Jakarta (ANTARA News) - Di tengah kekalahan partainya pada pemilu sela dan rangkaian bencana yang menimpa Indonesia, serta ingatan orang Indonesia yang mengingat Barack Obama telah dua kali mengingkari janjinya berkunjung beberapa waktu lalu, Presiden AS Barack Obama akan ke Indonesia 9 November ini.

Bagaimanakah sikap orang Indonesia kini menghadapi kunjungan Obama tersebut?

ANTARA News menemui sejumlah orang untuk menanyakan tanggapan mereka mengenai kedatangan Obama itu.

Hasimah, Kepala Sekolah SD Menteng 01, di mana Obama kecil pernah menimba ilmu, mengaku bersyukur presiden negara adidaya itu akhirnya datang juga ke Indonesia setelah beberapa kali menundanya.

Namun Hasima merasa akan menyesal jika Obama tak menyinggagi almameternya ini.

"Saya kecewa jika dia tidak berkunjung ke sekolah ini karena anak-anak ingin melihat salah satu alumni menjadi presiden Amerika Serikat," kata Hasimah.

Namun saat ANTARA News menyambangi sekolah itu, beberapa pria tegap bertubuh tinggi besar berhidung mancung berkulit putih, --beberapa diantaranya berkulit hitam-- tampak berada di luar kompleks SD Menteng 1. Seorang diantaranya rajin mengambil gambar ke segala sudut luar sekolah itu.

Hasimah tidak mengenal orang itu, dan yang jelas orang-orang itu bukan orang Indonesia.

Hasimah sendiri berharap kedatangan Obama membawa dampak positif terhadap Indonesia, diantaranya membuka akses lebih lapang bagi dunia pendidikan nasional, seperti pertukaran pelajaran dan pembangunan gedung sekolah.

"Saya berharap Obama memberi kemudahan kepada siswa untuk home stay di AS dan membangun beberapa laboratorium di sini," kata Hasimah.

Sejumlah orang bersuara sama dengan Hasimah, berharap kedatangan Obama membawa banyak manfaat bagi Indonesia.

Taufun Huda (20), mahasiswa Universitas Nasional, malah meminta Obama membantu korban bencana di Indonesia.

"Obama seharusnya mendahulukan bantuan sosial korban bencana terlebih dahulu ketimbang politik dan ekonomi di Indonesia," kata Taufun.

Kendati berharap hal positif dari Obama, sebagian warga meminta pemerintah Indonesia tidak berlebihan menyambut presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat itu, misalnya dalam hal menjaga keamanannya.

Mereka akan menyesalkan penjagaan keamanan yang berlebihan, seperti pengerahan ribuan personil keamanan. Salah seorang dari mereka adalah Indra Eghi (28), petugas busway.

"Saya rasa tidak perlu mengerahkan personil TNI dan Polisi yang ribuan jumlahnya karena pengamanan tamu negara sudah ada prosedurnya," kata Indra Eghi.

Dalam soa ini, Hasimah pun bersepakat. Dia menilai pelayanan terbaik memang sebaiknya diberikan kepada tamu negara, namun ini sepatutnya tidak dengan melupakan fasilitas dan kepentingan orang banyak.

"Jika penyambutan hingga harus menutup beberapa ruas jalan sehingga menimbulkan kemacetan, sebaiknya jangan," kata Hasimah.

Istiqlal

Tak ada pandangan meledak-ledak, tidak ada yang terlalu optimis, tidak pula ada yang terlalu pesimis.

Sebagian besar memandang kunjungan Obama biasa-biasa saja, tak lebih dari kunjungan kenegaraan yang telah dilakukan para kepala negara atau kepala pemerintahan banyak negara sebelum ini.

Pandangan relatif datar itu juga berkenaan dengan rencana Obama berbicara di mesjid terbesar Indonesia, sekaligus di Asia Tenggara, Istiqlal.

Herawati misalnya. Perempuan 58 tahun ini mengatakan tidak berkeberatan dengan rencana ke Istiqlal itu. Tokh, katanya, tidak ada hukum yang melarang orang non muslim berpidato di masjid.

Sekedar informasi, presiden AS sebelum Obama, yaitu Bill Clinton, juga pernah mengunjungi dan memasuki sebuah mesjid besar di Pakistan, ketika dia dan istrinya Hillary Clinton mengunjungi sekutu terdekat AS di Asia Selatan tersebut.

"Sebaiknya kita harus berpikiran positif. Dengar apa yang dikatakannya, jangan lihat siapa yang mengatakannya," kata Herawati, guru agama di SD Menteng 01.

Berbeda dengan Taufun. Pemuda ini merasa mesjid tidak patut menjadi tempat berpidato seorang kepala negara negeri asing. Namun untuk sekedar mengunjunginya, lanjut Taufan, tidak masalah.

"Segala sesuatu sudah ada tempatnya. Kalau pidato ya di istana dan salat ya di mesjid," kata Taufan.

Indra Eghi malah punya pandangan agak konyol. Dia tidak mempermasalah pidato Obama di mesjid. "Asalkan tidak merusak. Kalau bisa sekalian saja diajak salat," katanya disusul tawa panjang.

Saat ANTARA News mengonfirmasi rencana pidato Obama di Istiqlal, pengurus mesjid terluas di Indonesia ini ternyata membantahnya. Menurut mereka, Obama hanya mengunjungi Istiqlal seperti layaknya kunjungan kenegaraan biasa.

"Sampai detik ini saya belum mendapatkan pemberitahuan bahwa Obama akan berpidato di Istiqlal. Hanya kunjungan biasa saja," kata H. Mubarok, Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI).

Pengelola mesjid tidak terlihat menyelenggarakan persiapan-persiapan istimewa, kendati yang bakal datang adalah pemimpin negara paling berpengaruh di dunia, sekaligus aktor utama dalam politik dan ekonomi global, termasuk dalam kampanye antiterorisme dan rekonsiliasi spiritual.

Rabu pagi pekan ini, ketika ANTARA News menemui Mubarok dan para pengelola Istiqlal, tidak ada perubahan situasi yang mencolok.

"Tidak ada qasidahan. Hanya mengajak Presiden AS berjalan-jalan di seputar Istiqlal, seperti memperkenalkan bedug," kata Mubarok

Namun Istiqlal berjanji memberikan beberapa kenang-kenangan berupa buku profil Istiqlal kepada Obama jika sang presiden yang mempunyai adik dan ayah tiri berdarah Indonesia itu jadi mengunjungi Indonesia dan Istiqlal.

Mengenai pengamanan sang presiden di Istiqlal, Mubarok mengatakan itu bukan urusannya. "Kami hanya menyambut saja, pengamanan dan lain-lain, tanyakan polisi saja," sambung Mubarok.

Itulah respons orang Indonesia sekarang. Tampaknya kian dewasa, bahwa urusan dalam negeri lebih penting dari apapun, sehingga kedatangan sang presiden negara terkuat di dunia itu pun tak lagi dianggap istimewa oleh banyak orang.

Omong-omong, Obama pun tidak berkunjung ke Indonesia atau negara lain, termasuk G-20, demi kepentingan negara lain atau dunia internasional. Kunjungan ini mungkin tak lebih dari kebutuhan domestik Obama yang lagi turun popularitasnya di dalam negeri. (*)

editor: jafar sidik