ITS Surabaya buat inovasi OXITS bantu atasi krisis oksigen
6 Agustus 2021 21:16 WIB
Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari (kiri) bersama Ketua Tim Riset OXITS Fadlilatul Taufany saat mendemokan OXITS di kampus setempat, Jumat (6/8/2021). (ANTARA/HO-Humas ITS)
Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya membuat inovasi berupa alat konsentrator oksigen yang diberi nama Oxygen Concentrator ITS (OXITS) untuk membantu mengatasi krisis oksigen di Indonesia.
Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari saat peluncuran di kampus setempat, Jumat, menyatakan OXITS dapat mengganti peran tabung oksigen kini menjadi barang langka seiring melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia.
"Tabung oksigen saat ini sangat dibutuhkan masyarakat. OXITS diharapkan dapat memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat luas," ujar Rektor yang akrab disapa Ashari itu.
Baca juga: Forkopimda Jatim tinjau hari terakhir pelaksanaan vaksinasi di ITS
Ia berharap OXITS dapat meringankan beban masyarakat yang sangat membutuhkan pasokan oksigen di masa pandemi COVID-19.
"Semoga karya (ITS) ini dapat membuat keadaan menjadi lebih baik dan pandemi dapat cepat berakhir," ucap Ashari.
Sementara itu, Ketua Tim Riset OXITS Fadlilatul Taufany menjelaskan bahwa seiring saturasi oksigen yang rendah dalam darah pasien positif COVID-19 maka membutuhkan pasokan oksigen berkonsentrasi tinggi, sementara kadar oksigen di udara hanya berkisar 21 persen.
Baca juga: Warek I ITS: Kita perlu aktifkan daya Ilahi dalam diri
"OXITS ini dapat menghasilkan oksigen murni hingga 95,5 persen," kata akademisi yang juga Kepala Sub Direktorat Riset dan Publikasi Ilmiah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS tersebut.
Lebih lanjut, dosen Departemen Teknik Kimia ITS itu menambahkan bahwa selain oksigen, udara bebas juga mengandung nitrogen sekitar 78 persen dan sisanya gas-gas lain.
"Prinsip kerja OXITS ialah mengambil udara bebas dan memurnikannya dari kandungan nitrogen melalui teknologi pressure swing adsorption (PSA)," tutur Taufany.
Baca juga: Udinus Semarang dan ITS Surabaya perpanjang kerja sama
Ia juga menjelaskan bahwa udara yang diserap oleh OXITS akan melalui filter terlebih dahulu guna menyaring partikel berukuran lebih dari 5 mikron, selanjutnya udara akan dikompresi untuk meningkatkan tekanan udara.
"Selama proses kompresi, mekanisme pendingin terus berjalan agar menjaga konsentrator dari overheating dan meningkatkan performa PSA," katanya.
Kemudian, lanjut dia, nitrogen yang terkandung dalam udara akan diserap oleh filter zeolite untuk memurnikan udara.
Baca juga: Jakarta akan suplai 10 unit oksigen konsentrator untuk Sulsel
Terdapat dua unit kolom yang bekerja secara bergantian, yaitu kolom untuk menyerap nitrogen dan kolom yang mengeluarkan nitrogen yang terperangkap di zeolit.
"Zeolit pada OXITS ini dapat digunakan dalam jangka panjang," tukasnya.
Alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) tersebut memaparkan udara yang telah bebas dari kandungan nitrogen akan disesuaikan dan diatur terlebih dahulu tekanan dan flow-nya dengan elektronik yang ada sebelum oksigen dialirkan.
"Inovasi OXITS telah sesuai dengan standar kesehatan WHO dan UNICEF," kata Taufany.
Baca juga: IPB rancang konsentrator oksigen respons kelangkaan
Rektor ITS Prof. Mochamad Ashari saat peluncuran di kampus setempat, Jumat, menyatakan OXITS dapat mengganti peran tabung oksigen kini menjadi barang langka seiring melonjaknya kasus COVID-19 di Indonesia.
"Tabung oksigen saat ini sangat dibutuhkan masyarakat. OXITS diharapkan dapat memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat luas," ujar Rektor yang akrab disapa Ashari itu.
Baca juga: Forkopimda Jatim tinjau hari terakhir pelaksanaan vaksinasi di ITS
Ia berharap OXITS dapat meringankan beban masyarakat yang sangat membutuhkan pasokan oksigen di masa pandemi COVID-19.
"Semoga karya (ITS) ini dapat membuat keadaan menjadi lebih baik dan pandemi dapat cepat berakhir," ucap Ashari.
Sementara itu, Ketua Tim Riset OXITS Fadlilatul Taufany menjelaskan bahwa seiring saturasi oksigen yang rendah dalam darah pasien positif COVID-19 maka membutuhkan pasokan oksigen berkonsentrasi tinggi, sementara kadar oksigen di udara hanya berkisar 21 persen.
Baca juga: Warek I ITS: Kita perlu aktifkan daya Ilahi dalam diri
"OXITS ini dapat menghasilkan oksigen murni hingga 95,5 persen," kata akademisi yang juga Kepala Sub Direktorat Riset dan Publikasi Ilmiah Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS tersebut.
Lebih lanjut, dosen Departemen Teknik Kimia ITS itu menambahkan bahwa selain oksigen, udara bebas juga mengandung nitrogen sekitar 78 persen dan sisanya gas-gas lain.
"Prinsip kerja OXITS ialah mengambil udara bebas dan memurnikannya dari kandungan nitrogen melalui teknologi pressure swing adsorption (PSA)," tutur Taufany.
Baca juga: Udinus Semarang dan ITS Surabaya perpanjang kerja sama
Ia juga menjelaskan bahwa udara yang diserap oleh OXITS akan melalui filter terlebih dahulu guna menyaring partikel berukuran lebih dari 5 mikron, selanjutnya udara akan dikompresi untuk meningkatkan tekanan udara.
"Selama proses kompresi, mekanisme pendingin terus berjalan agar menjaga konsentrator dari overheating dan meningkatkan performa PSA," katanya.
Kemudian, lanjut dia, nitrogen yang terkandung dalam udara akan diserap oleh filter zeolite untuk memurnikan udara.
Baca juga: Jakarta akan suplai 10 unit oksigen konsentrator untuk Sulsel
Terdapat dua unit kolom yang bekerja secara bergantian, yaitu kolom untuk menyerap nitrogen dan kolom yang mengeluarkan nitrogen yang terperangkap di zeolit.
"Zeolit pada OXITS ini dapat digunakan dalam jangka panjang," tukasnya.
Alumnus National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) tersebut memaparkan udara yang telah bebas dari kandungan nitrogen akan disesuaikan dan diatur terlebih dahulu tekanan dan flow-nya dengan elektronik yang ada sebelum oksigen dialirkan.
"Inovasi OXITS telah sesuai dengan standar kesehatan WHO dan UNICEF," kata Taufany.
Baca juga: IPB rancang konsentrator oksigen respons kelangkaan
Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: