Pengamat: Kemarau tahun 2021 masih aman untuk produksi pangan nasional
31 Juli 2021 19:50 WIB
Sejumlah pengendara motor melintas di jembatan Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/7/2021). Memasuki musim kemarau, debit air di Bendung Katulampa, Bogor menyusut hingga 0 cm dari normal 40 ribu liter per detik menjadi 4000 liter per detik sehingga pasokan air untuk saluran irigasi pertanian ke wilayah Jakarta, Bogor dan Depok kapasitasnya berkurang. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai kemarau yang terjadi pada tahun 2021 masih aman untuk produksi pangan nasional dalam mengamankan stok pangan di masa pandemi COVID-19, selama tidak ada anomali cuaca seperti kemarau yang lebih panjang.
Khudori saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, mengatakan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebut curah hujan rendah pada Agustus hingga Oktober dinilai masih normal dan produksi pertanian masih bisa berjalan seperti biasanya.
"Kalau kemarau sampai Oktober, moga-moga normal ya. Yang perlu diwaspadai jika ada penyimpangan atau anomali, kemarau lebih panjang," kata Khudori.
Baca juga: Kemarau tak sebasah tahun lalu, siap siaga karhutla perlu ditingkatkan
Baca juga: BMKG : hujan di musim kemarau gangguan atmosfer
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan prediksi iklim dan cuaca tahun 2021 bahwa curah hujan di sebagian besar wilayah Indoensia masuk ke dalam kategori rendah pada Agustus hingga Oktober 2021. Sedangkan pada NOvember hingga Januari 2022 masuk kategori menengah hingga tinggi.
BMKG juga merekomendasikan untuk mewaspadai potensi karhutla kategori menengah hingga tinggi pada Agustus 2021 di wilayah Sumatera bagian tengah dan sebagian NTB serta NTT.
Khudori mengatakan apabila pada Oktober sudah mulai hujan di beberapa wilayah Indonesia, bisa memungkinkan untuk tanam lebih dulu. Kemudian secara berangsur-angsur ketika hujan makin meluas, kata dia, luas tanam juga makin meluas di berbagai wilayah.
Selain itu Khudori juga mengingatkan apabila ada potensi hujan tinggi, terutama di awal masa tanam.
"Padi misalnya, kalau ada potensi hujan tinggi dan berpeluang banjir mesti disiapkan varietas-varietas yang tahan genangan atau banjir. Agar kalau terjadi banjir, petani tidak terlalu merugi atau menderita," katanya.
Baca juga: Walhi Sumsel deteksi ratusan titik panas potensi karhutla
Khudori saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, mengatakan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebut curah hujan rendah pada Agustus hingga Oktober dinilai masih normal dan produksi pertanian masih bisa berjalan seperti biasanya.
"Kalau kemarau sampai Oktober, moga-moga normal ya. Yang perlu diwaspadai jika ada penyimpangan atau anomali, kemarau lebih panjang," kata Khudori.
Baca juga: Kemarau tak sebasah tahun lalu, siap siaga karhutla perlu ditingkatkan
Baca juga: BMKG : hujan di musim kemarau gangguan atmosfer
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan prediksi iklim dan cuaca tahun 2021 bahwa curah hujan di sebagian besar wilayah Indoensia masuk ke dalam kategori rendah pada Agustus hingga Oktober 2021. Sedangkan pada NOvember hingga Januari 2022 masuk kategori menengah hingga tinggi.
BMKG juga merekomendasikan untuk mewaspadai potensi karhutla kategori menengah hingga tinggi pada Agustus 2021 di wilayah Sumatera bagian tengah dan sebagian NTB serta NTT.
Khudori mengatakan apabila pada Oktober sudah mulai hujan di beberapa wilayah Indonesia, bisa memungkinkan untuk tanam lebih dulu. Kemudian secara berangsur-angsur ketika hujan makin meluas, kata dia, luas tanam juga makin meluas di berbagai wilayah.
Selain itu Khudori juga mengingatkan apabila ada potensi hujan tinggi, terutama di awal masa tanam.
"Padi misalnya, kalau ada potensi hujan tinggi dan berpeluang banjir mesti disiapkan varietas-varietas yang tahan genangan atau banjir. Agar kalau terjadi banjir, petani tidak terlalu merugi atau menderita," katanya.
Baca juga: Walhi Sumsel deteksi ratusan titik panas potensi karhutla
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021
Tags: