Yogyakarta (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi (2.965 mdpl) di perbatasan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah belum stabil, menyusul masih terjadi beberapa kali letusan dan awan panas, Minggu.
Sebelumnya, adanya tujuh kali gempa "low frekuensi" (LF) di Merapi dalam rentang waktu pukul 00.00 hingga pukul 06.00 WIB, dinilai sebagai perkembangan yang menarik dan positif, karena mengindikasikan adanya pembentukan kubah lava baru.
"Ini perkembangan yang menarik, karena mengindikasikan adanya pembentukan kubah lava baru," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, apabila kubah lava baru mulai terbentuk, itu artinya magma bisa keluar secara alami, dan berarti Merapi sudah menunjukkan karakteristik erupsinya.
Disamping lebih banyak terjadi gempa LF, indikasi positif dari aktivitas seismik gunung ini juga ditunjukkan dengan tidak adanya gempa vulkanik.
Meskipun demikian, kata dia, masyarakat masih harus tetap waspada, mengingat guguran masih mendominasi aktivitas seismik Merapi. Dari pukul 00.00 WIB sampai pukuk 00.06 WIB tercatat ada 36 kali guguran.
Namun, tanpa diduga, pada siang dan sore Merapi kembali meletus dan terjadi awan panas, yaitu pada pukul 14.28 WIB, pukul 15.16 WIB, pukul 15.23 WIB.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sukhiyar di Yogyakarta, mengatakan letusan pertama terjadi pada pukul 14.28 WIb yang diawali dengan gempa vulkanik dengan durasi awan panas sekitar empat menit, kemudian pada pukul 15.16 WIB kembali terjadi awan panas letusan dengan durasi lima menit disertai dentuman dan gemuruh yang terdengar dari Pos PGM Babadan, Magelang dan Selo, Boyolali.
"Arah awan panas menuju Kali Gendol yang terpantau dari Kaliurang dan getaran terasa di Babadan dan Selo," katanya.
Ia mengatakan awan panas ketiga terjadi pada pukul 15.23 WIB dengan intensitas sedang dan bedurasi tiga menit menuju Kali Lamat, Senowo, Krasak dan Gendol. "Luncuran terjauh mengarah ke Kali Gendol," katanya.
Sukhiyar mengatakan pengamatan dari Pos PGM Jrakah, Boyolali awan panas meluncur ke Kali Api sejauh 1,5 kilometer dan Kali Senowo sejauh dua kilometer.
"Fenomena Merapi ini sebenarnya merupakan guguran lava yang ada di puncak dan turun ke lembah," katanya.
Menurut dia, karena kawah Merapi terbuka ke sisi selatan, maka alirannya ke Kali Gendol dan tidak jauh maksimal empat kilometer.
"Kemungkinan letusan dan dentuman seperti ini masih akan ada lagi. Energi di dalam masih besar, dan yang terjadi hari ini hanya jeda-jeda saja," katanya.
Sementara itu, Surono kembali meminta masyarakat tetap berada di radius lebih dari 10 kilometer dari pucak Merapi, karena status gunung berapi ini masih "awas", dan tidak melakukan aktivitas di badan sungai, karena banjir lahar dingin bisa saja terjadi jika di kawasan puncak diguyur hujan dengan curah tinggi dalam waktu lama.
Namun demikian, kata dia, hujan akan sangat membantu masyarakat untuk menghilangkan abu vulkanik yang menutupi wilayah Yogyakarta pascaletusan Sabtu dini hari (30/10). "Abu vulkanik bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dan jika terjadi hujan, abu vulkanik akan hilang," katanya.
Masih berbahaya
Surono kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih berbahaya, dan masyarakat diminta tetap berada di luar radius 10 kilometer dari puncak gunung.
"Energi yang tersimpan di Gunung Merapi ini tiga kali lipat lebih besar dibanding energi letusan pada 1997, 2001 dan 2006. Sehingga masyarakat harus tetap waspada dan menjauhi daerah berbahaya yang telah ditetapkan," katanya, di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, karakter erupsi Gunung Merapi berbeda dengan karakter yang biasa ditunjukkan yaitu keluarnya awan panas yang kemudian diikuti munculnya titik api diam, lava dan kubah lava baru kemudian erupsi akan berhenti.
Namun, pada erupsi 2010, belum terbentuk kubah lava baru padahal Gunung Merapi sudah meletus sebanyak tiga kali yaitu pada 26 Oktober, 30 Oktober dan 31 Oktober.
Ia mengatakan keilmuan yang dimiliki bisa meyakinkan bahwa sesuatu akan terjadi, namun gunung api memiliki heterogenitas tersendiri.
Surono mencontohkan pada letusan Minggu (31/10) tidak ditandai dengan banyaknya gempa vulkanik, tetapi hanya ditandai oleh satu kali gempa vulkanik.
"Kami tidak bisa memprediksikan kapan terjadinya letusan. Yang bisa kami lakukan adalah menerangkan proses yang terjadi," katanya.
Ia juga meminta agar masyarakat tidak panik, dan tetap mematuhi radius aman, apalagi Yogyakarta adalah kota pelajar dan kota wisata.
Letusan Gunung Merapi pada Minggu kembali membuat sejumlah daerah di sisi timur gunung terkena hujan abu vulkanik, setelah pada letusan Sabtu (30/10) hujan abu mengguyur Kota Yogyakarta.
"Unsur silica dan sulfur yang ada di abu vulkanik tersebut cukup tinggi. Masyarakat harus mengenakan masker, karena silica dan sulfur tidak baik untuk kesehatan," katanya, dan berharap agar pemberitaan mengenai Gunung Merapi tidak merugikan Yogyakarta sebagai kota pelajar dan pariwisata.
Dirujuk ke rumah sakit
Delapan pengungsi Gunung Merapi di tempat pengungsian Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai.
"Hingga hari ini ada delapan pengungsi di posko Hargobinangun yang harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis tingkat lanjut," kata salah petugas kesehatan di posko pengungsian Hargobinangun Monika, di Sleman, Minggu.
Ia mengatakan pengungsi yang dirujuk ke rumah sakit umumnya para pengungsi pralansia yang memiliki keluhan infeksi saluran pernapasan atas dan demam.
"Ada juga seorang pengungsi yang menderita penyumbatan saluran kencing karena terlalu lama menahan kencing akibat terbatasnya jumlah sarana mandi cuci kakus di posko pengungsian," katanya.
Selain itu ada juga seorang pengungsi di posko Hargobinangun yang harus dirujuk ke rumah sakit karena dalam kondisi hamil tua, dan diperkirakan segera melahirkan.
"Secara umum, kesehatan pengungsi di Hargobinangun kondisinya baik. Hanya beberapa yang harus dirawat di rumah sakit," katanya.
Menurut dia, keluhan yang sering dirasakan pengungsi adalah infeksi pernafasan, pusing, dan hipertensi. "Jika keluhan ringan, cukup ditangani di posko kesehatan," katanya.
Sementara itu, persediaan obat-obatan di posko pengungsian Hargobinangun masih mencukupi. "Kami juga terbantu oleh posko kesehatan yang didirikan PT Pertamina dan PT Bintang Toedjoe," katanya.
Saat ini posko pengungsian Hargobinangun menampung 4.538 pengungsi yang berasal dari Dusun Kaliurang Barat, Kaliurang Timur, Ngipiksari, Boyong, dan Banteng.
Sementara itu, staf medis Rumah Sakit Jiwa Grasia Yogyakarta dr Tri Suluh memperkirakan potensi trauma para pengungsi pascabencana letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman tinggi.
"Pacabencana potensi terjadinya trauma di kalangan warga penggungsi akan tinggi, karena bencana bisa menimbulkan tekanan yang tinggi, sehingga bisa menimbulkan adanya psikoakut," kata Tri Suluh saat mengunjungi barak pengungsi di Kecamatan Cangkringan, Minggu.
Menurut dia, potensi adanya gangguan jiwa saat adanya bencana memang ada yang memicu, karena saat bencana muncul berbagai masalah.
"Masing-masing orang bisa terkena gangguan jiwa dengan berbagai latar belakang. Namun jika saat terjadi psikoakut atau gangguan jiwa pada tahap awal bisa kembali sembuh apabila mendapat pengobatan yang cukup," katanya.
Ia mengatakan sejak adanya bencana Merapi memang ada satu penggungsi yang terkena gangguan jiwa.
"Namun kondisi ini bukan murni karena bencana Gunung Merapi, melainkan bencana Merapi memicu stressor pada salah satu penggungsi tersebut, sehingga gangguan jiwa yang sudah tidak kambuh selama empat tahun terjadi lagi," katanya.
