Menkes: Peningkatan kematian karena pasien yang dirawat sudah kritis
2 Agustus 2021 16:43 WIB
Tangkapan layar dari paparan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin yang ditampilkan dalam agenda konferensi pers secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Senin (2/8/2021). ANTARA/Andi Firdaus.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyimpulkan peningkatan kasus kematian akibat COVID-19 di 20 kabupaten/kota di Pulau Jawa karena pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi berat dan kritis.
"Kita mengamati, ada perbedaan dibandingkan dengan yang sebelumnya, bahwa kematian itu terjadi kalau sebelumnya rata-rata itu delapan hari dirawat, sekarang rata-rata empat sampai delapan hari sudah wafat. Jadi lebih cepat," kata Budi Gunadi Sadikin dalam agenda konferensi pers secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, sebanyak 50 persen kasus kematian akibat COVID-19 dilaporkan dari 20 kabupaten/kota di pulau Jawa.
Kasus kematian secara kumulatif pada kurun 19 hingga 25 Juli 2021 dilaporkan mencapai 2.873 kasus dari total 616 Puskesmas di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Baca juga: Menkes Yordania mundur usai enam pasien meninggal kehabisan oksigen
Baca juga: Menkes serahkan santunan bagi keluarga Nakes meninggal tangani corona
"Dulu angka kematian di IGD itu hampir tidak ada. Sedikit sekali. Dulu paling banyak meninggal di ICU atau kamar isolasi. Tapi dalam dalam tiga bulan terakhir di IGD justru kenaikannya meningkat dengan tinggi porsinya," katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan, kata Budi, kondisi itu terjadi karena pasien yang datang ke ruang IGD sudah dalam kondisi saturasi oksigen yang rendah, yakni berkisar di bawah 90. "Seharusnya angka saturasi di bawah 94 saja sudah harus dikirim ke rumah sakit," katanya.
Atas dasar situasi itu, Kemenkes berkesimpulan bahwa banyak pasien yang terlambat mendapat intervensi medis. "Kita tanya ke banyak orang, mereka merasa malu mengakui mereka sakit COVID-19. Jadi mereka lebih baik diam dan dirawat keluarganya," katanya.
Budi menambahkan selama saturasi oksigen pasien terkonfirmasi positif COVID-19 berada di angka 94 persen lebih maka dianjurkan menjalani isolasi mandiri di rumah namun dengan menjaga pola hidup yang sehat.
Kemenkes juga memulai kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk memfasilitasi pelayanan konsultasi telemedisin di 20 kota/kabupaten dengan tingkat kematian yang tinggi.
"Penting untuk mengukur saturasi. Yang penting jangan sesak. Kalau napasnya di bawah 20 kali per menit itu belum sesak. Tapi kalau sudah lebih dari 20 kali, itu sudah sesak," katanya.*
Baca juga: Pasien COVID-19 meninggal di Riau sebagian besar belum divaksin
Baca juga: Bupati Seram Barat Yasin Payapo meninggal sepulang dari RS COVID-19
"Kita mengamati, ada perbedaan dibandingkan dengan yang sebelumnya, bahwa kematian itu terjadi kalau sebelumnya rata-rata itu delapan hari dirawat, sekarang rata-rata empat sampai delapan hari sudah wafat. Jadi lebih cepat," kata Budi Gunadi Sadikin dalam agenda konferensi pers secara virtual yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, sebanyak 50 persen kasus kematian akibat COVID-19 dilaporkan dari 20 kabupaten/kota di pulau Jawa.
Kasus kematian secara kumulatif pada kurun 19 hingga 25 Juli 2021 dilaporkan mencapai 2.873 kasus dari total 616 Puskesmas di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Baca juga: Menkes Yordania mundur usai enam pasien meninggal kehabisan oksigen
Baca juga: Menkes serahkan santunan bagi keluarga Nakes meninggal tangani corona
"Dulu angka kematian di IGD itu hampir tidak ada. Sedikit sekali. Dulu paling banyak meninggal di ICU atau kamar isolasi. Tapi dalam dalam tiga bulan terakhir di IGD justru kenaikannya meningkat dengan tinggi porsinya," katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan, kata Budi, kondisi itu terjadi karena pasien yang datang ke ruang IGD sudah dalam kondisi saturasi oksigen yang rendah, yakni berkisar di bawah 90. "Seharusnya angka saturasi di bawah 94 saja sudah harus dikirim ke rumah sakit," katanya.
Atas dasar situasi itu, Kemenkes berkesimpulan bahwa banyak pasien yang terlambat mendapat intervensi medis. "Kita tanya ke banyak orang, mereka merasa malu mengakui mereka sakit COVID-19. Jadi mereka lebih baik diam dan dirawat keluarganya," katanya.
Budi menambahkan selama saturasi oksigen pasien terkonfirmasi positif COVID-19 berada di angka 94 persen lebih maka dianjurkan menjalani isolasi mandiri di rumah namun dengan menjaga pola hidup yang sehat.
Kemenkes juga memulai kerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk memfasilitasi pelayanan konsultasi telemedisin di 20 kota/kabupaten dengan tingkat kematian yang tinggi.
"Penting untuk mengukur saturasi. Yang penting jangan sesak. Kalau napasnya di bawah 20 kali per menit itu belum sesak. Tapi kalau sudah lebih dari 20 kali, itu sudah sesak," katanya.*
Baca juga: Pasien COVID-19 meninggal di Riau sebagian besar belum divaksin
Baca juga: Bupati Seram Barat Yasin Payapo meninggal sepulang dari RS COVID-19
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: