ITAGI dorong peran orang tua memvaksinasi anak
12 Agustus 2021 18:05 WIB
Tangkapan layar dari Ketua Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional Prof Sri Rejeki Hadinegoro saat hadir secara virtual dalam agenda bincang-bincang di kanal YouTube Antara TV Indonesia yang dipantau dari Jakarta, Kamis (12/8/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) mendorong orang tua untuk menyertakan anak mereka dalam program vaksinasi COVID-19 menyusul angka penularan yang relatif tinggi pada Juli 2021 di Indonesia.
"Penularan COVID-19 di bulan Juli 2021 pada usia 0-5 tahun sebanyak 2,8 persen, 6-18 tahun 9,3 persen, kalau dijumlah menjadi 12,1 persen atau setara 171.755 kasus," kata Ketua ITAGI, Prof Sri Rejeki Hadinegoro saat hadir secara virtual dalam agenda bincang-bincang di kanal YouTube Antara TV Indonesia yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Sri mengatakan angka tersebut melampaui rata-rata kasus COVID-19 pada anak di sejumlah negara yang berkisar 4 persen dari total populasi anak di wilayah setempat.
"Kalau kita lihat prevalensi angka yang mengalami kesakitan di 13 negara, pada usia 0-18 di Australia 4,4 persen, Kanada 6,5 persen, Jepang 7,1 persen, Newzeland dan India juga tinggi, rata-rata 4 persen," katanya.
Sri juga menyoroti angka akumulatif kematian pada anak akibat SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Indonesia berkisar 2,1 persen. Terdiri atas usia 0-5 sebanyak 0,8 persen, 6-18 tahun 1,3 persen.
Baca juga: Menteri PPPA: Target vaksinasi anak harus cepat tercapai
Baca juga: Halodoc hadirkan imunisasi anak di rumah dan tes COVID-19 "drive-thru"
"Jika diakumulasi jadi 2,1 persen atau sekitar 807 kasus," katanya.
Sri mengatakan kelompok usia anak masuk dalam kategori berisiko terpapar COVID-19, sebab dari total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada Juli berkisar 1,4 juta jiwa lebih, sebanyak 171 ribu lebih dialami usia anak pada rentang 0-18 tahun atau setara dengan 12,1 persen.
Sedangkan dari total angka kematian akibat COVID-19 di periode yang sama sebanyak 38 ribu lebih, sebanyak 807 di antaranya dialami anak pada rentang usia 0-18 tahun atau setara dengan 2,1 persen.
Menurut Sri penularan virus Corona pada anak terjadi bertepatan saat agenda libur panjang, di mana anak kerap dilibatkan dalam aktivitas orang tua seperti berlibur, berbelanja atau bersilaturahmi ke sanak saudara.
"Kepentingan vaksinasi adalah pencegahan, supaya orang tidak menderita sakit. Pencegahan tidak memandang usia dari anak sampai sepuh bisa terkena COVID-19," katanya.
Meski pada umumnya gejala COVID-19 pada anak termasuk ringan hingga tanpa gejala, namun Sri mengingatkan para orang tua untuk mewaspadai potensi penularan virus dari anak di tengah keluarga.
"Kalau anak itu dicium atau dipeluk, itu bisa menular pada orang tuanya," katanya.
Baca juga: Pemerintah gandeng sekolah percepat vaksinasi anak
Baca juga: LPAI gandeng KPPPA gelar vaksinasi COVID-19 untuk anak
"Penularan COVID-19 di bulan Juli 2021 pada usia 0-5 tahun sebanyak 2,8 persen, 6-18 tahun 9,3 persen, kalau dijumlah menjadi 12,1 persen atau setara 171.755 kasus," kata Ketua ITAGI, Prof Sri Rejeki Hadinegoro saat hadir secara virtual dalam agenda bincang-bincang di kanal YouTube Antara TV Indonesia yang dipantau dari Jakarta, Kamis.
Sri mengatakan angka tersebut melampaui rata-rata kasus COVID-19 pada anak di sejumlah negara yang berkisar 4 persen dari total populasi anak di wilayah setempat.
"Kalau kita lihat prevalensi angka yang mengalami kesakitan di 13 negara, pada usia 0-18 di Australia 4,4 persen, Kanada 6,5 persen, Jepang 7,1 persen, Newzeland dan India juga tinggi, rata-rata 4 persen," katanya.
Sri juga menyoroti angka akumulatif kematian pada anak akibat SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Indonesia berkisar 2,1 persen. Terdiri atas usia 0-5 sebanyak 0,8 persen, 6-18 tahun 1,3 persen.
Baca juga: Menteri PPPA: Target vaksinasi anak harus cepat tercapai
Baca juga: Halodoc hadirkan imunisasi anak di rumah dan tes COVID-19 "drive-thru"
"Jika diakumulasi jadi 2,1 persen atau sekitar 807 kasus," katanya.
Sri mengatakan kelompok usia anak masuk dalam kategori berisiko terpapar COVID-19, sebab dari total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada Juli berkisar 1,4 juta jiwa lebih, sebanyak 171 ribu lebih dialami usia anak pada rentang 0-18 tahun atau setara dengan 12,1 persen.
Sedangkan dari total angka kematian akibat COVID-19 di periode yang sama sebanyak 38 ribu lebih, sebanyak 807 di antaranya dialami anak pada rentang usia 0-18 tahun atau setara dengan 2,1 persen.
Menurut Sri penularan virus Corona pada anak terjadi bertepatan saat agenda libur panjang, di mana anak kerap dilibatkan dalam aktivitas orang tua seperti berlibur, berbelanja atau bersilaturahmi ke sanak saudara.
"Kepentingan vaksinasi adalah pencegahan, supaya orang tidak menderita sakit. Pencegahan tidak memandang usia dari anak sampai sepuh bisa terkena COVID-19," katanya.
Meski pada umumnya gejala COVID-19 pada anak termasuk ringan hingga tanpa gejala, namun Sri mengingatkan para orang tua untuk mewaspadai potensi penularan virus dari anak di tengah keluarga.
"Kalau anak itu dicium atau dipeluk, itu bisa menular pada orang tuanya," katanya.
Baca juga: Pemerintah gandeng sekolah percepat vaksinasi anak
Baca juga: LPAI gandeng KPPPA gelar vaksinasi COVID-19 untuk anak
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: