Sleman (ANTARA News) - Titik api diam di puncak Gunung Merapi, Kamis malam tampak melalui kamera pemantau yang dipasang di bukit Plawangan kawasan wisata Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Titik api diam ini terlihat dari kamera pemantau atau `closed circuit television` (CCTV) yang bisa dilihat dari kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Titik api itu terlihat dua kali, yaitu pada pukul 19.13 WIB, dan pukul 19.54 WIB," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM Surono.
Menurut dia, pemantauan masih terus dilakukan, tetapi belum maksimal karena cuaca sedang mendung.
"Titik api diam itu muncul karena `pintu` erupsi sudah terbuka setelah erupsi eksplosif pada 26 Oktober 2010, dan dari pintu keluar itu awan panas juga terlihat," katanya.
Ia mengatakan munculnya titik api diam tersebut akan memicu pertumbuhan kubah lava baru. Sehingga, dengan terbentuknya kubah lava baru, maka erupsi Merapi berangsur-angsur akan berakhir.
Kepala BPPTK Yogyakarta Subandrio memprediksikan posisi kubah lava baru akan `mengganggu` kubah `tapal kuda` dengan volume delapan juta meter kubik.
"Apabila itu sampai terjadi, maka sisi barat daya Gunung Merapi atau ke arah wilayah Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) harus waspada karena longsoran material vulkanik dari kubah `tapal kuda` berpotensi menimbulkan bencana di sepanjang aliran Kali Krasak, Kali Putih, Kali Sat, dan Kali Senowo," katanya.
Menurut dia, kubah `tapal kuda` adalah kubah yang membentuk seperti huruf "U" di puncak Gunung Merapi yang terbuka ke arah barat daya.
"Kubah `tapal kuda` itu merupakan kubah yang terbentuk pada 1911 (geger baya), kubah gendol, puncak garuda, kubah lava 1956, dan kubah lava 1957," katanya. (V001/K004)
Titik Api Diam Terlihat di Puncak Merapi
28 Oktober 2010 22:01 WIB
Guguran lava mengalir dari kawah Gunung Merapi terlihat sekitar pukul 01.30 WIB dari Umbulharjo, Cangkringan, Yogyakarta, Jumat (29/10). (ANTARA/Wahyu Putro A)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: