Sleman (ANTARA News) - Luncuran awan panas letusan Gunung Merapi tidak akan lebih dari 10 kilometer dari puncak gunung, sehingga masyarakat di luar jangkauan tersebut tidak perlu cemas dan panik.
"Berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan Sabtu (30/10) malam, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi Surono, menyatakan bahwa memang masih ada kemungkinan Gunung Merapi meletus lagi, namun bahaya luncuran awan panas dan Erupsi Merapi tidak akan mencapai lebih dari 10 kilometer (Km)," kata Kepala Bagian Humas Setda Kabupaten Sleman, Endah Sri Widiastuti, Minggu.
Menurut dia, atas rekomendasi itu maka masyarakat yang tidak berada di kawasan rawan bencana dihimbau untuk tidak panik.
"Sedangkan, warga yang bertada di Kawasan Rawan Bencana III dan II yang jaraknya kurang dari 10 Km, diminta untuk tetap berada di barak pengungsian dan tidak boleh kembali ke rumah dulu," katanya.
Ia mengatakan, sedangkan untuk jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Selasa (26/10) dan Jumat (29/10) dan Sabtu (30/10) dinihari menjadi 37 orang.
"Pada Jumat (29/10) malam hingga Sabtu (30/10) dinihari jumlah korban meninggal dalam peristiwa letusan Gunung Merapi bertambah dua orang. Dengan bertambahnya korban ini maka total korban meninggal menjadi 37 orang," katanya.
Endah mengatakan, satu korban meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) DR Sardjito Yogyakarta bernama Ny Ratmi warga Umbulharjo Cangkringan.
"Korban sebelumnya sempat mengalami kritis akibat luka bakar yang dideritanya akibat letusan pada Selasa (26/10), meskipun tim dokter RSUP Dr Sardjito telah berupaya keras namun korban yang mengalami luka parah ini tidak dapat diselamatkan," katanya.
Sementara satu orang lagi meninggal yaitu Ny. Sugiyem (44) karena mengalami kecelakaan disaat terjadi kepanikan adanya hujan abu pada Sabtu dini hari.
"Saat terjadi kecelakaan korban berboncengan dengan anaknya, yakni Dwi Wahyu Septiani yang saat ini masih dirawat di rumah sakit," katanya.
(ANT/P003)
Luncuran Awan Panas Tidak Lebih dari 10 Kilometer
31 Oktober 2010 15:03 WIB
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010
Tags: