Brasilia (ANTARA News) - Dilma Rousseff merayakan kemenangan pada Senin pasca terpilih menjadi presiden perempuan Brazil pertama dan bertekad untuk melanjutkan program pendahulu juga gurunya Luiz Inacio Lula da Silva.
Rousseff, yang menjadi ketua kabinet Lula sebelum Lula memilih sendiri Rousseff untuk menggantikannya dalam pemilu, terbata-bata saat menyampaikan rasa terima kasihnya dalam pidato kemenangan di Brasilia.
"Kegembiraan yang saya rasakan hari ini atas kemenangan saya bercampur dengan kesedihan atas kepergiannya (Lula)," katanya pada Minggu dikutip AFP.
"Tugas untuk menggantikannya sungguh sulit dan menantang, namun saya tahu saya akan menghormati warisannya dan melanjutkan pekerjaannya," katanya.
"Saya akan sering mengetuk pintu rumahnya dan saya tahu pintu akan selalu terbuka."
Rousseff berjanji untuk menghilangkan kemiskinan di dalam negeri dan mengecam perekonomian negara-negara besar karena mengurangi nilai mata uang mereka dalam suatu "perang mata uang" yang mengancam ekspor Brazil dan negara lain.
Rousseff, ekonom yang terlatih dari pengalaman berusia 62 tahun yang juga seorang birokrat karir, sebenarnya tidak dikenal oleh warga Brazil sebelum Lula menempatkannya menjadi pusat perhatian bersama dengannya pada pada tahun ini.
Berkat dukungan Lula, Rousseff dengan cepat menjadi favorit dalam kompetisi yang mengadu Rousseff dengan saingan oposisi Jose Serra, mantan gubernur negara bagian Sao Paulo.
Meski rencana Lula agar Rousseffe terpilih sempat terhambat dalam pemilu putaran pertama pada 3 Oktober saat ia gagal memenangkan suara mayoritas yang diperlukan untuk mencegah pemilu putaran kedua, Rousseff akhirnya kembali ke jalurnya.
Rousseff mendapat 56 persen suara sementara Serra 44 persen seluruh suara, menurut perhitungan resmi dari Majelis Pemilihan Tinggi.
Ia akan memerintah negara ekonomi terbesar di Amerika Latin pada 1 Januari tahun depan, saat Lula (65) harus turun, setelah menyelesaikan dua masa pemerintahan berturut-turut yang diizinkan oleh Undang-undang.
Lula belum menyebutkan rencananya. Ia pensiun dengan tingkat popularitas di atas 80 persen dan juga mendapat nama di tingkat global.
Spekulasi yang beredar ia mungkin akan menerima posisi internasional atau menjadi penasehat tidak resmi Rousseff saat ia memerintah negara meski Lula sudah membantah skenario tersebut.
"Tidak ada kemungkinan seorang mantan presiden ikut serta dalam pemerintahan," kata Lula saat ia memilih di daerah pinggiran Sao Paulo, tempat ia memulai bekerja sebagai pekerja industri logam dan pemimpin serikat pekerja.
Rousseff akan "menjalankan pemerintahan sesuai citranya. Saya hanya berharap ia melakukan lebih dari yang saya lakukan," kata Lula.
Rousseff tidak memiliki baik karisma maupun kemampuan negosiasi seperti yang dimiliki Lula.
Namun ia terkenal memiliki keinginan kuat sehingga media Brazil memberikan sebutan "Wanita Besi" seperti mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.
Ia membangun dukungan politik saat mulai menjadi militan yang menentang pemerintah militer Brazil yang memerintah dalam rezim diktator pada 1964-1985 --aktivitas yang membuatnya mendekam di penjara selama tiga tahun sejak 1970.
Setelah mengejar karir politiknya dan bergabung dengan Partai Pekerja, Rousseff menjadi menteri energi saat Lula menjadi presiden pada 2002. Pada 2005, Lula mempromosikan Rousseff menjadi kepala kabinetnya.
Tantangan terbesar Rousseff sebagai presiden adalah mempersiapkan Brazil menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016 di Rio, keduanya diperoleh karena kecekatan lobi Lula.
Ia juga harus mengarahkan Brazil menjalani kondisi perekonomian yang sulit.
Meski perekonomian Brazil sedang berkembang hingga lebih dari tujuh persen tahun ini, namun realitas di nilai mata uang Brazil sangat melambung terhadap dolar sehingga sektor ekspor penting dari negara mulai merasakan kesulitan.
Di saat yang sama, Rousseff juga tidak menikmati dukungan penuh dari partai berkuasa, Partai Pekerja, seperti yang didapatkan Lula, yang dapat memberinya masalah di tingkat legislatif di masa mendatang.
Serra menyikapi kekalahan dalam pemilu putaran kedua dengan tenang, mengatakan ia "bangga" bertarung dengan Rousseff untuk posisi kepemimpinan itu.
Ia juga mengisyarakan oposisi kubu tengah tidak akan memberi persetujuan dengan mudah.
"Bagi pendukung kami yang membayangkan bahwa kita kalah: Kita baru saja memulai pertempuran sebenarnya," ingatnya.
(KR-DLN/H-AK/S026)
Presiden Perempuan Pertama Brazil Rayakan Kemenangan
1 November 2010 16:50 WIB
Dilma Rousseff (istimewa)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
Tags: