Jakarta (ANTARA) - Meski pasien kanker yang terkontrol sudah diperbolehkan divaksinasi COVID-19 sejak Februari 2021, namun kenyataannya yang sudah divaksinasi masih minim.

Ketua Umum Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi), dr Walta Gautama SpB(K) Onk, mengakui masih minim pasien kanker yang melakukan vaksinasi. Dari hasil survei RS Dharmais Jakarta dan beberapa rumah sakit yang menyebar ratusan kuesioner untuk mengetahui berapa banyak pasien kanker yang mendapatkan vaksinasi, yang balik hanya sedikit.

“Nyatanya yang balik, dari 200 kuesioner hanya 12 kuesioner. Padahal kita sudah bikin rekomendasi vaksinasi itu lebih dari 200, tapi yang divaksinasi itu sedikit,” ujar Walta dalam telekonferensi Bakti Sosial Peraboi yang diselenggarakan di Tanggerang, Ahad.

Walta menyebut ada dua kemungkinan yakni pasien takut divaksinasi dan tenaga medis juga takut memvaksinasi pasien kanker. Untuk itu, pihaknya menyelenggarakan bakti sosial vaksinasi yang diperuntukkan bagi pasien kanker.

Padahal pasien kanker padat berisiko mengalami gejala berat sampai kematian apabila terinfeksi COVID-19. Angka kejadian pasien kanker padat di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Angka kematiannya juga lebih tinggi dari populasi pasien nonkanker. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta sebagai pusat kanker nasional, dalam setahun masa pandemi tercatat 359 pasien kanker dirawat dengan kasus COVID-19.

Dari jumlah itu, tercatat kasus kematian sebanyak 23 persen. Padahal tingkat kematian nasional sekitar empat hingga lima persen.

“Melalui bakti sosial bagi pasien kanker ini, semoga dapat membuka mata tenaga medis dan pasien kanker bahwa vaksinasi COVID-19 aman bagi pasien kanker sekalipun,” kata dia.

Baca juga: Penyintas kanker ovarium boleh dapat vaksin COVID-19?

Usia lanjut

Secara prinsip, dalam kondisi fit dan tidak menjalani pengobatan yang menekan imunitasnya, pasien kanker tidak berbeda dengan orang normal. Untuk kasus tertentu seperti kanker darah memang perlu mendapatkan perhatian, tapi untuk pasien kanker solid atau yang terlihat ada benjolan tidak masalah dilakukan vaksinasi.

Untuk pasien kanker yang habis dikemoterapi pun juga boleh mendapatkan vaksinasi, dengan catatan sudah dua pekan setelah vaksinasi.

“Selama ini tidak pernah ada data, apakah vaksinasi aman atau tidak timbul pada kasus pasien kanker. Selama ini tidak ada, cuma karena ini pertama kali yang mana ada wabah dan sebagian vaksin belum selesai penelitiannya, sehingga dimasukkan pasien kanker ke dalam faktor komorbid,” kata dia.

Laporan National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Amerika Serikat menyebutkan pasien sudah survival selama tiga tahun atau bahkan lima tahun sama saja dengan orang normal.

Rasa ketakutan akan vaksinasi tersebut timbul, karena belum pernah ada pengalaman vaksinasi pada pasien kanker. Pada pasien kanker yang menjalani vaksinasi juga tidak merasakan efek samping dari vaksinasi. Untuk itu, dia mengajak pasien kanker untuk tidak takut dalam menjalani vaksinasi COVID-19.

Walta menambahkan kendala utama dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi pasien kanker adalah banyaknya pasien kanker yang berusia lanjut dan pasien yang bukan berasal dari Jabodetabek.

Baca juga: Cek Fakta: Vaksin berbasis mRNA bisa picu kanker?

Turunkan angka kematian

Bakti sosial tersebut merupakan kerja sama Peraboi dengan Komando Distrik Militer 0510/Tigaraksa Kodam Jaya Kabupaten Tangerang. Kegiatan itu adalah kegiatan vaksinasi massal pertama di Indonesia yang menyasar khusus pasien kanker.

“Pemerintah juga sudah mengumumkan bahwa ibu hamil sudah boleh divaksinasi, tapi belum tentu ibu hamil mau divaksinasi jika tidak dibuat wadahnya. Barangkali teman-teman dokter kandungan membuat wadahnya, pasti banyak ibu hamil yang mau divaksinasi. Jadi perlu ada wadahnya,” cetus dia.

Ketua Panitia Pelaksana Bakti Sosial Vaksinasi COVID-19 untuk pasien kanker, Abdul Rachman, mengatakan antusiasme pasien dan penyintas kanker sangat besar sehingga harus melakukan sistem buka-tutup pendaftaran daring untuk menjamin ketersediaan vaksin untuk semua yang telah terdaftar.

Penapisan pasien kanker yang layak menerima vaksinasi dilakukan langsung oleh 15 dokter ahli Bedah Onkologi yang dalam kesehariannya memang berpraktik menangani pasien kanker. Sebanyak 1.500 pasien kanker menjadi target vaksinasi pada bakti sosial itu.

Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia, Linda Agum Gumelar, menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada Peraboi dan mendorong penyintas kanker untuk menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya karena dapat langsung berkomunikasi dengan dokter ahli bedah onkologi yang dapat menjelaskan bila ada keraguan terhadap vaksinasi bagi pasien kanker.

“Ini merupakan kegiatan yang luar biasa, karena pasien kanker selama satu setengah tahun ini selalu bertanya apakah mereka bisa divaksinasi, dan banyak yang tidak percaya diri karena mereka khawatir ditolak pada saat penapisan,” kata Linda.

Linda berharap bakti sosial tersebut tidak hanya untuk dosis pertama saja, tetapi juga dosis kedua. Sehingga pasien kanker mendapatkan dosis lengkap.

Perwakilan dari Cancer Information & Support Center (CISC), Anissa Noor Fitri, mengatakan pihaknya sangat berterima kasih dengan bakti sosial tersebut karena sangat membantu pasien kanker mendapatkan vaksinasi.

Annisa berharap vaksinasi bagi pasien kanker tersebut tidak hanya bagi pasien di Jabodetabek saja, tetapi juga di daerah-daerah lain di Tanah Air.

Pada sejumlah kasus di tingkat provinsi dan kabupaten yang jumlah vaksinasinya relatif tinggi, seperti di Jakarta, angka kematian pasien positif VOVID-19 menurun. Diharapkan hal yang sama juga terjadi pada penderita kanker yang diijinkan divaksinasi.*