Survei New Indonesia tempatkan Demokrat geser Golkar di tiga besar
8 Agustus 2021 10:58 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersafari politik ke Jawa Barat (Jabar) dan dalam kunjungannya tersebu AHY mengkonsolidasi Partai Demokrat di tingkat daerah yang ada di Jabar untuk semakin memperkuat elektabilitas partai ini di Pemilu 2024. ANTARA/HO-Dok Partai Demokrat
Jakarta (ANTARA) - Survei yang dilakukan oleh New Indonesia Research & Consulting menempatkan Partai Demokrat pada posisi tiga besar menggeser Partai Golkar dan hanya berselisih tipis dari Partai Gerindra di urutan kedua.
"Jika tren elektabilitas Demokrat terus meningkat, maka sangat mungkin menyalip Gerindra maupun PDIP dan menjadi jawara pada Pemilu 2024," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono melalui keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Minggu.
Tren elektabilitas Demokrat terus mengalami kenaikan signifikan sejak survei dilakukan Februari 2021. Semula perolehan elektabilitas partai berlambang Mercy tersebut hanya di kisaran tiga persen, namun melonjak menjadi delapan persen.
"Kini elektabilitas Demokrat kembali naik mencapai 10,1 persen membayangi Gerindra yang meraih elektabilitas 10,4 persen," ujarnya.
Untuk posisi pertama masih ditempati Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Akan tetapi, tren partai yang dikomandoi Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri tersebut mengalami penurunan selama setahun terakhir.
Pada survei sebelumnya, PDIP masih memantapkan elektabilitas di kisaran 20 hingga 30 persen, namun kini turun menjadi 19,8 persen, ujar dia.
Tidak hanya PDIP dan Gerindra, Golkar yang juga partai koalisi pemerintah mengalami penurunan elektabilitas menjadi 7,3 persen dan merosot ke posisi empat.
Menurut Andreas, manuver Demokrat yang berada di luar pemerintahan berhasil mencitrakan diri sebagai oposisi utama. Berbeda dengan Demokrat, elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga partai oposisi hanya memperoleh 4,8 persen.
"Demokrat berhasil melawan upaya kubu Moeldoko untuk membelah internal partai, sementara PKS dibayang-bayangi oleh Gelora yang bisa dianggap sebagai sempalan PKS," ujar Andreas.
Gelora sebagai partai politik baru mulai menunjukkan taringnya dengan meraih elektabilitas 1,1 persen. Partai baru lainnya yang dipimpin Amien Rais yaitu Partai Ummat memperoleh elektabilitas sebesar 1,7 persen dibandingkan posisi pendahulunya, Partai Amanat Nasional (PAN) yakni 1,2 persen.
Untuk posisi papan tengah diduduki oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 5,7 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 5,3 persen, NasDem 3,5 persen, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebesar 2,0 persen.
Sedangkan untuk posisi bawah, berdasarkan survei New Indonesia Research & Consulting, elektabilitas Perindo hanya 0,7 persen, Hanura 0,5 persen, Berkarya 0,4 persen, dan lainnya 0,3 persen.
"Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 25,2 persen," kata dia.
Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 21 hingga 30 Juli 2021 melalui sambungan telepon kepada 1.200 orang responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Untuk "margin of error" sekitar 2,89 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei CPCS: Demokrat-PKS-PSI favorit pemilih milenial
Baca juga: Survei IndEX: Elektabilitas Partai Demokrat terus meningkat
"Jika tren elektabilitas Demokrat terus meningkat, maka sangat mungkin menyalip Gerindra maupun PDIP dan menjadi jawara pada Pemilu 2024," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono melalui keterangan tertulis yang diterima, di Jakarta, Minggu.
Tren elektabilitas Demokrat terus mengalami kenaikan signifikan sejak survei dilakukan Februari 2021. Semula perolehan elektabilitas partai berlambang Mercy tersebut hanya di kisaran tiga persen, namun melonjak menjadi delapan persen.
"Kini elektabilitas Demokrat kembali naik mencapai 10,1 persen membayangi Gerindra yang meraih elektabilitas 10,4 persen," ujarnya.
Untuk posisi pertama masih ditempati Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Akan tetapi, tren partai yang dikomandoi Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri tersebut mengalami penurunan selama setahun terakhir.
Pada survei sebelumnya, PDIP masih memantapkan elektabilitas di kisaran 20 hingga 30 persen, namun kini turun menjadi 19,8 persen, ujar dia.
Tidak hanya PDIP dan Gerindra, Golkar yang juga partai koalisi pemerintah mengalami penurunan elektabilitas menjadi 7,3 persen dan merosot ke posisi empat.
Menurut Andreas, manuver Demokrat yang berada di luar pemerintahan berhasil mencitrakan diri sebagai oposisi utama. Berbeda dengan Demokrat, elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang juga partai oposisi hanya memperoleh 4,8 persen.
"Demokrat berhasil melawan upaya kubu Moeldoko untuk membelah internal partai, sementara PKS dibayang-bayangi oleh Gelora yang bisa dianggap sebagai sempalan PKS," ujar Andreas.
Gelora sebagai partai politik baru mulai menunjukkan taringnya dengan meraih elektabilitas 1,1 persen. Partai baru lainnya yang dipimpin Amien Rais yaitu Partai Ummat memperoleh elektabilitas sebesar 1,7 persen dibandingkan posisi pendahulunya, Partai Amanat Nasional (PAN) yakni 1,2 persen.
Untuk posisi papan tengah diduduki oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 5,7 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 5,3 persen, NasDem 3,5 persen, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebesar 2,0 persen.
Sedangkan untuk posisi bawah, berdasarkan survei New Indonesia Research & Consulting, elektabilitas Perindo hanya 0,7 persen, Hanura 0,5 persen, Berkarya 0,4 persen, dan lainnya 0,3 persen.
"Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 25,2 persen," kata dia.
Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 21 hingga 30 Juli 2021 melalui sambungan telepon kepada 1.200 orang responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Untuk "margin of error" sekitar 2,89 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei CPCS: Demokrat-PKS-PSI favorit pemilih milenial
Baca juga: Survei IndEX: Elektabilitas Partai Demokrat terus meningkat
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021
Tags: