Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Sudan berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah mendukung proses perdamaian di Darfur, demikian Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Ibrahim Bushra Mohamed Ali, dalam pertemuan dengan direksi Kantor Berita ANTARA, Selasa.

Kunjungan Duta Besar Sudan ke ANTARA dilaksanakan untuk membicarakan kerja sama antara Kantor Berita Sudan (SUNA) dengan ANTARA.

"Saya berterima kasih atas dukungan yang diberikan Indonesia, terlebih dengan dikirimkannya satuan polisi ke Sudan, yang kinerjanya telah mendapatkan pengakuan dari Kepala Polisi," kata Bushra Ali dalam pertemuan dengan ANTARA yang dipimpin Direktur Utama ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf.

Duta Besar Sudan memberikan informasi bahwa referendum di Darfur akan dilangsungkan pada 9 Januari 2011.

Referendum itu, sebutnya, diadakan demi stabilitas dan kedamaian di Sudan.

"Pada dasarnya, kami menginginkan referendum ini pro-persatuan, tanpa pemisahan diri," katanya.

Ibrahim Bushra menambahkan, Khartoum mengharapkan Indonesia terus memberikan dukungan setelah referendum berlangsung dan akan mempererat serta menjaga hubungan baik dengan Indonesia.

Polri pada Oktober lalu telah mengirimkan Tim Uni Polri (FPU) III dengan nama Garuda V-D ke Darfur menggantikan FPU II yang telah mengakhiri masa tugas satu tahun di Sudan untuk menjaga stabilitas dan mempererat hubungan kedua negara.

Sudan Selatan telah menjadwalkan referendum pada 9 Januari 2011 untuk menetapkan apakah tetap menjadi bagian dari Sudan.

Hal ini merupakan bagian dari perjanjian Naivasha pada tahun 2005 antara Pemerintah Pusat Khartoum dengan Tentara Pembebasan/Gerakan Rakyat Sudan (SPLA).

Referendum secara serentak akan diadakan di Abyei. Darfur dilanda perang saudara sejak 2003.

Para ahli internasional mengatakan, pertempuran enam tahun di Darfur telah menewaskan 200 ribu orang dan lebih dari 2,7 juta orang terusir dari tempat tinggalnya. Namun Khartoum mengaku hanya 10.000 orang tewas.(*)

KR-VFT/S023/AR09