Yogyakarta (ANTARA News) - Juru kunci Gunung Merapi Ki Surakso Hargo atau Mbah Maridjan sebelum meninggal dunia tidak memberikan pesan apa-apa kepada istri maupun anak-anaknya.
"Bapak tidak memberikan pesan terakhir kepada saya dan anak-anak maupun keluarga yang lain," kata istri Mbah Maridjan, Ny Ponirah, di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.
Usai pemakaman Mbah Maridjan di Dusun Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Ponirah mengatakan, sebelum suaminya meninggal dunia akibat semburan awan panas Gunung Merapi pada Selasa (26/10) sore, dirinya tidak mendapat firasat apapun.
"Saya sama sekali tidak memperoleh firasat apa-apa sebelum ditinggal Mbah Maridjan untuk selamanya," katanya sambil terisak.
Ia mengatakan, meskipun dengan hati berat, dirinya dan anak-anak telah mengikhlaskan kepergian Mbah Maridjan, karena hal itu telah menjadi takdir Tuhan.
"Kami sangat kehilangan orang yang sangat kami sayangi, tetapi kami harus tabah dan tawakal," kata perempuan berusia 73 tahun itu.
Adik kandung Mbah Maridjan, Wignyo Suprapto, mengatakan, dirinya sangat kehilangan seorang kakak yang penuh perhatian.
"Saya berencana mau bertemu Mbah Maridjan untuk mengobrol pada Selasa (26/10) malam, tetapi wedhus gembel telah menerpa rumah Mbah Maridjan lebih dulu dan merenggut nyawanya," kata Wignyo.
Ia mengatakan, beberapa hari sebelum meninggal, Mbah Maridjan memang tidak berada di rumah. Pada Jumat (22/10) pagi Mbah Maridjan bertolak ke Bandung untuk ziarah ke tempat besannya, dan Sabtu (23/10) hingga Minggu (24/10) singgah ke Jakarta untuk menjenguk cucunya.
"Kakak saya baru pulang ke rumahnya pada Minggu (24/10) malam. Jadi, saya belum sempat mengobrol dengan Mbah Maridjan," katanya.
Menurut dia, selama hidup Mbah Maridjan selalu tampil sederhana dan prihatin. Mbah Maridjan juga dinilai sangat terampil memainkan semua jenis kesenian Jawa.
"Mbah Maridjan sangat mahir bermain kesenian Jawa seperti wandul, kethoprak, wayang, karawitan, dan shalawatan," katanya.
Mbah Maridjan meninggalkan satu istri Ny Ponirah dan lima anak, yakni Panut, Suradiyem, Sulastri, Asih, Sulami, dan Widodo.
(B015/V001/B010)
Mbah Maridjan Tak Tinggalkan Pesan
28 Oktober 2010 16:23 WIB
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010
Tags: