BPPT - Pertamina luncurkan dua stasiun pengisian kendaraan listrik
5 Agustus 2021 13:13 WIB
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza berbicara dalam acara virtual peluncuran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Jakarta, Kamis (5/8/2021). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak.
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT Pertamina (Perseroan) meluncurkan dua stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau SPKLU di Lenteng Agung dan MT Haryono, Jakarta.
Kepala BPPT Hamam Riza mengatakan peluncuran SPKLU tersebut untuk membangun ekosistem kendaraan bermotor listrik di Indonesia yang sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan.
"BPPT terus memberikan kontribusi positif guna mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai," katanya melalui konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Kedua SPKLU tersebut bertipe fast charging yang dapat mengisi baterai kendaraan listrik sekitar 30 menit.
Pengoperasian SPKLU bersifat self-service dan cashless dengan tetap mengedepankan kemudahan pengisian bagi pemilik kendaraan melalui aplikasi SPKLU yang tersedia pada paltform digital My Pertamina.
Melalui aplikasi digital itu konsumen dapat mengetahui lokasi SPKLU yang available, tipe kendaraan listrik, melakukan booking sesuai ketersediaan dan kenyamanan waktu konsumen saat pengisian hingga pembayaran.
Selama melakukan pengisian, konsumen dapat memonitor progres pengisian kendaraan dan mendapatkan notifikasi ketika pengisian kendaraan selesai.
BPPT mengungkapkan SPKLU yang berlokasi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina lebih banyak digunakan oleh konsumen karena akses yang mudah dan beroperasi hampir 24 jam.
Dari enam SPKLU yang dimiliki BPPT, total transaksi mencapai 3.023 kali dengan total konsumsi listrik mencapai 71,89 megawatt terhitung sejak 2019-2021. Pelanggan yang banyak menggunakan fasilitas tersebut adalah pengendara taksi luring dan taksi daring listrik.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan peluncuran SPKLU merupakan wujud komitmen perseroan dalam menekan efek gas rumah kaca pada sektor transportasi yang saat ini menyumbang 23 persen karbon dioksida.
"Sektor transportasi ini harus segera menerapkan elektrifikasi. Pertamina bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah BPPT untuk mengembangkan SPKLU," ujar Nicke.
Pertamina memiliki tiga SPKLU yang bekerjasama dengan BPPT, yakni SPKLU Lenteng Agung, SPKLU MT Haryono, dan SPKLU di kantor BPPT.
Nicke mengungkapkan pihaknya saat ini masih mengurus perizinan dua SPKLU lainnya agar bisa dioperasikan secara komersial untuk melayani konsumen kendaraan listrik.
Pertamina juga berupaya menyediakan sumber energi berbasis matahari di setiap SPBU guna mendukung transisi energi dan penurunan emisi karbon.
Perseroan menargetkan ada sekitar 250-300 SPBU bisa memiliki listrik surya menjadi Grand Energy Station hingga akhir tahun 2021.
"Hari ini sudah sekitar 100 SPBU Pertamina telah dipasang solar panel, sehingga listriknya sudah green energy, nanti akan dilengkapi juga dengan SPKLU," terang Nicke.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menyampaikan kolaborasi antara BPPT bersama Pertamina menjadi wujud nyata sinergi antar lembaga demi mempercepat penerapan kendaraan bermotor listrik di Indonesia.
"Pemerintah telah menargetkan pembangunan SPKLU sekitar 25 ribu unit tahun 2030. Saat ini telah terbangun 147 SPKLU di 115 lokasi. Dengan insiatif ini dapat mempercepat pembangunan infrastruktur SPKLU, sehingga target yang dicanangkan dapat segera terwujud," ucap Rida.
Baca juga: PLN siapkan 82 stasiun pengisian kendaraan listrik di Bangka Belitung
Baca juga: Pertamina tambah stasiun pengisian daya dorong ekosistem EV
Baca juga: Kementerian ESDM: 101 stasiun pengisian kendaraan listrik terbangun
Kepala BPPT Hamam Riza mengatakan peluncuran SPKLU tersebut untuk membangun ekosistem kendaraan bermotor listrik di Indonesia yang sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan.
"BPPT terus memberikan kontribusi positif guna mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai," katanya melalui konferensi pers virtual yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Kedua SPKLU tersebut bertipe fast charging yang dapat mengisi baterai kendaraan listrik sekitar 30 menit.
Pengoperasian SPKLU bersifat self-service dan cashless dengan tetap mengedepankan kemudahan pengisian bagi pemilik kendaraan melalui aplikasi SPKLU yang tersedia pada paltform digital My Pertamina.
Melalui aplikasi digital itu konsumen dapat mengetahui lokasi SPKLU yang available, tipe kendaraan listrik, melakukan booking sesuai ketersediaan dan kenyamanan waktu konsumen saat pengisian hingga pembayaran.
Selama melakukan pengisian, konsumen dapat memonitor progres pengisian kendaraan dan mendapatkan notifikasi ketika pengisian kendaraan selesai.
BPPT mengungkapkan SPKLU yang berlokasi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina lebih banyak digunakan oleh konsumen karena akses yang mudah dan beroperasi hampir 24 jam.
Dari enam SPKLU yang dimiliki BPPT, total transaksi mencapai 3.023 kali dengan total konsumsi listrik mencapai 71,89 megawatt terhitung sejak 2019-2021. Pelanggan yang banyak menggunakan fasilitas tersebut adalah pengendara taksi luring dan taksi daring listrik.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan peluncuran SPKLU merupakan wujud komitmen perseroan dalam menekan efek gas rumah kaca pada sektor transportasi yang saat ini menyumbang 23 persen karbon dioksida.
"Sektor transportasi ini harus segera menerapkan elektrifikasi. Pertamina bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah BPPT untuk mengembangkan SPKLU," ujar Nicke.
Pertamina memiliki tiga SPKLU yang bekerjasama dengan BPPT, yakni SPKLU Lenteng Agung, SPKLU MT Haryono, dan SPKLU di kantor BPPT.
Nicke mengungkapkan pihaknya saat ini masih mengurus perizinan dua SPKLU lainnya agar bisa dioperasikan secara komersial untuk melayani konsumen kendaraan listrik.
Pertamina juga berupaya menyediakan sumber energi berbasis matahari di setiap SPBU guna mendukung transisi energi dan penurunan emisi karbon.
Perseroan menargetkan ada sekitar 250-300 SPBU bisa memiliki listrik surya menjadi Grand Energy Station hingga akhir tahun 2021.
"Hari ini sudah sekitar 100 SPBU Pertamina telah dipasang solar panel, sehingga listriknya sudah green energy, nanti akan dilengkapi juga dengan SPKLU," terang Nicke.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menyampaikan kolaborasi antara BPPT bersama Pertamina menjadi wujud nyata sinergi antar lembaga demi mempercepat penerapan kendaraan bermotor listrik di Indonesia.
"Pemerintah telah menargetkan pembangunan SPKLU sekitar 25 ribu unit tahun 2030. Saat ini telah terbangun 147 SPKLU di 115 lokasi. Dengan insiatif ini dapat mempercepat pembangunan infrastruktur SPKLU, sehingga target yang dicanangkan dapat segera terwujud," ucap Rida.
Baca juga: PLN siapkan 82 stasiun pengisian kendaraan listrik di Bangka Belitung
Baca juga: Pertamina tambah stasiun pengisian daya dorong ekosistem EV
Baca juga: Kementerian ESDM: 101 stasiun pengisian kendaraan listrik terbangun
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: