Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan telah memasuki tahap akhir pembangunan KA Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang dilaksanakan mulai dari Stasiun Kedundang ke Bandara YIA.

“Pembangunan fisik jalur KA Bandara YIA secara umum telah selesai dikerjakan, tinggal beberapa pekerjaan minor misalnya pengecatan bangunan stasiun, pemenuhan fasilitas penumpang, ruang Kepala Stasiun, dan juga ticketing gate yang dilakukan secara simultan," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri dalam keterangan tertulis, Selasa.

DJKA mulai membangun jalur ganda KA Bandara YIA pada Desember 2019, yang terdiri dari 2 segmen, yaitu segmen peningkatan jalur eksisting di wilayah Stasiun Kedundang sepanjang 1 Km dan penambahan jalur baru ke arah Stasiun Bandara YIA sepanjang 5,4 Km.

Selain itu proyek ini mencakup tiga pengerjaan utama, yaitu konstruksi jalur sepanjang 5,1 km yang merupakan elevated/layang termasuk didalamnya 16 unit konstruksi jembatan dan 300 m merupakan at grade, pembangunan stasiun Kedundang dan emplasemen Stasiun Bandara YIA, lalu fasilitas operasi seperti persinyalan dan telekomunikasi. Khusus untuk bangunan Stasiun Bandara dan overcappingnya dikerjakan oleh PT Angkasa Pura I.


Baca juga: Kemenhub: Progres jalur KA Kedundang-Bandara YIA capai 96,35 persen


“Perlu saya sampaikan bahwa penerapan konstruksi Slab on Pile (SOP) ini merupakan yang pertama untuk jalur ganda KA dengan panjang 5,1 km. Sebelumnya kita telah menerapkan metode ini di KA Bandara Adi Soemarmo Solo yang sudah beroperasi untuk jalur tunggal," ujarnya.

Zulfikri mengatakan bahwa konstruksi SOP merupakan sistem pondasi yang ditumpu oleh sistem kelompok tiang pancang dan diikat oleh pile cap (capping beam) yang digunakan untuk menahan dan meneruskan beban dari struktur atas ke dalam tanah yang mempunyai daya dukung (nilai spt) untuk menahannya.

"Jadi sistem pondasi tidak menggunakan tanah urugan, pengerasan atau beton, tapi dengan beberapa tiang pancang," katanya.

Ia menambahkan, pemilihan konstruksi SOP ini dengan mempertimbangkan kondisi trase, misalnya tanah berair dan sering banjir saat musim hujan atau pada rawa-rawa.

“Melihat kondisi trase ke arah Bandara yang sebagian tanah sawah yang cenderung tergenang air, maka penerapan SOP ini menjadi pilihan tepat karena memiliki beberapa kelebihan antara lain waktu konstruksi yang lebih cepat, mudah dikerjakan, mutu konstruksi lebih terjamin karena precast pabrikan, pembebasan tanah yang tidak terlalu lebar, dan tidak menggangu saluran drainase atau irigasi," katanya.


Baca juga: Pekerjaan Peron Stasiun Kereta Api Bandara YIA capai 96 persen


Selain itu konstruksi SOP ini sudah banyak diterapkan dalam pembangunan jalan layang, termasuk jalan tol. Teknik ini lebih murah, dengan jaminan kualitas struktur dan biaya perawatan yang lebih sedikit.

"Jalur layang ini juga menghilangkan perlintasan sebidang, yang berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas," jelas Zulfikri.

Menurut dia, proyek Kereta Api Bandara ini adalah salah satu Proyek Strategis Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi dengan total anggaran mencapai Rp1,1 triliun yang bersumber dari APBN.

“Anggaran besar ini masuk di dalam DIPA Direktorat Jenderal Perkeretaapian mulai tahun 2019, secara multiyears atau tahun jamak. Ini salah satu bukti dukungan Pemerintah dalam rangka membangun perkeretapian nasional agar lebih baik lagi," ujarnya.


Baca juga: Menhub minta kereta Bandara YIA beroperasi setiap jam sekali

Baca juga: Dirut KAI ingin jalur kereta bandara Yogyakarta segera diselesaikan