Kadin usul industri manufaktur beroperasi 100 persen selama PPKM
5 Agustus 2021 16:37 WIB
Tangkapan layar Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid dalam konferensi pers virtual terkait perpanjangan PPKM Darurat. ANTARA/Ade Irma Junida/pri.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengusulkan industri manufaktur dapat beroperasi 100 persen selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Saya sih menganjurkan kepada pemerintah supaya manufaktur dibuka 100 persen tapi dengan catatan pengusahanya sudah melakukan vaksinasi dan juga protokol kesehatan," kata Arsjad dalam dialog virtual di Jakarta, Kamis.
Arsjad menyampaikan hal tersebut dalam "Dialog Ekonomi tentang Kinerja Ekonomi Kuartal II 2021" bersama dengan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan ekonom Chatib Basri.
"Kalau tidak dilakukan 100 persen akan sulit sekali, karena bukan apa-apa, kita bicara di sini industri yang sangat esensial dan export oriented karena kita mesti melihat bahwa adanya global demand," tambah Arsjad.
Arsjad mencontohkan adanya peningkatan permintaan terhadap komoditas Indonesia.
"Ekspor kita naik sebetulnya, kita melihat there is balance of supply and demand on globally dimana Indonesia harus mengambil posisi untuk bisa membantu yang namanya supply chain dunia itu. Lah itu lagi-lagi adalah komoditas dan export oriented, jadi balik lagi manufaktur orientasi ekspor harusnya dibuka," ungkap Arsjad.
Selanjutnya, Arsjad menyebutkan sektor ritel yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan.
"Berarti kan kepercayaan konsumen naik, makanya kami menganjurkan supaya ritel dibuka saja karena kalau kita bicara ritel dibuka asalkan mal-nya itu sudah melakukan vaksinasi dan bila orang yang mau masuk ke dalam harus melakukan vaksin supaya bagaimana pun proses ekonomi berjalan," jelas Arsjad.
Ia mengaku bahwa semua pihak harus menghadapi realita pandemi COVID-19 termasuk dengan adanya varian delta atau varian lainnya.
"Jadi pertama kita berpikir dan menyadari bahwa ini adalah norma baru, realitas baru, dunia baru. Jadi kita harus bisa beradaptasi dengan apa yang ada," ungkap Arsjad.
Arsjad mengaku bahwa penerapan PPKM Darurat dan PPKM level 4 pasti akan berdampak pada indikator ekonomi kuartal III-2021.
"Pertanyaannya adalah bagaimana kita tetap ada PPKM tetapi adaptasi dengan keadaan, yang sudahlah kita harus hidup dengan pandemi ini jadi dengan demikian sebagai contoh export oriented kita bagus sekali dan sekarang harapannya adalah manufaktur yang memang itu esensial," kata Arsjad.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kamis, mengumumkan ekonomi Indonesia triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,07 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25,10 persen sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 31,78 persen.
Ekonomi Indonesia semester I-2021 terhadap semester I-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 3,10 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 7,78 persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen tumbuh, pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor barang dan jasa sebesar 18,51 persen.
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 mencapai Rp4.175,8 triliun.
Baca juga: Kadin minta ekonomi tetap berjalan meski PPKM diperpanjang
Baca juga: Kemenkeu: PMI Manufaktur RI turun pada Juli, terimbas kebijakan PPKM
Baca juga: Kadin: penyumbang terbesar ekspor, sektor manufaktur perlu dijaga
"Saya sih menganjurkan kepada pemerintah supaya manufaktur dibuka 100 persen tapi dengan catatan pengusahanya sudah melakukan vaksinasi dan juga protokol kesehatan," kata Arsjad dalam dialog virtual di Jakarta, Kamis.
Arsjad menyampaikan hal tersebut dalam "Dialog Ekonomi tentang Kinerja Ekonomi Kuartal II 2021" bersama dengan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan ekonom Chatib Basri.
"Kalau tidak dilakukan 100 persen akan sulit sekali, karena bukan apa-apa, kita bicara di sini industri yang sangat esensial dan export oriented karena kita mesti melihat bahwa adanya global demand," tambah Arsjad.
Arsjad mencontohkan adanya peningkatan permintaan terhadap komoditas Indonesia.
"Ekspor kita naik sebetulnya, kita melihat there is balance of supply and demand on globally dimana Indonesia harus mengambil posisi untuk bisa membantu yang namanya supply chain dunia itu. Lah itu lagi-lagi adalah komoditas dan export oriented, jadi balik lagi manufaktur orientasi ekspor harusnya dibuka," ungkap Arsjad.
Selanjutnya, Arsjad menyebutkan sektor ritel yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan.
"Berarti kan kepercayaan konsumen naik, makanya kami menganjurkan supaya ritel dibuka saja karena kalau kita bicara ritel dibuka asalkan mal-nya itu sudah melakukan vaksinasi dan bila orang yang mau masuk ke dalam harus melakukan vaksin supaya bagaimana pun proses ekonomi berjalan," jelas Arsjad.
Ia mengaku bahwa semua pihak harus menghadapi realita pandemi COVID-19 termasuk dengan adanya varian delta atau varian lainnya.
"Jadi pertama kita berpikir dan menyadari bahwa ini adalah norma baru, realitas baru, dunia baru. Jadi kita harus bisa beradaptasi dengan apa yang ada," ungkap Arsjad.
Arsjad mengaku bahwa penerapan PPKM Darurat dan PPKM level 4 pasti akan berdampak pada indikator ekonomi kuartal III-2021.
"Pertanyaannya adalah bagaimana kita tetap ada PPKM tetapi adaptasi dengan keadaan, yang sudahlah kita harus hidup dengan pandemi ini jadi dengan demikian sebagai contoh export oriented kita bagus sekali dan sekarang harapannya adalah manufaktur yang memang itu esensial," kata Arsjad.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kamis, mengumumkan ekonomi Indonesia triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,07 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 25,10 persen sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 31,78 persen.
Ekonomi Indonesia semester I-2021 terhadap semester I-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 3,10 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 7,78 persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen tumbuh, pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor barang dan jasa sebesar 18,51 persen.
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 mencapai Rp4.175,8 triliun.
Baca juga: Kadin minta ekonomi tetap berjalan meski PPKM diperpanjang
Baca juga: Kemenkeu: PMI Manufaktur RI turun pada Juli, terimbas kebijakan PPKM
Baca juga: Kadin: penyumbang terbesar ekspor, sektor manufaktur perlu dijaga
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: