BPON: Pelihara langit gelap amati objek langit lebih jelas dan indah
6 Agustus 2021 22:32 WIB
Koordinator Bidang Pengelola Observatorium Nasional Bambang Suhandi berbicara dalam Gelar Wicara dan Pengamatan Virtual Malam Langit Gelap untuk memperingati Hari Keantariksaan Nasional di Jakarta, Jumat (6/8/2021) malam. (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Jakarta (ANTARA) - Balai Pengelola Observatorium Nasional (BPON) Kupang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengajak masyarakat untuk memelihara langit gelap sehingga mempermudah pengamatan objek langit menjadi tampak lebih jelas dan indah.
"Untuk melihat objek langit dengan indah terasa lebih dekat sebaiknya polusi cahaya dikurangi," kata Koordinator Bidang Pengelola Observatorium Nasional Bambang Suhandi dalam Gelar Wicara dan Pengamatan Virtual Malam Langit Gelap untuk memperingati Hari Keantariksaan Nasional di Jakarta, Jumat malam.
Ia mengatakan melihat langit gelap dapat dilakukan tanpa polusi cahaya. Hal itu langka di kehidupan perkotaan karena adanya polusi cahaya dari penerangan.
Untuk memelihara langit gelap dapat dilakukan dengan mengurangi polusi cahaya, dengan mematikan lampu luar rumah yang berpotensi sumber polusi cahaya.
"Jadi tidak semua lampu dimatikan, cukup lampu luar rumah, lampu luar yang mengarah ke langit yang berpotensi menjadi sumber polusi cahaya dan saatnya kita menikmati langit bersama-sama, baik langsung dengan mata ataupun teleskop," tutur Bambang.
Baca juga: Lapan ajak masyarakat lestarikan langit gelap dengan mematikan lampu
Pada keadaan langit gelap, objek langit akan tampak lebih dekat dan lebih indah. Masyarakat telah diajak untuk melestarikan langit gelap dengan mematikan lampu selama satu jam, pukul 20.00-21.00 waktu setempat pada 6 Agustus 2021.
Dengan pengamatan virtual langit gelap, diharapkan dapat menumbuhkan minat dan peduli masyarakat untuk menjaga langit malam atau langit gelap.
"Langit yang tidak cerah menyebabkan manusia tidak dapat menikmati keindahan bulan dan bintang yang merupakan perhiasan langit," ujar Bambang.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Zet Sony Libing mengatakan pembangunan observatorium nasional di Gunung Kimau Kabupaten Kupang akan menjadi destinasi wisata pertama di Indonesia untuk wisata langit malam karena lokasinya bebas dari polusi cahaya dan udara.
"Observatorium nasional ini tentunya sangat sejalan dan mendukung salah satu misi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur yaitu membangun Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu gerbang pusat pengembangan pariwisata nasional," ujarnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana Kupang Primus Lake mengatakan bagi orang Timor, benda-benda langit berguna sebagai pemberi tanda bagi manusia, antara lain berhubungan dengan musim, pertanian, bencana, dan penyakit.
Contohnya, katanya, bintang tujuh sebagai penanda waktu tepat untuk panen jagung dan bintang ma'lafu sebagai penanda hujan/kemarau, bulan pakai payung atau bulan dalam kubangan terkait dengan hujan, penyu bertelur, dan hujan angin/badai.
Dia mengatakan agar dapat membaca tanda-tanda dari benda-benda langit, maka langit harus cerah. Dengan langit cerah maka benda-benda langit kelihatan dengan jelas. Langit cerah diperoleh ketika tidak dihalangi polusi cahaya.
Baca juga: Kampanye malam langit gelap dukung efisiensi energi
Baca juga: Tempat yang disarankan untuk mengamati Bima Sakti
"Untuk melihat objek langit dengan indah terasa lebih dekat sebaiknya polusi cahaya dikurangi," kata Koordinator Bidang Pengelola Observatorium Nasional Bambang Suhandi dalam Gelar Wicara dan Pengamatan Virtual Malam Langit Gelap untuk memperingati Hari Keantariksaan Nasional di Jakarta, Jumat malam.
Ia mengatakan melihat langit gelap dapat dilakukan tanpa polusi cahaya. Hal itu langka di kehidupan perkotaan karena adanya polusi cahaya dari penerangan.
Untuk memelihara langit gelap dapat dilakukan dengan mengurangi polusi cahaya, dengan mematikan lampu luar rumah yang berpotensi sumber polusi cahaya.
"Jadi tidak semua lampu dimatikan, cukup lampu luar rumah, lampu luar yang mengarah ke langit yang berpotensi menjadi sumber polusi cahaya dan saatnya kita menikmati langit bersama-sama, baik langsung dengan mata ataupun teleskop," tutur Bambang.
Baca juga: Lapan ajak masyarakat lestarikan langit gelap dengan mematikan lampu
Pada keadaan langit gelap, objek langit akan tampak lebih dekat dan lebih indah. Masyarakat telah diajak untuk melestarikan langit gelap dengan mematikan lampu selama satu jam, pukul 20.00-21.00 waktu setempat pada 6 Agustus 2021.
Dengan pengamatan virtual langit gelap, diharapkan dapat menumbuhkan minat dan peduli masyarakat untuk menjaga langit malam atau langit gelap.
"Langit yang tidak cerah menyebabkan manusia tidak dapat menikmati keindahan bulan dan bintang yang merupakan perhiasan langit," ujar Bambang.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Zet Sony Libing mengatakan pembangunan observatorium nasional di Gunung Kimau Kabupaten Kupang akan menjadi destinasi wisata pertama di Indonesia untuk wisata langit malam karena lokasinya bebas dari polusi cahaya dan udara.
"Observatorium nasional ini tentunya sangat sejalan dan mendukung salah satu misi pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur yaitu membangun Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu gerbang pusat pengembangan pariwisata nasional," ujarnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana Kupang Primus Lake mengatakan bagi orang Timor, benda-benda langit berguna sebagai pemberi tanda bagi manusia, antara lain berhubungan dengan musim, pertanian, bencana, dan penyakit.
Contohnya, katanya, bintang tujuh sebagai penanda waktu tepat untuk panen jagung dan bintang ma'lafu sebagai penanda hujan/kemarau, bulan pakai payung atau bulan dalam kubangan terkait dengan hujan, penyu bertelur, dan hujan angin/badai.
Dia mengatakan agar dapat membaca tanda-tanda dari benda-benda langit, maka langit harus cerah. Dengan langit cerah maka benda-benda langit kelihatan dengan jelas. Langit cerah diperoleh ketika tidak dihalangi polusi cahaya.
Baca juga: Kampanye malam langit gelap dukung efisiensi energi
Baca juga: Tempat yang disarankan untuk mengamati Bima Sakti
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: