Letusan Merapi Sebabkan Hujan Batu
30 Oktober 2010 17:15 WIB
Seorang warga dengan menggunakan masker mengamati sejumlah perumahan diselimuti abu vulkanik yang terlihat dari jembatan Sardjito di Kawasan Terban Ledok, Yogyakarta, Sabtu (30/10). Abu vulkanik ini akibat erupsi Gunung Merapi pada Sabtu (30/10) dini hari pukul 00.16 wib hingga 00.37 wib sehingga mengakibatkan hujan pasir dan debu vulkanik di kawasan Yogyakarta. (ANTARA/M Risyal Hidayat)
Klaten (ANTARA News)- Letusan dahsyat Gunung Merapi, Sabtu (30/10) dini hari, selain menerbangkan abu vulkanik dalam volume besar, juga menyemburkan material keras sehingga di daerah tertentu terjadi hujan batu.
Keterangan penduduk di lokasi pengungsian Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu menyebutkan, di Dukuh Pajekan, Kelurahan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, yang berjarak sekitar 4,5 kilometer dari puncak Merapi, terjadi hujan batu.
"Tidak hanya hujan abu vulkanik, juga terjadi hujan batu," kata Wonokaryo (60), pengungsi di Dompol.
Suwanto, rekan Wonokaryo di tempat pengungsian menyatakan hal sama.
"Letusan Merapi Sabtu (30/10) dini hari itu memang paling besar dibandingkan letusan sebelumnya. Letusan sebelumnya memang menyemburkan material menyerupai kembang api, tetapi tidak sampai hujan batu. Hanya hujan debu vulkanik," terangnya.
Di dukuh yang letaknya paling ujung dan paling dekat dengan puncak Gunung Merapi dan ada 16 keluarga yang bertempat tinggal.
Mereka sekarang telah mengungsi, namun waktu siang para pria ada yang pulang untuk menengok rumah dan memberikan makan ternak.
Akibat letusan Gunung Merapi yang menimbulkan hujan abu dan hujan batu, tanaman sayur-sayuran yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III seperti daerah Balerante, Sidorejo, Tegalmulyo dan Kendalsari, semuanya rusak dan bahkan gagal panen.
Tanaman sayuran seperti tomat, lombok, dan daun bawang terkena abu vulkanik daunya pada membusuk, bahkan tanaman jagung juga rusak.
"Jadi petani juga tidak panen. Sebenarnya sekarang ini musim panen sayuran loncang, tomat, lombok, dan jagung, tetapi terkena abu merapi dan terguyur hujan batu muntahan dari Gunung Merapi petani gagal panen. Petani rugi cukup banyak," kata Suwanto.
Daerah yang masuk Kawasan Rawan Bencana III dan warganya harus mengungsi yaitu daerah Balerante sebanyak 1.662 orang, Sidorejo 3.973 orang, Tegalmulyo 2.156 orang, dan Desa Kendalsari 3.732 orang.
(J005/A030)
Keterangan penduduk di lokasi pengungsian Desa Dompol, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu menyebutkan, di Dukuh Pajekan, Kelurahan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, yang berjarak sekitar 4,5 kilometer dari puncak Merapi, terjadi hujan batu.
"Tidak hanya hujan abu vulkanik, juga terjadi hujan batu," kata Wonokaryo (60), pengungsi di Dompol.
Suwanto, rekan Wonokaryo di tempat pengungsian menyatakan hal sama.
"Letusan Merapi Sabtu (30/10) dini hari itu memang paling besar dibandingkan letusan sebelumnya. Letusan sebelumnya memang menyemburkan material menyerupai kembang api, tetapi tidak sampai hujan batu. Hanya hujan debu vulkanik," terangnya.
Di dukuh yang letaknya paling ujung dan paling dekat dengan puncak Gunung Merapi dan ada 16 keluarga yang bertempat tinggal.
Mereka sekarang telah mengungsi, namun waktu siang para pria ada yang pulang untuk menengok rumah dan memberikan makan ternak.
Akibat letusan Gunung Merapi yang menimbulkan hujan abu dan hujan batu, tanaman sayur-sayuran yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III seperti daerah Balerante, Sidorejo, Tegalmulyo dan Kendalsari, semuanya rusak dan bahkan gagal panen.
Tanaman sayuran seperti tomat, lombok, dan daun bawang terkena abu vulkanik daunya pada membusuk, bahkan tanaman jagung juga rusak.
"Jadi petani juga tidak panen. Sebenarnya sekarang ini musim panen sayuran loncang, tomat, lombok, dan jagung, tetapi terkena abu merapi dan terguyur hujan batu muntahan dari Gunung Merapi petani gagal panen. Petani rugi cukup banyak," kata Suwanto.
Daerah yang masuk Kawasan Rawan Bencana III dan warganya harus mengungsi yaitu daerah Balerante sebanyak 1.662 orang, Sidorejo 3.973 orang, Tegalmulyo 2.156 orang, dan Desa Kendalsari 3.732 orang.
(J005/A030)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Tags: