Yogyakarta (ANTARA News) - Frekuensi luncuran awan panas pascaerupsi Merapi pada Selasa (26/10) meningkat dan hingga Jumat pukul 19.34 WIB telah ada delapan luncuran awan panas yang sebagian besar mengarah ke selatan.
"Luncuran awan panas adalah proses yang wajar sebelum pembentukan kubah lava baru," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Jumat.
Berdasarkan data dari BPPTK, pada Kamis (28/10) terjadi tiga kali luncuran awan panas, dan pada Jumat telah terjadi delapan kali luncuran awan panas hingga pukul 19.34 WIB.
Menurut dia, erupsi pada Selasa (26/10) yang ditandai dengan awan panas bersifat "direct blast" tersebut adalah fase awal untuk membuka sumbat di puncak gunung sehingga kemungkinan terulangnya kejadian pada erupsi atau letusan gunung api pertama cukup kecil.
Namun demikian, ia memperkirakan awan panas masih akan terjadi setiap hari dan kemungkinan akan berlangsung cukup lama.
"Apabila sumbat di puncak sudah terbuka maka magma akan keluar dan membentuk kubah lava baru. Tetapi sekarang, kami belum bisa memantau kondisi puncak," lanjutnya.
Salah satu hal yang cukup dikhawatirkan, kata dia, adalah apabila pembentukan kubah lava tersebut terjadi dengan laju yang cepat yaitu 100.000 hingga 200.000 meter kubik per hari.
Kubah lava yang terbentuk dengan laju yang cukup cepat tersebut sangat berpotensi untuk longsor apabila berada dalam posisi yang tidak stabil dan jarak luncur bisa mencapai 6-7 kilometer (km).
Selain itu, ancaman yang masih dimungkinkan pasca erupsi Merapi adalah banjir lahar apabila terjadi hujan yang cukup deras.
"Lahar dingin masih mungkin terjadi, tetapi dengan melihat erupsi kemarin, material tidak terlalu banyak dan daya tampung sungai masih mencukupi," katanya yang memperkirakan material vulkanik erupsi 2010 tidak sebanyak 2006.
Sementara itu, aktivitas seismik Gunung Merapi pada Jumat berdasarkan pemantauan di BPPTK juga menunjukkan peningkatan dibanding Kamis.
Pada Jumat hingga pukul 18.00 WIB telah terjadi 285 kali guguran, 181 gempa multiphase, 58 kali gempa vulkanik dan tujuh kali awan panas, sedang pada Kamis (28/10) terjadi 222 kali guguran, 123 kali gempa multiphase, 34 kali gempa vulkanik, dua kali gempa tektonik dan tiga kali awan panas.(*)
(U.E013/Z002/R009)
Frekuensi Awan Panas Meningkat
29 Oktober 2010 20:43 WIB
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Tags: