Yogyakarta (ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat bencana erupsi Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah menurut laporan terakhir 116 orang.

"Korban meninggal dunia sebanyak itu berasal dari satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan tiga kabupaten di Jawa Tengah (Jateng)," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif di Yogyakarta, Sabtu.

Syamsul Maarif melaporkan hal itu usai rapat kabinet terbatas tentang tanggap darurat bencana Merapi yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta.

Menurut dia, satu kabupaten di DIY adalah Sleman dengan korban meninggal dunia sebanyak 104 orang, sedangkan tiga kabupaten di Jateng yaitu Magelang, Boyolali, dan Klaten masing-masing tujuh, tiga, dan dua orang.

"Selain korban meninggal dunia, juga ada korban luka-luka yang berjumlah 218 orang. Di Sleman ada 147 orang, Klaten 57 orang, dan Magelang 14 orang, sedangkan di Boyolali belum ada laporan korban luka-luka akibat erupsi Merapi," katanya.

Ia mengatakan, pengungsi korban bencana erupsi Merapi mencapai 198.000 orang, meliputi Sleman sebanyak 56.000 orang, Kabupaten Magelang (62.000), Kota Magelang (2.000), Klaten (40.000), dan Boyolali (30.000).

"Tempat pengungsian selama ini selalu berubah karena menyesuaikan situasi dan kondisi yang ada. Penempatan pengungsi di Stadion Maguwoharjo Sleman cukup memadai, karena bisa menampung sekitar 30.000 orang, dan mereka dapat terpenuhi kebutuhannya secara layak," katanya.

Menurut dia, langkah yang akan diambil BNPB dalam waktu dekat adalah memenuhi kebutuhan air bersih, mandi, cuci, dan kakus (MCK), tikar, selimut, dan tenda.

"Para pengungsi ketika mengungsi ke radius 20 kilometer dari puncak Merapi meninggalkan barang seperti tikar, selimut, dan tenda, sehingga di tempat pengungsian yang baru kebutuhan itu harus dipenuhi," katanya.

Ia mengatakan, masyarakat diminta tetap berada di lokasi pengungsian karena status Merapi masih awas. Anggota TNI dan Polri akan tetap melakukan patroli seperti biasa di titik-titik rawan untuk mencegah pengungsi kembali ke rumah.

"Kami juga akan membangun sistem informasi terpusat yang dibantu relawan Forum Risiko Bencana (FRB) sebanyak 380 orang untuk memudahkan arus informasi," katanya.

(ANT/S026)