Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dr Sukhyar mengatakan bahwa sistem aliran magma di Gunung Merapi sudah terbuka sehingga magma pun bebas keluar karena sudah tidak ada halangan di puncak.

"Sistem Merapi mulai terbuka pascaletusan 26 Oktober lalu karena sudah membongkar kubah lava hasil erupsi 2006," kata Sukhyar di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, pihaknya kini minimal sudah mengetahui posisi keluarnya magma di Gunung Merapi yaitu mengarah ke selatan atau ke Kali Gendol.

Sejak dinyatakan Awas, Gunung Merapi telah meletus empat kali yaitu pada 26 Oktober, 30 Oktober, 31 Oktober dan 1 November.

"Jika ini sudah menjadi sebuah siklus, maka kemungkinan pada letusan-letusan berikutnya sudah tidak akan didahului oleh gempa vulkanik karena sistemnya terbuka," katanya.

Oleh karena itu, Sukhyar mengatakan, pengamatan visual menjadi cukup penting disamping pengamatan instrumental untuk melihat tanda-tanda aktivitas Gunung Merapi.

Bagi masyarakat, lanjut dia, erupsi Merapi yang bersifat eksplosif disertai dengan dentuman adalah hal yang baru karena pada erupsi-erupsi sebelumnya tidak ada suara dentuman yang terdengar oleh masyarakat.

"Dentuman yang didengar oleh masyarakat inilah yang membuat masyarakat menjadi khawatir, tetapi masyarakat sudah mengungsi dalam radius lebih dari 10 kilometer dari puncak gunung," katanya.

Sukhyar juga mengatakan, pascaletusan 26 Oktober, material kubah lava sebanyak dua juta meter kubik sudah terbongkar sehingga masyarakat tetap diimbau untuk tidak beraktivitas di alur sungai agar terhindar dari bahaya lahar dingin.

Daerah terdampak akibat awan panas pascaletusan 26 Oktober adalah 14 kilometer (km) persegi atau dua kali lebih besar dibanding daerah terdampak akibat erupsi 2006 seluas tujuh kilometer persegi.

Jumlah total material dari magma yang dilontarkan Gunung Merapi pasca erupsi eksplosif pada 26 Oktober dan 30 Oktober diperkirakan mencapai 8,7 juta meter kubik.

Pada erupsi eksplosif yang terjadi Senin sekitar pukul 10.02 WIB tidak diawali dengan gempa vulkanik dan ketinggian kolom letusan mencapai sekitar 1,5 kilometer (km).

Berikut kronologis letusan yang terjadi pada Senin, yaitu diawali dengan adanya gempa low frequency pada pukul 09.47 WIB diikuti dengan guguran ukuran kecil hinggan sedang pada pukul 09.50 WIB.

Guguran besar terjadi pada pukul 10.00-10.02 WIB secara beruntun diikuti awan panas pertama pada pukul 10.03-10.05 WIB. Awan panas kedua terjadi pada pukul 10.05-10.08 WIB, awan panas ketiga pada pukul 10.20-10.24 WIB, awan panas keempat pada pukul 10.56-10.59 WIB, awan panas kelima pada pukul 11.00-11.02 WIB, awan panas keenam pada pukul 11.45-11.47 WIB.

Sebagian besar awan panas mengarah ke Kali Gendol dan Kali Woro dengan jarak luncur 4 km sampai ke Bukit Kendil.

Asap sulfatara putih dan asap coklat pekat meluncur vertikal ke atas dengan ketinggian 1,5km. Arah angin ke timur dan utara. (*)

E013/Z002