Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani memperkirakan arus modal masuk (capital inflow) ke beberapa negara di Asia termasuk Indonesia masih akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan.

"Recovery ekonomi di AS diperkirakan baru terjadi tujuh tahun lagi sehingga mau tak mau dana yang ada akan mencari tempat yang memberi keuntungan," kata Aviliani usai seminar ketahanan energi dan perubahan iklim di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, aliran modal masuk itu harus digiring masuk ke sektor riil sehingga tidak menjadi "bubble" (gelembung) bagi perekonomian Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi yang hanya didorong oleh konsumsi tidak akan bagus, penyerapan tenaga kerja tidak ada jika tidak ada aliran modal ke sektor riil," katanya.

Ia menyebutkan, masih ada bagi pihak-pihak berwenang untuk mendorong aliran modal masuk ke sektor riil dan tidak hanya berputar-putar saja pada sektor finansial, baik itu di saham maupun obligasi.

"Ketika pemulihan ekonomi di AS sudah betul-betul terjadi, diharapkan modal yang masuk sudah masuk ke sektor riil sehingga tidak terjadi pelarian modal atau capital outflow," katanya.

Menurut dia, pemerintah harus membuat aturan guna mendorong aliran modal masuk ke sektor riil. Misalnya menunda keinginan daerah menerbitkan obligasi daerah.

Ia menyebutkan, dampak dari derasnya capital inflow hingga saat ini adalah menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Kita senang dengan penguatan rupiah, tetapi harus diwaspadai hal ini akan mendorong tingkat konsumsi," katanya. (*)

A039/A026