Surabaya (ANTARA News) - Aktivis `98 tak rela jika mantan Presiden Soeharto bergelar Pahlawan Nasional, demikian salah seorang eks Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) `98 Fitradjaja Purnama, Minggu.

Menurutnya, Soeharto dinilai sangat tidak layak karena perbuatannya selama 32 tahun memimpin Indonesia.

"Semua mengetahui kalau Soeharto tokoh utama merajalelanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Saya sangat tidak setuju dengan rencana penganugerahan gelar pahlawan nasional," ujarnya, Minggu.

Menurutnya, jika panitia ngotot dan menetapkan Soeharto menjadi pahlawan, maka panitia lebih baik dibubarkan saja.

"Percuma ada panitia jika tetap memilih Soeharto sebagai pahlawan. Lha wong semua rakyat se-Indonesia sudah mengerti, apa yang dilakukan Soeharto selama memimpin," tutur pemuda yang pernah mencalonkan diri sebagai calon walikota Surabaya dari jalur perseorangan tersebut.

Sedangkan, Muhammad Sholeh, aktivis `98 lainnya, malah akan memimpin penggugatan secara hukum kepada panitia pemilih jika tetap menetapkan Soeharto sebagai pahlawan.

"Saya seorang pengacara. Maka saya akan memimpin teman-teman sesama aktivis untuk menggugat secara hukum, karena sangat tidak masuk akal dan bertentangan, terlebih seorang koruptor. Saya yang akan memeloporinya," janjinya.

Dia menyebut gelar Soeharto sebagai Bapak Pembangunan dinilai sudah lebih dari cukup.

"Sampai saat ini tidak ada itikad baik dari keluarga Soeharto, atau berusaha mengembalikan uang rakyat. Jadi, sangat tidak pantas gelar pahlawan untuknya," ucapnya. (*)

ANT/B013/AR09