Tri Suluh mengatakan, jika ada warga yang memiki riwayat gangguan jiwa seharusnya segera diperiksa agar bisa kembali sembuh.
"Asalkan rutin diperiksa maka penderita gangguan jiwa tersebut dapat disembuhkan," katanya.
Pemulihan prikologis
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan melaksanakan program pemulihan psikologis bagi para pengungsi korban bencana Gunung Merapi.
"Program itu dilaksanakan karena para pengungsi Merapi terutama perempuan dan anak-anak diduga mengalami trauma pascabencana," kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari di Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu.
Menurut dia, di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi pihaknya saat ini sedang melakukan kajian terhadap masalah psikologi yang dialami para pengungsi terutama perempuan dan anak-anak pascabencana Merapi.
"Jika tanggap darurat pascabencana Merapi telah tuntas, kami akan melaksanakan program pemulihan psikologis para pengungsi khusunya perempuan dan anak-anak," katanya.
Ia mengatakan pelaksanaan program tersbeut berdasarkan berdasarkan pengalaman bencana di Padang, Aceh, dan Wasior, Provinsi Papua Barat.
"Dalam program itu perempuan diberi motivasi agar menghadapi bencana dengan sabar dan tabah. Sedangkan nak-anak diberi semangat agar tetap ceria dan dapat terus melanjutkan pendidikan," katanya.
Menurut dia, bencana Merapi membuat prihatin berbagai pihak. Namun demikian, dirinya bangga dengan langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman yang akan membuat barak pengungsian khusus bagi perempuan dan anak-anak.
"Langkah itu penting, karena perempuan dan anak-anak memang perlu mendapat perhatian khusus. Saya juga mengimbau kepada para korban untuk sabar dan tabah dalam menghadapi bencana yang terjadi, dan mengikuti terus arahan pemerintah," katanya.
Selanjutnya, Linda Amalia Sari bersama pelawak Marwoto Kawer dan Yati Pesek mengunjungi barak pengungsian Girikerto, Kecamatan Turi, Sleman, untuk menghibur para pengungsi di tempat tersebut.
Melalui posko
Bantuan dari donatur untuk para pengungsi sebaiknya disalurkan melalui posko penanggulangan bencana untuk menghindari salah sasaran, kata Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Ma`arif.
"Kami minta masyarakat yang menyumbang bantuan hendaknya melalui sekretariat posko. Bantuan itu pasti akan didistribusikan kepada para pengungsi," katanya di Posko Utama Penanggulangan Bencana Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu.
Ia mengatakan bantuan sebelum didistribusikan sebaiknya diinventarisasi untuk mengantisipasi adanya pengungsi palsu yang diduga marak dalam kondisi seperti ini.
"Ada oknum yang mengambil keuntungan di atas penderitaan korban bencana alam. Oknum tersebut berpura-pura menjadi pengungsi dan menerima bantuan," katanya.
Menurut dia, BNPB banyak mendapat keluhan dari warga di barak pengungsian dengan berpura-pura menjadi pengungsi.
Pengungsi palsu, menurut dia adalah penduduk daerah lain yang tidak menjadi korban bencana alam yang mengambil kesempatan dalam kesusahan orang lain.
Ia mengatakan, mereka sengaja datang ke lokasi pengungsian dan mendapat bantuan dari para donatur yang terkadang lebih "sreg" jika menyerahkan bantuan secara langsung.
"Namun, ternyata banyak warga yang sebenarnya bukan korban bencana alam malah dapat bantuan dari para donatur," katanya.
Menurut Syamsul Ma`arif, pengungsi bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman masih memerlukan sarana pemenuhan kebutuhan, sehingga perlu pasokan tambahan.
Menurut dia, di penampungan pengungsi Wukirsari, Sleman, Minggu, sarana pemenuhan kebutuhan yang masih dibutuhkan, antara lain mandi, cuci, kakus (MCK), hidran air bersih, susu, dan obat-obatan.
Ia mengatakan jumlah pengungsi di Wukirsari hingga kini mencapai 900 orang, 200 di antaranya merupakan pindahan dari barak pengungsian Umbulharjo. Warga sekitar bersedia membantu dan menyediakan kebutuhan lain bagi kalangan pengungsi.
BNPB mengakui penanganan para korban bencana letusan Gunung Merapi memang belum optimal karena kabupaten setempat belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Sementara itu, Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Sugeng Triutomo, di Sleman, Minggu, mengakui BNPB memang agak lambat dalam menangani korban Merapi, karena Kabupaten Sleman hingga kini belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
"Dengan belum adanya BPBD di Kabupaten Sleman, maka menyulitkan BNPB untuk melakukan hal-hal teknis, terkait penanggulangan bencana di kabupaten ini," katanya usai rapat koordinasi dengan aparat Pemerintah Kabupaten Sleman, di Puskesmas Sleman, di Pakem, Sleman.
"Kami tidak punya organ di kabupaten ini. Ibaratnya ada kepala tetapi tidak ada kakinya, sehingga tidak bisa berjalan optimal menangani korban bencana letusan Gunung Merapi. Meskipun demikian, BNPB akan bekerja maksimal untuk menangani para korban bencana Merapi," katanya.
Ia mengatakan dalam Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana seharusnya setiap kabupaten memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun, dari sekitar 500 kabupaten di Indonesia, baru sekitar 161 kabupaten yang telah memiliki BPBD.
Serahkan bantuan
Sementara itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyerahkan bantuan berupa bahan kebutuhan pokok untuk para pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi.
"Kami menyerahkan bantuan sebanyak dua truk untuk dibagikan kepada para pengungsi Merapi di DIY dan Jawa Tengah," katanya di Posko Utama Penggulangan Bencana Merapi di Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Minggu.
Bantuan itu, menurut dia, sebagai bentuk solidaritas terhadap korban bencana dan ikut merasakan kesusahan yang dialami para pengungsi Merapi.
Ia mengatakan, dirinya menangani kejadian seperti itu selama 10 tahun ketika menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Setelah saya tidak menjadi Menteri ESDM, kata Surono (Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, red.), Merapi tambah galak," katanya.
Ditanya mengenai kinerja personel TNI dalam penanggulangan bencana Merapi, ia mengatakan puas atas pelaksanaan tugas tersebut. "Saya puas terhadap tugas yang dilaksanakan personel TNI dalam membantu korban bencana," katanya.
Menurut dia, tugas personel TNI tersebut merupakan operasi militer selain perang. Tugas pokok itu diatur dalam peraturan perundang-undangan, sehingga setiap terjadi bencana personel TNI selalu diterjunkan dan dilibatkan untuk membantu korban.
"Setiap ada kejadian bencana di daerah, TNI selalu turun di bawah koordinasi Panglima Kodam (Pangdam). TNI akan membantu tanggap darurat bencana dengan mengerahkan personelnya," katanya.
Menteri Pertahanan (Menhan) juga mengunjungi posko TNI disamping posko utama. Di posko tersebut Menhan mendapatkan penjelasan mengenai kejadian bencana dan pelaksanaan tugas TNI dalam membantu korban bencana ini.
"Saya mengunjungi posko TNI untuk mengecek perlengkapan dan pelaksanaan tugas membantu korban bencana. Saya puas atas tugas mereka dan saya minta untuk dilanjutkan," katanya.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dari Komando Distrik Militer 0729/Bantul membangun sarana mandi cuci kakus (MCK) yang diperuntukkan bagi pengungsi bencana Merapi di tempat pengungsian Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.
"Kami menyediakan sarana mandi cuci kakus (MCK) sebanyak 18 unit, terdiri atas 10 unit kakus dan delapan unit kamar mandi darurat untuk keperluan pengungsi korban letusan Gunung Merapi," kata salah seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) tersebut Prajurit Satu Ngatiran di Sleman, Minggu.
Sebelumnya, kata dia hanya ada satu unit mobil mck yang disediakan Dinas Sosial Kabupaten Sleman sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan pengungsi.
"Selain itu kami juga menyediakan 18 drum berkapasitas 200 liter untuk menunjang operasional MCK darurat tersebut," katanya.
Ia mengatakan saat ini sebagian sarana MCK darurat itu, sudah dapat digunakan, dan sebagian lagi akan siap dipakai pada Senin (1/11).
Saat ini di tempat pengungsian Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman terdapat 4.538 pengungsi yang berasal dari lima dusun.
Pengungsi terbanyak berasal dari Dusun Kaliurang Barat sebanyak 1.350 jiwa, Kaliurang Timur 1.167 jiwa, Ngipiksari 943 jiwa, Boyong 778 jiwa, dan Dusun Banteng sebanyak 300 jiwa.(*)
E013/M008
Merapi Belum Stabil
31 Oktober 2010 22:26 WIB
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Tags: