Artikel
Oase di tengah pandemi
Oleh Sri Muryono
3 Agustus 2021 21:14 WIB
Pebulutangkis ganda Putri Indonesia Greysia Pollii (kiri) dan Apriyani Rahayu memperlihatkan medali emas yang berhasil mereka raih untuk nomor bulutangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp.
Jakarta (ANTARA) - Melalui cabang bulu tangkis, Indonesia akhirnya merebut dua medali di Olimpiade Tokyo 2020 pada Senin (3/8), yakni satu emas dan satu perunggu.
Perjuangan keras pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu berbuah medali emas. Sedangkan tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting meraih perunggu.
Greysia/Apriyani berhasil menaklukkan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan asal China di partai final. Mereka mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia.
Dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri yang bergulir selama 55 menit di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Greysia/Apriyani memetik kemenangan dalam dua gim dengan skor 21-19, 21-15.
Secara "head-to-head", Chen/Jia sebetulnya lebih unggul karena mereka merupakan pasangan nomor dua dunia. Greysia/Apriyani berada di urutan keenam.
Chen/Jia juga unggul dengan agregat 6-3 dari total sembilan pertemuan mereka dengan Greysia/Apriyani. Kedua pasangan itu terakhir kali bertemu di turnamen BWF World Tour Finals 2019 yang dimenangkan oleh Chen/Jia
Indonesia juga sukses mengamankan medali kedua dari cabang bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 setelah Anthony Sinisuka Ginting memenangi laga penentuan perunggu melawan Kevin Cordon dari Guatemala di Musashino Forest Sport Plaza.
Medali perunggu dari tunggal putra dimenangkan atlet peringkat lima dunia itu setelah berjibaku selama 38 menit dalam dua gim langsung 21-11, 21-13.
Baca juga: Tradisi emas Olimpiade itu dilanjutkan Greysia/Apriyani
Dengan hasil ini, Ginting menorehkan prestasi tertinggi dalam karier bulu tangkisnya dengan memenangkan medali dari ajang Olimpiade perdananya.
Perolehan dua medali itu mendongkrak peringkat Indonesia di ajang Olimpiade kali ini, yakni menjadi empat medali terdiri atas satu emas, satu perak dan dua perunggu.
Untuk seluruh negara peserta Olimpiade, Indonesia untuk sementara berada di urutan ke-34. Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara (Asean), Indonesia menempati peringkat pertama di atas Filipina, Thailand dan Malaysia yang masing-masing satu perunggu.
Apresiasi
Keberhasilan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih emas dan Anthony Sinisuka Ginting meraih perunggu memecah suasana di seluruh wilayah Indonesia. Sorak dan pekikan menyambut perolehan angka demi angka.
Kemudian gegap-gempita menyambut kemenangan itu. Apresiasi juga mengiringi gemuruh sambutan publik.
Dari Presiden Joko Widodo, para menteri, wakil rakyat di parlemen, artis dan selebritis, pimpinan partai politik (parpol) hingga pimpinan perusahaan hingga kepala daerah menyambut dan mengapresiasi keberhasilan itu.
Apresiasi dalam bentuk materi juga mengalir deras. Dari rumah dan tanah hingga fasilitas lainnya juga diberikan.
Bahkan Apriyani sudah ditunggu sebidang tanah dan rumah di Konawe, Sulawesi Tenggara. Hal itu sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Kabupaten Konawe atas prestasi Apriyani.
Baca juga: Greysia/Apriyani srikandi kebanggaan Indonesia, kata Menpora
Selain apresiasi dari Pemkab Konawe, Bupati Kery Saiful Konggoasa juga akan memberikan bonus pribadi berupa lima ekor sapi untuk Apriyani. Lima sapi itu banyak, tapi dia sebut itu sebagai sebuah kenang-kenangan kecil.
Kery menilai prestasi Apriyani bisa menjadi motivasi bagi putra-putri Konawe bahwa mereka selalu punya kesempatan dan bisa bersaing di kancah internasional.
Dari kisah Apriyani, terlihat bahwa apresiasi atas keberhasilan berbuah kesejahteraan yang bisa menjadi bekal kehidupan di masa mendatang. Apalagi seperti pada profesi lain, seorang atlet juga mengalami pasang-surut.
Dalam konteks inilah, apresiasi dalam bentuk materi demikian penting untuk masa depan atlet. Apresiasi seperti itu juga akan memotivasi lainnya untuk berlatih agar meraih prestasi.
Penghiburan
Olimpiade kali ini berlangsung di tengah wabah virus corona (COVID-19). Dalam suasana pembatasan aktivitas di Tokyo, atlet seluruh dunia bertarung dan berlomba untuk menjadi yang terbaik.
Dengan bersaing dengan moto "Citius, Altius, Fortius" yang merupakan ungkapan dalam bahasa Latin yang berarti "Faster, Higher, Stronger" (Bahasa Inggris) atau "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih kuat".
Kali ini capaian prestasi para atlet Indonesia tampaknya memiliki makna tersendiri. Ada dua makna yang bisa dirasakan publik Tanah Air.
Pertama, penghiburan. Masyarakat Indonesia sejak 1,5 tahun terakhir hidup dalam cengkeraman wabah virus corona (COVID-19) yang mengkhawatirkan dan menakutkan dengan korban terus bertambah setiap hari.
Baca juga: Olahraga dan peneguhan rasa kebangsaan
Bukan ekonomi dan sosial yang berantakan, tetapi juga pikiran dan batin yang tercabik-cabik. Sebagai negara, Indonesia seperti sedang dijauhi negara lain, berikut ditandai adanya eksodus warga asing.
Ini tentu pukulan berat. Sebegitu mengerikankah Indonesia saat ini hingga dianggap terburuk dalam penanganan virus corona?
Dalam situasi seperti itu ternyata ada atletnya yang mampu meraih prestasi di Olimpiade. Ini menjadi penghiburan di tengah pikiran dan suasana batin yang tercabik.
Kedua, kebanggaan. Prestasi para atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo ini dicapai menjelang HUT Ke-76 Kemerdekaan RI.
Di tengah wabah, perayaan dilakukan dalam keterbatasan anggaran dan pembatasan aktivitas publik. Tentu ada banyak kesedihan dari warga yang kali kedua merayakan kemerdekaan dalam suasana keterbatasan dan pembatasan.
Tetapi perolehan medali emas oleh Greysia/Apriyani juga perjuangan atlet lainnya menjadi penghiburan tersendiri yang mampu mengisi relung batin yang hampa akibat wabah.
Tentu saja disertai kebanggaan karena diraih di tengah aroma peringatan kemerdekaan. Medali emas, perak dan perunggu dari Olimpiade kali ini seperti oase gegap-gempita 17-an.
Tepuk tangan dan sorak-sorai itu wujud terhiburnya hati yang sedang luka karena virus corona.
Akhirnya, kita pun berharap, gembira adalah salah satu obat mujarab untuk mendongkrak imunitas tubuh.
Perjuangan keras pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu berbuah medali emas. Sedangkan tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting meraih perunggu.
Greysia/Apriyani berhasil menaklukkan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan asal China di partai final. Mereka mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia.
Dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri yang bergulir selama 55 menit di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Greysia/Apriyani memetik kemenangan dalam dua gim dengan skor 21-19, 21-15.
Secara "head-to-head", Chen/Jia sebetulnya lebih unggul karena mereka merupakan pasangan nomor dua dunia. Greysia/Apriyani berada di urutan keenam.
Chen/Jia juga unggul dengan agregat 6-3 dari total sembilan pertemuan mereka dengan Greysia/Apriyani. Kedua pasangan itu terakhir kali bertemu di turnamen BWF World Tour Finals 2019 yang dimenangkan oleh Chen/Jia
Indonesia juga sukses mengamankan medali kedua dari cabang bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 setelah Anthony Sinisuka Ginting memenangi laga penentuan perunggu melawan Kevin Cordon dari Guatemala di Musashino Forest Sport Plaza.
Medali perunggu dari tunggal putra dimenangkan atlet peringkat lima dunia itu setelah berjibaku selama 38 menit dalam dua gim langsung 21-11, 21-13.
Baca juga: Tradisi emas Olimpiade itu dilanjutkan Greysia/Apriyani
Dengan hasil ini, Ginting menorehkan prestasi tertinggi dalam karier bulu tangkisnya dengan memenangkan medali dari ajang Olimpiade perdananya.
Perolehan dua medali itu mendongkrak peringkat Indonesia di ajang Olimpiade kali ini, yakni menjadi empat medali terdiri atas satu emas, satu perak dan dua perunggu.
Untuk seluruh negara peserta Olimpiade, Indonesia untuk sementara berada di urutan ke-34. Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara (Asean), Indonesia menempati peringkat pertama di atas Filipina, Thailand dan Malaysia yang masing-masing satu perunggu.
Apresiasi
Keberhasilan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih emas dan Anthony Sinisuka Ginting meraih perunggu memecah suasana di seluruh wilayah Indonesia. Sorak dan pekikan menyambut perolehan angka demi angka.
Kemudian gegap-gempita menyambut kemenangan itu. Apresiasi juga mengiringi gemuruh sambutan publik.
Dari Presiden Joko Widodo, para menteri, wakil rakyat di parlemen, artis dan selebritis, pimpinan partai politik (parpol) hingga pimpinan perusahaan hingga kepala daerah menyambut dan mengapresiasi keberhasilan itu.
Apresiasi dalam bentuk materi juga mengalir deras. Dari rumah dan tanah hingga fasilitas lainnya juga diberikan.
Bahkan Apriyani sudah ditunggu sebidang tanah dan rumah di Konawe, Sulawesi Tenggara. Hal itu sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Kabupaten Konawe atas prestasi Apriyani.
Baca juga: Greysia/Apriyani srikandi kebanggaan Indonesia, kata Menpora
Selain apresiasi dari Pemkab Konawe, Bupati Kery Saiful Konggoasa juga akan memberikan bonus pribadi berupa lima ekor sapi untuk Apriyani. Lima sapi itu banyak, tapi dia sebut itu sebagai sebuah kenang-kenangan kecil.
Kery menilai prestasi Apriyani bisa menjadi motivasi bagi putra-putri Konawe bahwa mereka selalu punya kesempatan dan bisa bersaing di kancah internasional.
Dari kisah Apriyani, terlihat bahwa apresiasi atas keberhasilan berbuah kesejahteraan yang bisa menjadi bekal kehidupan di masa mendatang. Apalagi seperti pada profesi lain, seorang atlet juga mengalami pasang-surut.
Dalam konteks inilah, apresiasi dalam bentuk materi demikian penting untuk masa depan atlet. Apresiasi seperti itu juga akan memotivasi lainnya untuk berlatih agar meraih prestasi.
Penghiburan
Olimpiade kali ini berlangsung di tengah wabah virus corona (COVID-19). Dalam suasana pembatasan aktivitas di Tokyo, atlet seluruh dunia bertarung dan berlomba untuk menjadi yang terbaik.
Dengan bersaing dengan moto "Citius, Altius, Fortius" yang merupakan ungkapan dalam bahasa Latin yang berarti "Faster, Higher, Stronger" (Bahasa Inggris) atau "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih kuat".
Kali ini capaian prestasi para atlet Indonesia tampaknya memiliki makna tersendiri. Ada dua makna yang bisa dirasakan publik Tanah Air.
Pertama, penghiburan. Masyarakat Indonesia sejak 1,5 tahun terakhir hidup dalam cengkeraman wabah virus corona (COVID-19) yang mengkhawatirkan dan menakutkan dengan korban terus bertambah setiap hari.
Baca juga: Olahraga dan peneguhan rasa kebangsaan
Bukan ekonomi dan sosial yang berantakan, tetapi juga pikiran dan batin yang tercabik-cabik. Sebagai negara, Indonesia seperti sedang dijauhi negara lain, berikut ditandai adanya eksodus warga asing.
Ini tentu pukulan berat. Sebegitu mengerikankah Indonesia saat ini hingga dianggap terburuk dalam penanganan virus corona?
Dalam situasi seperti itu ternyata ada atletnya yang mampu meraih prestasi di Olimpiade. Ini menjadi penghiburan di tengah pikiran dan suasana batin yang tercabik.
Kedua, kebanggaan. Prestasi para atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo ini dicapai menjelang HUT Ke-76 Kemerdekaan RI.
Di tengah wabah, perayaan dilakukan dalam keterbatasan anggaran dan pembatasan aktivitas publik. Tentu ada banyak kesedihan dari warga yang kali kedua merayakan kemerdekaan dalam suasana keterbatasan dan pembatasan.
Tetapi perolehan medali emas oleh Greysia/Apriyani juga perjuangan atlet lainnya menjadi penghiburan tersendiri yang mampu mengisi relung batin yang hampa akibat wabah.
Tentu saja disertai kebanggaan karena diraih di tengah aroma peringatan kemerdekaan. Medali emas, perak dan perunggu dari Olimpiade kali ini seperti oase gegap-gempita 17-an.
Tepuk tangan dan sorak-sorai itu wujud terhiburnya hati yang sedang luka karena virus corona.
Akhirnya, kita pun berharap, gembira adalah salah satu obat mujarab untuk mendongkrak imunitas tubuh.
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021
Tags: