Jakarta (ANTARA) - Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Purwanto mengatakan realisasi belanja vaksin sampai 31 Juli 2021 telah mencapai Rp11,72 triliun untuk 65,79 juta dosis vaksin.

"Ada beberapa yang untuk pelunasan dan ada juga yang untuk pembayaran uang muka. Karena ini sifatnya ada barang, beri uang muka, didistribusikan atau dikirim, selesai, kemudian dilunasi,” kata Purwanto dalam webinar Keterbukaan Informasi Publik di Jakarta, Selasa.

Sampai 31 Juli 2021 vaksinasi yang sudah dilakukan mencapai 67,76 juta dosis yang terdiri dari 47,23 juta dosis pertama dan 20,53 juta vaksin dosis kedua. Sementara itu, vaksin yang sudah terdistribusi mencapai 86,25 juta dosis vaksin dari total 97,5 juta dosis vaksin yang berasal dari pengadaan pemerintah serta hibah.

Sebagian vaksin, menurutnya, masih disimpan di gudang atau di PT Bio Farma.

Purwanto mengatakan pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp57,84 triliun untuk keseluruhan program vaksinasi, yang berasal dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp51,33 triliun dan Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah sebesar Rp6,51 triliun.

Baca juga: Menkeu: Anggaran program vaksinasi COVID-19 capai Rp130,03 triliun

Anggaran tersebut tidak hanya digunakan untuk pengadaan vaksin, tetapi juga pengolahan informasi, distribusi, dan pelaksanaan vaksinasi. Pemerintah melalui DAU juga menganggarkan Rp1,96 triliun untuk insentif bagi vaksinator, termasuk TNI/Polri, bidan, dan tenaga perbantuan lain.

“Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) sudah menerbitkan surat edaran bahwa DAU atau DBH (Dana Bagi Hasil) bisa dipakai untuk penanganan vaksinasi. Di daerah, sampai 30 Juli 2021, anggaran untuk vaksinasi sudah terealisasi Rp575,24 miliar,” ujarnya.

Pemerintah pun menargetkan pada Agustus 2021 vaksinasi akan mencapai rata-rata 2 juta dosis per hari. Saat ini, rata-rata vaksinasi harian masih berkisar pada satu sampai 1,5 juta dosis per hari.

“Tapi perlahan-lahan kita menuju 2 juta dosis vaksinasi per hari. Karena di sini kita bukan hanya bicara stok vaksin, tapi juga Sumber Daya Manusia (SDM)-nya. Untuk menyuntik, itu harus dilatih, yang sudah bisa juga mesti dilatih meski sebentar supaya terstandar dan tidak salah,” kata Purwanto.

Baca juga: Sri Mulyani perkirakan anggaran vaksin COVID bakal naik