Jakarta (ANTARA) - PT Bank Neo Commerce Tbk mengajak nasabah untuk membangun kebiasaan cyber hygiene atau meningkatkan keamanan siber pada saat beraktivitas online seiring maraknya kasus cyber crime di tengah masyarakat.

“Kami akan terus melakukan edukasi secara berkala dan mengimbau Neo customers untuk selalu menerapkan cyber hygiene,​​​” kata Direktur Utama Bank Neo Tjandra Gunawan di Jakarta, Selasa.

Tjandra menyatakan nasabah harus membangun kebiasaan untuk menjaga keamanan data pribadi masing-masing dan melindungi diri dari tindakan kejahatan siber seperti serangan malware ataupun hackers.

Statistik dari Patroli Siber Kepolisian Indonesia menunjukkan terdapat peningkatan kasus siber dari 2015 sampai 2021 yakni dari sekitar 20 ribu laporan kasus yang tercatat terdapat sebanyak 8.541 kasus masuk dalam kategori penipuan online.

Hasil laporan Global Cybersecurity Index (GCI) juga menunjukkan Indonesia adalah negara ke-6 di Asia Pasifik dengan keamanan siber yang tinggi namun penipuan online di Tanah Air masih tetap menjadi persoalan.

Baca juga: Dosen Kriminolog UI: Kejahatan siber marak pada masa pandemi

“Sebagai pelopor bank digital di Indonesia, Bank Neo memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat tentang pentingnya cyber hygiene,” katanya.

Ia mengaku pihaknya aktif dalam memberikan penyuluhan dan informasi terkait cyber hygiene di berbagai kanal komunikasi seperti sosial media, artikel di media massa, dan webinar.

Ia menjelaskan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memulai cyber hygiene demi menjaga keamanan perangkat pengguna smartphone di antaranya adalah selalu memperbarui OS dan aplikasi-aplikasi.

Selain itu masyarakat juga bisa mengaktifkan autentikasi dua faktor atau two step authentication untuk keamanan tambahan, suatu aplikasi serta memanfaatkan fungsi biometric pada aplikasi keuangan.

Ia mengingatkan bahwa nasabah harus berhati-hati dalam mengantisipasi kasus penipuan yang marak terjadi, karena Bank Neo tidak pernah meminta data diri untuk membuka rekening apalagi dengan iming-iming hadiah tertentu.

Baca juga: Pengamat: Indonesia perlu lebih fokus pada keamanan siber