HIMAS 2021 momen pengingat resiliensi masyarakat adat hadapi pandemi
9 Agustus 2021 12:03 WIB
Tangkapan layar Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam acara peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2021, Jakarta, Senin (9/8/2021) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2021 menjadikan pengingat bahwa masyarakat adat memiliki resiliensi menghadapi pandemi melalui pengetahuan yang diwariskan ke setiap generasi.
"Kita masih sibuk mengeja pandemi mereka sudah punya sebetulnya istilah yang digunakan turun-temurun untuk memahami situasi seperti yang kita hadapi sekarang," ujar Dirjen Kebudayaan Hilmar dalam acara peringatani Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2021, dipantau virtual dari Jakarta pada Senin.
Selain itu, Hilmar juga menyebut bagaimana komunitas masyarakat adat memiliki ikatan sosial yang kuat dengan otoritas yang ditaati serta pemahaman bersama yang solid. Hal itu tentu berbeda dengan kondisi sosial perkotaan dengan nilai individu lebih kuat.
Baca juga: AMAN sebut pengelolaan hutan oleh masyarakat adat bersifat kolektif
Dia menyebut tatanan modern yang ada saat ini tidak dipersiapkan untuk menghadapi situasi pandemi yang dihadapi dunia sekarang.
Sementara masyarakat adat dengan warisan turun temurun telah memiliki mekanisme dan bekal menghadapinya misalnya dengan pengetahuan yang memastikan ketahanan pangan dan pengobatan tradisional.
"Ini yang dalam bahasa sekarang kita sebut sebagai resiliensi atau ketahanan dan saya kira penting sekali bagi kita untuk mendokumentasi pengetahuan dan praktik yang muncul di berbagai tempat," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi menyebut Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia, yang diperingati setiap 9 Agustus, adalah hari yang didedikasikan untuk masyarakat adat dan perjuangan mereka untuk menjaga bumi selama berabad-abad.
Rukka mengatakan ketahanan iklim dan udara segar yang bisa dinikmati saat ini tidak lepas dari kontribusi masyarakat adat, seperti di Indonesia yang menjaga kawasan alam sekitarnya demi umat manusia yang lain.
Dia juga menyebut bagaimana wilayah masyarakat adat menjadi salah satu tempat yang memiliki resiliensi menghadapi pandemi dan segala dampaknya.
"Ini semua menunjukkan bahwa kebudayaan yang kuat, yang utuh, praktik-praktik termasuk musyawarah mufakat itu menjamin keberlangsungan, keberadaan bumi yang baik dan juga umat manusia," kata Rukka.
Baca juga: Kolaborasi publik diperlukan dorong RUU Masyarakat Hukum Adat
Baca juga: Akademisi Uncen: Masyarakat adat adalah mitra strategis pemerintah
"Kita masih sibuk mengeja pandemi mereka sudah punya sebetulnya istilah yang digunakan turun-temurun untuk memahami situasi seperti yang kita hadapi sekarang," ujar Dirjen Kebudayaan Hilmar dalam acara peringatani Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2021, dipantau virtual dari Jakarta pada Senin.
Selain itu, Hilmar juga menyebut bagaimana komunitas masyarakat adat memiliki ikatan sosial yang kuat dengan otoritas yang ditaati serta pemahaman bersama yang solid. Hal itu tentu berbeda dengan kondisi sosial perkotaan dengan nilai individu lebih kuat.
Baca juga: AMAN sebut pengelolaan hutan oleh masyarakat adat bersifat kolektif
Dia menyebut tatanan modern yang ada saat ini tidak dipersiapkan untuk menghadapi situasi pandemi yang dihadapi dunia sekarang.
Sementara masyarakat adat dengan warisan turun temurun telah memiliki mekanisme dan bekal menghadapinya misalnya dengan pengetahuan yang memastikan ketahanan pangan dan pengobatan tradisional.
"Ini yang dalam bahasa sekarang kita sebut sebagai resiliensi atau ketahanan dan saya kira penting sekali bagi kita untuk mendokumentasi pengetahuan dan praktik yang muncul di berbagai tempat," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi menyebut Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia, yang diperingati setiap 9 Agustus, adalah hari yang didedikasikan untuk masyarakat adat dan perjuangan mereka untuk menjaga bumi selama berabad-abad.
Rukka mengatakan ketahanan iklim dan udara segar yang bisa dinikmati saat ini tidak lepas dari kontribusi masyarakat adat, seperti di Indonesia yang menjaga kawasan alam sekitarnya demi umat manusia yang lain.
Dia juga menyebut bagaimana wilayah masyarakat adat menjadi salah satu tempat yang memiliki resiliensi menghadapi pandemi dan segala dampaknya.
"Ini semua menunjukkan bahwa kebudayaan yang kuat, yang utuh, praktik-praktik termasuk musyawarah mufakat itu menjamin keberlangsungan, keberadaan bumi yang baik dan juga umat manusia," kata Rukka.
Baca juga: Kolaborasi publik diperlukan dorong RUU Masyarakat Hukum Adat
Baca juga: Akademisi Uncen: Masyarakat adat adalah mitra strategis pemerintah
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: