Padang (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata (ASITA) Sumatra Barat, Asnawi Bahar, mengisyaratkan pemberitaan tentang kondisi wisatawan, terutama peselancar, asing pascagempa dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan masyarakatharus hati-hati agar tidak menimbulkan preseden jelek tentang alam wilayah itu.

"Preseden jelek bisa saja muncul dan Sumbar akan dinilai tidak aman lagi sebagai daerah wisata selancar untuk dikunjungi. Diharapkan pemberitaan tersebut tidak memberikan kesan ketakutan untuk mengunjungi Sumbar," katanya di Padang, Rabu.

Menurut dia, dampak dari pemberitaan yang tidak menguntungkan diyakini sejumlah program kunjungan yang sudah disepakati melalui biro perjalanan wisata Sumbar, khususnya untuk kegiatan berselancar (surfing) akan terancam batal.

Sebelum bencana gempa dan tsunami di Mentawai, katanya, setiap tahun kunjungan peselancar asing tercatat sebanyak 10 ribu orang.

"Jika mereka terpengaruh dengan pemberitaan yang tidak menguntungkan maka kegiatan yang sama akan memberikan efek negatif dalam jangka panjang," katanya.

Ia berharap Karena itu berbagai pemberitaan tentang Mentawai juga perlu ditertibkan dan data-data tentang keberadaan peselancar asing yang masih berada di Mentawai yang bakal di ekspos harus dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait agar lebih akurat. Selain itu regulasi juga harus diperketat.

Ia mengatakan, seorang turis asing yang berkunjung ke Mentawai bisa menghabiskan 1.000 dolar AS mulai dari biaya penginapan, makanan dan lainnya. Apalgi sewa penginapan di resort Makaroni lebih mahal.

"Karena itu, pemberitaan tentang kondisi riil Mentawai pascagempa dan tsunami harus dijelaskan dengan lebih hati-hati. Sedangkan rehabilitasi terhadap resot Makaroni dan Kandui harus dilakukan dengan baik," katanya.
(T.F011/P003)