Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam Erywan Yusof ditunjuk sebagai utusan khusus (special envoy) oleh Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk membantu penyelesaian krisis Myanmar.


Penunjukan Menlu Brunei sebagai utusan khusus telah disepakati dalam komunike bersama (joint communique) pertemuan ke-54 para menlu ASEAN (ASEAN Ministerial Meeting/AMM) yang berlangsung secara virtual, Senin (2/8). Proses pengesahan komunike tersebut memakan waktu hingga dua hari karena terdapat isu yang tertunda, terutama terkait paragraf khusus tentang Myanmar.


“Ini adalah kesepakatan ASEAN, semua anggota ASEAN tanpa kecuali […] ASEAN kompak dengan dukungan terhadap Dato’ Erywan sebagai special envoy,” ujar Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu RI Sidharto R Suryodipuro saat menyampaikan keterangan pers secara virtual tentang isu tersebut.


Pada AMM kali ini, ASEAN mendesak Myanmar untuk segera menyetujui penunjukan utusan khusus serta pelaksanaan Konsensus Lima Poin yang disepakati oleh para pemimpin ASEAN pada April lalu, tetapi penerapannya masih terkendala hingga kini.


Menurut Sidharto, adanya komitmen konkret bahwa utusan khusus akan dapat segera memulai kerjanya dengan alur waktu yang jelas dan diberi akses penuh untuk berdialog dengan semua pihak berkonflik di Myanmar, menjadi kemajuan baru dalam upaya ASEAN meredakan krisis di negara tersebut.



Utusan khusus juga dijadwalkan untuk memberikan laporan pada pertemuan tingkat menlu ASEAN pada September mendatang.



“Ke depannya, Myanmar harus bekerja sama dalam konteks ASEAN. Karena bagaimanapun juga kesuksesan special envoy akan menjadi keberhasilan Myanmar untuk keluar dari krisis, yang sudah berlapis-lapis meliputi ekonomi, politik, dan (diperburuk dengan) COVID-19,” kata Sidharto.

​​​

“Jadi kita semua menghendaki bahwa special envoy ini akan sukses,” ujar Sidharto, yang menjelaskan bahwa upaya ASEAN untuk memperoleh komitmen dari Myanmar membutuhkan proses panjang dan diskusi yang alot.


Selain penunjukan utusan khusus, ASEAN juga menyepakati perlunya AHA Centre untuk segera menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Myanmar, sesuai Konsensus Lima Poin yang telah disepakati oleh ASEAN.


Konsensus tersebut terdiri dari pertama, segera dihentikannya kekerasan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri sepenuhnya; kedua, segera mulai dialog konstruktif antara semua pihak terkait di Myanmar untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat; ketiga, utusan khusus ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.


Selanjutnya keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre; dan kelima, utusan khusus serta delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu semua pihak terkait.

Baca juga: Indonesia berharap Myanmar segera setujui utusan khusus ASEAN

Baca juga: ASEAN akan percepat upaya untuk akhiri krisis di Myanmar