Boyolali (ANTARA News) - Seorang warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Merapi, Minggu, meninggal di tempat pengungsian di sebelah timur kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Komandan Daerah Distrik Militer (Dandim) 0724 Boyolali, Letkol (Arh) Soekoso Wahyudi, di Boyolali, Minggu, mengatakan bahwa warga yang eninggal tersebut adalah Ny. Wiryo (90) warga Gebyok Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.

Menurut dia, yang bersangkutan meninggal dunia karena kemungkinan sudah tua dan mengalami kelelahan selama berada di tempat pengungsian karena korban sudah beberapa hari meninggalkan rumahnya di Gebyok Selo.

Sampai kini, korban masih di semayamkan di tempat pengungsian dan rencananya dimakamkan di pemakaman umum tempat tinggalnya di Gebyok pukul 11.00 WIB.

Ia menambahkan, sampai sekarang ini proses evakuasi terhadap penduduk yang berada di lereng Gunung Merapi masih terus dilakukan sampai di daerah bahaya sudah tidak ada penduduk lagi karena aktivitas gunung tersebut sulit diprediksikan kapan akan selesai.

"Hari ini atau Minggu, kami mengerahkan 10 unit kendaraan terbuka (truk) untuk mengangkut pengungsi yang ada di daerah berbahaya seperti Kecamatan Selo, Kemusuk, dan Cepogo. Kami targetkan bisa menurunkan 1.000 orang lagi," katanya.

Ia menyebutkan, pada Sabtu (6/11), timnya bisa menurunkan 2.109 penduduk dari target yang ditetapkan hanya 1.000 orang. Dari jumlah tersebut terdiri dari 1.300 warga Kecamatan Kemusuk, Kecamatan Selo 109 orang, dan Cepogo sebanyak 700 orang.

"Susah mas` karen malam hari kita bawa turun ke bawah tetapi pagi harinya mereke kembai ke rumahnya untuk memberi makan hewan ternaknya,: katanya menegaskan.

Ketika ditanya kendala dasar yang dialami dalam proses evakuasi terhadap penduduk yang masih bertahan di rumahnya, Dandim yang bertindak sebagai Koordinator Penanggulangan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Boyolali, mengatakan, hal itu berkaitan dengan kepercayaan masyarakat setempat.

Menurut dia, kalau "Mbah Petruk dan Bibi"" (kepercayaa masyarakat setempat yang dianggap sebagai penguasa Gunung Merapi) belum memerintahkan untuk turun, mereka belum mau turun.

Kemudian, lanjut dia, kondisi cuaca sangat mempengaruhi proses evakuasi terhadap penduduk. "Hujan atau kabut yang tebal atau hujan abu sangat mengganggu tim kami untyk mengevakuasi mereka,` katanya.

Ketika ditanya apakah akan melakukan penjemputan paksa terhadap penduduk yang masih bertahan di daerah bahaya, dia mengatakan, tidak akan dlakukan hal seperti iti, "Toh nantinya kalau tetangganya sudah mengungsi, secara otomatis mereka juga akan mengikuti untuk mengungsi," katanya.

"Kami berharap penduduk memiliki kesadaran untuk mengungsi karena ini semua demi keselamatan mereka sendiri," katanya.

Minggu pagi ini Kota Boyolali diguyur hujan cukup leba tetapi hanya beberapa menit, sedangkan cuaca mendung.

Dandim menmabahkan, ada satu aliran sungai yabg berhubungan langsung dengan Gunung Merapi yaitu Kal Apu di Desa Stabela Kecamatan Selo, berkaitan dengan bahaya lahar dingin dari gunung tersebut. "Tetapi sudah tidak ada penduduk yang berada di daerah tersebut karena sudah diungsikan ke tempa yang lebih aman," katanya.
(ANT/P003)