Jakarta (ANTARA) - Sebagai Mitra pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Ninja Xpress menghadirkan berbagai wawasan dan tips bisnis melalui Situs Blog Ninja Xpress untuk menjawab kebutuhan para pelaku UMKM dalam menghadapi tantangan bisnis di masa pandemi COVID-19.

Memindahkan lahan promosi ke ranah digital, utamanya media sosial disebut mampu meningkatkan penjualan.

Andi Djoewarsa, CMO Ninja Xpress, dalam keterangannya pada Selasa menyebutkan bahwa 400 persen aktivitas belanja online meningkat sejak Maret 2020, menurut Analytic Data Advertising.

"Pastinya menjadi salah satu dampak dari pandemi COVID-19 yang mulai masuk ke Indonesia di bulan Maret 2020, bahkan salah satu survey dari Sea Insight menyebutkan 54 persen responden semakin adaptif menggunakan media sosial untuk meningkatkan penjualan."

Berikut tujuh kiat yang dibagikan Ninja Xpress agar media sosial bisa meningkatkan penjualan produk dan lebih efektif untuk mengejar cuan.

Baca juga: Mahasiswa didorong buat lebih banyak aplikasi permudah UMKM go digital

Baca juga: Kemenkop yakin capai target UMKM online seiring naiknya akses digital


1. Pilih media sosial yang tepat

Setiap orang memiliki preferensi, termasuk ketika memilih platform media sosial yang digunakan. Nah, disinilah perlunya mengetahui "kolam" yang akan dipilih, apakah target market banyak yang bermain di kolam Facebook, LinkedIn, Instagram atau justru mereka asik bermain di kolam TikTok.

Tentukan sasaran pasar secara spesifik terlebih dahulu.

"Caranya bisa dengan membuat Buyer Persona secara simpel. Cukup membuat gambaran target market secara spesifik dengan menuliskan nama, usia, pendidikan, kondisi keuangan (penghasilan), isu apa yang menarik bagi dia, nilai apa yang dia cari ketika membeli sebuah produk, dan setelahnya akan tahu target market yang diincar ini aktif di media sosial apa," kata Andi.

2. Konten menarik

Setelah mengetahui media sosial apa yang digunakan target market, tugas selanjutnya adalah membuat konten yang menarik.

"Poin penting di sini adalah konten yang dibuat sebisa mungkin relate dengan isu yang mereka minati sehingga konten akan dianggap penting oleh mereka dan secara tidak langsung menarik mereka untuk membeli produk dari brand," kata Andi.

Tapi perlu diingat, selera konten antara brand dan target market kadang berbeda. Oleh sebab itu harus benar-benar memahami karakter audiens.

3. Apresiasi konten dari followers

Salah satu strategi marketing yang autentik adalah user generated contentyang bisa diterapkan untuk meningkatkan penjualan di media sosial. Studi di tahun 2017, menunjukkan bahwa UGC memiliki pengaruh hingga 97 persen kepada pembeli online berusia 18 – 30 tahun terhadap keputusan pembelian.

UGC adalah konten yang dibuat oleh audiens yang biasanya menceritakan pengalaman atau opini mereka terhadap brand dan kemudian mereka unggah di kanal media sosial pribadi. Audiens bisa saja menandai atau menyebut brand di postingan mereka atau menggunakan tagar yang mengarah ke brand.

Jadi, diperlukan rasa peka terhadap respons audiens di media sosial dan selalu apresiasi umpanbalik yang mereka berikan dengan membalas hingga me-repost konten yang mereka buat, tentunya sesudah izin kepada yang bersangkutan. Lewat UGC inilah engagement akan meningkat dan secara bertahap akan melahirkan pelanggan yang loyal dan tentunya berdampak terhadap penjualan brand.

4. Pakai jasa influencer

Langkah selanjutnya, bisa bekerja sama untuk meningkatkan penjualan produk dengan seorang influencer atau KOL (Key Opinion Leader) yang akan mempromosikan brand kepada pengikutnya di media sosial.

Tidak harus bekerja sama dengan seorang Makro Influencer (followers >100k) karena budget untuk seseorang yang sudah terkenal atau memiliki followers banyak biasanya cukup besar. Jadi bisa mulai bekerja sama dengan seorang Nano Influencer (followers <10k) atau Mikro Influencer (followers 10k – 100k) yang secara budget lebih terjangkau dan biasanya angka engagement-nya justru lebih tinggi.

Pertimbangan utama dalam memilih seorang influencer adalah apakah value yang dimiliki influencer tersebut sejalan dengan value yang ingin diberikan oleh brand dari produk. Oleh karena itu, harus secara serius melakukan riset terhadap calon influencer yang dipilih.

Saat ini ada banyak platform untuk mencari influencer, seperti, Spradz, Iconreel, Lemon dan platform-platform lainnya.

5. Bercerita

Semua orang suka cerita. Lewat media sosial ini bisa bercerita tentang produk secara detail. Mulai dari proses pembuatan, cerita di balik produk, proses pengemasan, dan seterusnya.

Jadi, caption yang ditulis di media sosial bukan melulu jualan secara langsung (hard selling) kepada audiens tapi ada cerita yang disampaikan dan akan lebih menarik audiens untuk membeli produk.

Salah satu brand yang sukses dengan storytelling adalah Klinik Kopi. Brand ini bercerita banyak hal menarik yang menjadikan followers-nya selalu menunggu konten dari Klinik Kopi.

6. Gunakan CTA yang memikat

Sebagai pemilik brand, harus mempelajari teknik copywriting agar konten-konten yang disampaikan lewat media sosial lebih menjual dan membuat audiens segera membeli produk yang dijual.

Di sinilah peran dari Call To Action (CTA) yang memikat dan sulit ditolak oleh audiens. CTA yang buat harus jelas dan tidak membingungkan audiens, salah satu fungsinya untuk memperjelas bagaimana caranya jika konsumen ingin membeli produk atau jika sedang berlangsung sebuah promosi.

7. Buat anggaran Ads

Langkah terakhir atau bisa dibilang shortcut agar produk bisa dijangkau oleh audiens yang lebih banyak adalah dengan beriklan.

Ada cukup banyak pertimbangan sebelum menentukan anggaran iklan media sosial, salah satunya harus secara jelas menentukan objektif atau tujuan dalam memasang iklan, apakah untuk awareness atau conversion atau objektif lainnya. Lalu siapa target yang diincar dan berapa lama akan memasang iklan tersebut.

Dari situlah akan tahu anggaran yang diperlukan untuk memasang iklan di media sosial dan tentunya bisa disesuaikan dengan kemampuan budget yang disediakan.

Baca juga: First Media luncurkan program dukungan pemulihan UMKM saat pandemi

Baca juga: Kemenparekraf dukung dompet digital digitalisasi UMKM

Baca juga: Kemenkop UKM targetkan 30 juta UMKM untuk 2024