Jakarta (ANTARA) - Suasana permukiman warga di RT 07/RW 11, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, terasa cukup tenang.

Tak banyak ada aktivitas masyarakat di kawasan elit ini mengingat DKI Jakarta masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

Namun, dari kawasan inilah muncul salah satu contoh inspiratif penanganan pandemi COVID-19.

Tepat di salah satu sudut di kawasan permukiman itu, berdiri rumah di atas lahan yang luas sekitar 3.000 meter persegi.

Rumah berlantai dua dengan cat warna putih itu menjadi saksi bisu karena menampung puluhan warga setempat yang dikarantina sementara karena terpapar COVID-19.

"Kebetulan dua bulan ini tidak ada yang mengontrak di sana, terus saya pinjam dan diperbolehkan oleh pemilik Pak Hartoyo," kata Ketua Rukun Warga (RW) 11 Cilandak Barat, Punjul Budiono.

Hartoyo merupakan warga setempat yang secara sukarela memberikan akses kepada warga lain untuk menjalani isolasi di rumahnya.

Punjul menuturkan pada Minggu, 1 Agustus 2021, proses isolasi terpusat di rumah tersebut sudah selesai.

Saat ini, rumah tersebut sudah tidak dihuni warga terpapar COVID-19 lagi karena beberapa hari lalu warga yang sempat menjalani isolasi sudah pulih.

Baca juga: Pengelola usaha kena sanksi jika izinkan masuk warga belum divaksin
​​​
Arsip Foto - Warga di Cilandak Barat mengikuti tes usap antigen setelah kontak erat dengan warga terpapar COVID-19 yang diadakan di rumah isolasi terpusat di RT07/RW11 Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (28/6/2021). ANTARA/HO-Polsek Cilandak/am.


Berbagi beban

Isolasi terpusat sementara itu pertama kali dilaksanakan pada Senin (28/6) yang didukung unsur tiga pilar, yakni TNI, Polri dan pemerintah daerah serta dibantu masyarakat.

Pada kloter pertama, sebanyak 22 orang menjalani isolasi di rumah tersebut selama 14 hari. Kemudian, setelah mereka pulih, disusul kloter kedua sebanyak 10 orang.

Tak hanya sebagai tempat isolasi, masih di kawasan rumah tersebut juga dijadikan tempat untuk melakukan pemeriksaan tes usap antigen kepada warga setempat yang memiliki riwayat kontak erat dengan orang positif COVID-19.

Sementara itu, terkait kebutuhan makanan dibantu sepenuhnya oleh warga yang proaktif membantu menyumbang makanan.

Untuk menghindari kerumunan, mereka menyediakan makanan jadi yang sebagian anggarannya diambil dari kas RW. Sebagian lain bahan pangan juga didukung oleh Polri, TNI dan Dinas Sosial.

Bahkan, warga juga tidak mengeluh di kawasan permukiman itu dijadikan tempat untuk isolasi sementara warga terinfeksi penyakit akibat virus SARS CoV-2 itu.

Skema berbagi beban juga dilakukan dari RW ini mengingat lokasi yang digunakan merupakan kediaman pribadi.

Untuk kebutuhan biaya listrik dan kebersihan semuanya ditanggung melalui kas RW dan didukung para pengurus 10 Rukun Tetangga (RT) di RW 11.

Biaya token listrik yang diisi sebanyak lima kali, masing-masing sebesar Rp200.000 atau total sekitar Rp1 juta.

"Mereka juga membantu dengan memberikan dana untuk listrik, kebersihan. Begitu tahu ada itu (isolasi terpusat), mereka dukung saja. Itu yang saya bilang warga antusias," katanya.

Lurah Cilandak Barat Agus Gunawan menjelaskan untuk kebutuhan medis, dilayani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Cilandak Barat.

Setiap dua hari sekali atau menyesuaikan keadaan, tenaga medis tersebut memantau ke lokasi untuk mengecek kondisi warga yang menjalani isolasi.

Obat-obatan dan vitamin juga disediakan untuk mendukung proses pemulihan. Sedangkan untuk kebutuhan tempat tidur, Agus menjelaskan kasur disediakan dari kelurahan.

Baca juga: Anies: PPKM diperpanjang karena kasus positif masih 15 persen
Suasana rumah isolasi terpusat di RT07/RW11 Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (28/6/2021). (ANTARA/HO-Polsek Cilandak)

Senada dengan Agus, Kapolsek Metro Cilandak Komisaris Polisi M Agung Permana menjelaskan isolasi terpusat itu diperuntukkan bagi warga positif COVID-19 tanpa gejala.

Dengan adanya rumah terpusat ini, pengawasan bagi warga terpapar menjadi lebih mudah sehingga menekan penularan khususnya bagi keluarga, tetangga atau kerabat terdekat.

Adanya kontribusi warga tersebut membantu pemerintah dalam mengatasi kasus positif COVID-19 di Jakarta yang ketika itu mengalami lonjakan.

Pemprov DKI Jakarta saat itu mencari lokasi alternatif untuk isolasi warga positif COVID-19 karena rumah sakit rujukan dan Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet penuh.

Kini, tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio/BOR) di 140 rumah sakit yang merawat pasien COVID-19 di Jakarta terus turun menjadi 56 persen pada 1 Agustus 2021.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan kapasitas tempat tidur yang terpakai hanya 6.367 tempat tidur atau 56 persen.

Sedangkan tingkat keterisian tempat tidur di ruang perawatan intensif (ICU) juga terus turun hingga menjadi 1.295 atau 79 persen.

Begitu juga dengan Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat, tingkat keterisiannya mencapai 31,34 persen atau diisi 2.474 orang pasien.

Bahkan, tower empat Wisma Atlet juga dikosongkan karena jumlah pasien di fasilitas kesehatan tersebut terus berkurang.

Beberapa fasilitas yang saat ini menjadi lokasi isolasi pasien COVID-19 tanpa gejala di Jakarta di antaranya Rumah Susun Nagreg, Rumah Susun Pasar Rumput dan Graha Wisata Ragunan yang huniannya juga terus berkurang.

Genjot vaksinasi
Lurah Cilandak Barat Agus Gunawan menyebutkan saat ini sudah tidak ada lagi RT dan RW yang masuk zona merah di wilayahnya.

Untuk itu, kegiatan vaksinasi saat ini terus digenjot bekerja sama dengan Puskesmas Cilandak Barat dan Puskesmas Kecamatan Cilandak.

Baca juga: Mobil volkswagen keliling DKI untuk mempercepat vaksinasi
Warga mengikuti vaksinasi massal di sentra vaksinasi Cilandak Town Square (Citos), Jakarta, Senin (2/8/2021). (ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna)

Salah satu sentra vaksinasi di Cilandak adalah Cilandak Town Square (Citos) yang hingga kini masih terus berjalan.

Kepala Puskesmas Cilandak Maryati menjelaskan, kuota per hari vaksinasi di Citos ditargetkan mencapai 1.000 orang yang dilaksanakan bersama dengan TNI.

Namun, dengan semakin sadarnya masyarakat untuk vaksinasi, semakin hari jumlahnya kini mencapai kisaran 700 orang.

Sementara itu, selain melalui sentra vaksinasi yang jumlahnya mencapai ratusan di Jakarta, kegiatan vaksinasi juga dilaksanakan melalui mobil keliling.

Pemprov DKI Jakarta menyediakan 16 mobil vaksin keliling bekerjasama dengan sejumlah pihak mulai pemerintah Pusat, Polda Metro Jaya, Kodam Daya dan swasta hingga relawan.

Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta per 1 Agustus 2021, realisasi vaksinasi dosis pertama di Ibu Kota mencapai 7,59 juta atau 86,2 persen dari target vaksinasi 8,81 juta.

Sedangkan realisasi vaksinasi dosis kedua mencapai 2,71 juta atau sudah 30,8 persen.

Dari kisah inspiratif ini, sinergi menjadi salah satu kunci penting dalam menghadapi pandemi COVID-19 yang hingga saat ini masih belum menemukan ujungnya.

Dengan kolaborasi, beban diharapkan semakin ringan karena tujuannya adalah bersama-sama bangkit dan lepas dari wabah global ini.