (12/8/2021) (ANTARA/HO-LP3ES)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Fajar Nursahid mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya Sekolah Demokrasi adalah untuk menjaga demokrasi Indonesia tetap di rute yang tepat.
“Forum Sekolah Demokrasi ini menjadi ikhtiar untuk membangun demokrasi dan menjaga demokrasi di rute yang tepat,” kata Fajar Nursahid dalam keterangan tertulis yang diterima oleh ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Fajar ketika memberi sambutan pada pembukaan Sekolah Demokrasi yang akan diselenggarakan dari tanggal 12 Agustus 2021 - 19 Agustus 2021.
Bagi Fajar, partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam keberlangsungan negara, oleh karena itu ia mendukung penyelenggaraan Sekolah Demokrasi yang kini telah mencapai angkatan yang ketiga.
Baca juga: Forhati tingkatkan wawasan kader melalui Sekolah Demokrasi
Baca juga: Bawaslu Bangka Barat bentuk sekolah demokrasi
Sebanyak 41 orang peserta, berasal dari unsur yang beragam yaitu akademisi, mahasiswa, jurnalis, pengurus partai politik, tokoh masyarakat/agama, aktivis penyelenggara pemilu, hakim, dan anggota legislatif, akan mengikuti Sekolah Demokrasi Angkatan III.
Peserta yang terlibat dalam Sekolah Demokrasi berasal dari Aceh sampai Papua dan merupakan peserta terpilih dari 204 pendaftar. Sekolah Demokrasi Angkatan III ini mencoba untuk mendorong terwujudnya generasi baru yang akan meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
Selain Fajar, Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J. Rachbini juga menyampaikan sambutan dan harapannya kepada para peserta Sekolah Demokrasi.
“Lembaga ini memiliki pengalaman yang sangat mumpuni dalam ranah pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas demokrasi,” ucap Didik.
Berlandaskan pada pengalaman tersebut, Didik melanjutkan, tidak mengherankan Sekolah Demokrasi bersifat eksklusif, dalam artian para peserta harus melalui proses seleksi yang ketat.
Didik berharap agar para peserta Sekolah Demokrasi dapat menjawab tantangan-tantangan demokrasi yang kini sedang dihadapi oleh negara dalam masa pandemi COVID-19.
Penutupan sekolah demokrasi akan diiringi oleh peluncuran buku yang berasal dari forum diskusi mingguan yang telah berlangsung sejak Oktober 2020 – Juni 2021 dan melibatkan 134 ilmuwan sosial politik dari seluruh dunia.
“Forum Sekolah Demokrasi ini menjadi ikhtiar untuk membangun demokrasi dan menjaga demokrasi di rute yang tepat,” kata Fajar Nursahid dalam keterangan tertulis yang diterima oleh ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Fajar ketika memberi sambutan pada pembukaan Sekolah Demokrasi yang akan diselenggarakan dari tanggal 12 Agustus 2021 - 19 Agustus 2021.
Bagi Fajar, partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam keberlangsungan negara, oleh karena itu ia mendukung penyelenggaraan Sekolah Demokrasi yang kini telah mencapai angkatan yang ketiga.
Baca juga: Forhati tingkatkan wawasan kader melalui Sekolah Demokrasi
Baca juga: Bawaslu Bangka Barat bentuk sekolah demokrasi
Sebanyak 41 orang peserta, berasal dari unsur yang beragam yaitu akademisi, mahasiswa, jurnalis, pengurus partai politik, tokoh masyarakat/agama, aktivis penyelenggara pemilu, hakim, dan anggota legislatif, akan mengikuti Sekolah Demokrasi Angkatan III.
Peserta yang terlibat dalam Sekolah Demokrasi berasal dari Aceh sampai Papua dan merupakan peserta terpilih dari 204 pendaftar. Sekolah Demokrasi Angkatan III ini mencoba untuk mendorong terwujudnya generasi baru yang akan meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
Selain Fajar, Ketua Dewan Pengurus LP3ES Didik J. Rachbini juga menyampaikan sambutan dan harapannya kepada para peserta Sekolah Demokrasi.
“Lembaga ini memiliki pengalaman yang sangat mumpuni dalam ranah pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas demokrasi,” ucap Didik.
Berlandaskan pada pengalaman tersebut, Didik melanjutkan, tidak mengherankan Sekolah Demokrasi bersifat eksklusif, dalam artian para peserta harus melalui proses seleksi yang ketat.
Didik berharap agar para peserta Sekolah Demokrasi dapat menjawab tantangan-tantangan demokrasi yang kini sedang dihadapi oleh negara dalam masa pandemi COVID-19.
Penutupan sekolah demokrasi akan diiringi oleh peluncuran buku yang berasal dari forum diskusi mingguan yang telah berlangsung sejak Oktober 2020 – Juni 2021 dan melibatkan 134 ilmuwan sosial politik dari seluruh dunia.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021
Tags: